Antara Tajir dan Hafidz Qur'an
elah panggilan dari pimpinan perusahaan. Dia tahu, situasi ini takkan mudah dihadapi. Di saat yang sam
aan aneh yang menghantuinya, sebuah pertanyaan yang mendalam yang
n yang sudah datang lebih awal untuk mempersiapkan rapat penting nanti. Suasana terasa tegang, dan set
beberapa kata sederhana, namun mampu membuat hatinya menghangat: "Semo
-
perkeruh suasana. Ketika akhirnya tiba saatnya bagi Nadia untuk berbicara, ia menghela
khir tanpa keputusan pasti. Semua orang tampak lelah
erasa tak yakin apakah ini waktu yang tepat, hatinya seperti tertarik untuk mendengarkan. Dengan langkah ragu, Na
-
semua kebahagiaan," ucapnya dengan nada yang menenangkan. "Saat kita bekerja, berusaha, atau bahkan mencintai, apa sebenarny
nyak dari kita yang terjebak dalam ambisi dan keinginan yang tak pernah terpuaskan. Kita berpikir bahwa keberh
sa mengetahui konflik dalam dirinya? Perasaannya bercampur antara ingin
ng memang sudah digariskan untuk kita. Jika hidup hanya tentang pencapaian dunia, maka kita akan terus merasa h
alah tentang mencapai yang lebih tinggi, menaklukkan puncak demi puncak.
-
uk tidak menarik perhatian, tapi Akbar sud
dengan senyum lem
tiba-tiba menyerangnya. "Iya ... aku merasa pe
penuh pengertian. "Bagai
p kali aku mendengar kata-katamu, seolah aku dipaksa melihat di
ang, kita perlu mendengar suara hati kita sendiri, meski itu berarti
-prinsipnya. Ia selalu merasa bahwa kebahagiaan ad
i, Akbar. Gaya hidupku, ambisiku, semuanya sudah menjadi ba
mua itu. Yang penting adalah menemukan niat yang tulus di balik semua keinginanm
ggenang di sudut matanya. "Kena
g akan membawamu pada ketenangan hati. Dan ingat, tidak ada pilihan yang
saan yang sulit dijelaskan di antara keduanya, sebuah
"Aku tak tahu apa yang terjadi padaku bela
roses. Aku akan selalu ada di sini untukm
dengan itu, ada ketakutan yang tak bisa ia jelaskan, takut untuk semakin dalam m
bil mengangguk perlahan sebelum meninggalkannya di halaman masjid
-
bingungkan. Kata-kata Akbar terus terngiang di pikirannya. Ia tahu, ia haru
nya. Dari seorang klien besar yang penting bagi perusahaannya, namun
n yang memuaskan, kami ak
dihadapinya sendiri. Di satu sisi, ia ingin tetap tegar dan mempertahankan perusahaann
mengetik satu kata pun. Ia terjebak di antara dua dunia, antara ambisiny
kah semua ini adalah ujian yang harus ia j
dup, merasakan hatinya semakin berat oleh
rasakan bahwa untuk pertama kalinya, semua ambisi yang selama ini