icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Antara Tajir dan Hafidz Qur'an

Bab 4 Bayangan di Persimpangan Jalan

Jumlah Kata:1005    |    Dirilis Pada: 27/11/2024

berat, dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang tak kunjung mereda. Ada satu pertanyaan besar yang menggantung di

memilih langkah hidup? Mungkinkah,

arang semua itu terasa hampa? Seolah semua yang pernah ia kejar tak lagi memiliki makna seperti dulu. Bagian dari dirinya ingin menepis perasaan

-

asa-bertemu klien, mengejar target, dan sibuk dengan jadwal padat yang telah ia susun. Namun, di tengah kesibukan itu, bayangan Akba

bar lagi. Ia merasa, mungkin ada sesuatu yang perlu ia tanyakan, ses

-

kan tanda-tanda menghakimi atau merendahkan. Sikapnya yang tenang justru membuat Nadia merasa lebi

dah dari biasanya. "Selama ini aku pikir, hidup ini ya... tentang bagaimana kita menca

un tidak menyela. Ia hanya mendengarkan, memberikan ru

mbisi. Tapi sekarang, aku malah merasa bingung. Semua yang aku anggap p

tujuan hidupnya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan ambisi, tidak ada yang salah dengan mengejar kesuksesan.

h miliknya sendiri, sesuatu yang ia perjuangkan demi dirinya. Namun, benarkah begitu? Ataukah, selam

elama ini aku hanya mengejar pengakuan. Tapi bukankah itu penti

an dari orang lain akan membawa ketenangan di dalam hati? Atau malah sebali

isan dalam dirinya yang selama ini tidak pernah ia sentuh. "Aku nggak pernah mikir seja

di lebih baik tidak selalu harus berarti menjadi lebih dari orang lain. Terkada

. Di satu sisi, ia masih ingin mempertahankan semua yang telah ia capai. Di sisi lain, ia tidak bis

h?" tanya Nadia dengan na

kin kamu perlu melihat dari perspektif yang berbeda. Terkadang, kebahagiaan sejati datang b

ahagia, Akbar. Tapi aku nggak tahu cara untuk sampai ke sana. Rasanya

agiaan tidak selalu tentang apa yang kita dapatkan, Nadia.

"Lepaskan? Maksudmu, aku harus melepask

yang membuat hatimu gelisah. Terkadang, yang perlu kita lepaskan ada

ng selama ini ia pegang erat-erat. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Akbar seolah berhasil mengguncang prinsi

bar. Sepertinya aku butuh bnyak

perlu terburu-buru, Nadia. Semua ada waktunya. Yang pe

apan mereka. Ia tidak tahu apakah ini pertanda bahwa ia perlu mengubah pandangannya, atau hanya kebingungan semen

-

ta-kata Akbar menggema di pikirannya, membuat hatinya gelisah. Seolah ada dua Nadia di dalam dirinya, saling bertentangan: satu Nadi

imbulkan rasa takut yang tak terjelaskan: Bagaimana jika selama ini aku s

perjalanan ini mungkin lebih panjang dan lebih sulit daripada yang ia kira.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka