Air Mata Bintang, Akhir Pengabdianku
/0/30898/coverbig.jpg?v=35adc2cce304bc498ec5d115389029ad&imageMogr2/format/webp)
Daffa Prawirodirdjo, merawatnya saat hancur dan
agia bersama cinta lamanya, Leni, dan seorang anak laki-laki. Di tangan anak itu, ada
: "Keluarga Prawiro
a. Tapi Bintang, dengan mata penuh harap, memohon satu kesempatan tera
ernah datang. Kami menemukannya di taman hiburan, sedang mer
Daffa justru memilih untuk menenangkan putri Leni yang pura-
adalah akhir. Aku membawa Bintang pergi, meng
Dia muncul kembali, memohon kesempatan kedua. Tapi
a
stroward
dak bis
ang lelah di cermin. Sepuluh tahun. Sepuluh tahun aku mencintai Daffa Prawir
nnya begitu saja. Dia tenggelam dalam kesedihan, dan ibunya, Nyonya Prawir
akan menjamin kehidupanmu. Jadilah
n-meskipun aku tahu itu bukan cinta yang setara. Aku menerima. Aku menyerahkan seluruh hidupku unt
uk rapat pentingnya. Aku menjadi penopang hidupnya, namun selalu di latar belakang, tak pernah diakui
bang itu sering kudengar. Kau hanya simpana
ahan es, tapi aku menahannya. Aku berhar
aat Daffa mabuk dan rapuh. Aku pikir kehadirannya akan mengubah segala
arga Prawirodirdjo," katanya dingin,
n menjadi bayangan. Bintang tumbuh, seorang anak cerdas dan sensi
laim sebagai "mobil papa". Daffa, melihatnya sekilas, langsun
h barang-barangku ta
tu bukan yang pertama kali. Ada bekas luka di lengan Bintang, akibat Daffa yang pernah men
affa pulang dengan senyum lebar yang jarang kulihat.
hiburan besok," katanya hanga
nghangat. Mungki
da
ereka, ada seorang anak laki-laki seusia Bintang, memegang boneka beruang yang persis sama dengan yang diberikan Daf
rubah menjadi kebas. Aku m
i teras. Dia adalah ibu dari teman sekolah Bintang, seorang wanita yang selalu ramah pad
s, tapi di dalam, hatiku
h terisi penuh keluar dari lemari. Aku tida
tang terdengar, matanya yang besar penuh
a akan memulai hidup baru, Sayang. Di tempat yan
n," katanya, bibirnya melengkung ke bawah. "Dia
harap. Dia masih mencintai ayahnya ya
ayang," kataku, berusaha men
jung bajuku. "Tolong, Mama. Beri Papa satu kesempatan lagi.
. Aku tahu aku harus melindunginya, tapi bag
rasa seperti pecahan kaca di tenggorokanku. "
li ini, aku tidak akan pe