Antara Tajir dan Hafidz Qur'an
berat, dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang tak kunjung mereda. Ada satu pertanyaan besar yang menggantung di
memilih langkah hidup? Mungkinkah,
arang semua itu terasa hampa? Seolah semua yang pernah ia kejar tak lagi memiliki makna seperti dulu. Bagian dari dirinya ingin menepis perasaan
-
asa-bertemu klien, mengejar target, dan sibuk dengan jadwal padat yang telah ia susun. Namun, di tengah kesibukan itu, bayangan Akba
bar lagi. Ia merasa, mungkin ada sesuatu yang perlu ia tanyakan, ses
-
kan tanda-tanda menghakimi atau merendahkan. Sikapnya yang tenang justru membuat Nadia merasa lebi
dah dari biasanya. "Selama ini aku pikir, hidup ini ya... tentang bagaimana kita menca
un tidak menyela. Ia hanya mendengarkan, memberikan ru
mbisi. Tapi sekarang, aku malah merasa bingung. Semua yang aku anggap p
tujuan hidupnya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan ambisi, tidak ada yang salah dengan mengejar kesuksesan.
h miliknya sendiri, sesuatu yang ia perjuangkan demi dirinya. Namun, benarkah begitu? Ataukah, selam
elama ini aku hanya mengejar pengakuan. Tapi bukankah itu penti
an dari orang lain akan membawa ketenangan di dalam hati? Atau malah sebali
isan dalam dirinya yang selama ini tidak pernah ia sentuh. "Aku nggak pernah mikir seja
di lebih baik tidak selalu harus berarti menjadi lebih dari orang lain. Terkada
. Di satu sisi, ia masih ingin mempertahankan semua yang telah ia capai. Di sisi lain, ia tidak bis
h?" tanya Nadia dengan na
kin kamu perlu melihat dari perspektif yang berbeda. Terkadang, kebahagiaan sejati datang b
ahagia, Akbar. Tapi aku nggak tahu cara untuk sampai ke sana. Rasanya
agiaan tidak selalu tentang apa yang kita dapatkan, Nadia.
"Lepaskan? Maksudmu, aku harus melepask
yang membuat hatimu gelisah. Terkadang, yang perlu kita lepaskan ada
ng selama ini ia pegang erat-erat. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Akbar seolah berhasil mengguncang prinsi
bar. Sepertinya aku butuh bnyak
perlu terburu-buru, Nadia. Semua ada waktunya. Yang pe
apan mereka. Ia tidak tahu apakah ini pertanda bahwa ia perlu mengubah pandangannya, atau hanya kebingungan semen
-
ta-kata Akbar menggema di pikirannya, membuat hatinya gelisah. Seolah ada dua Nadia di dalam dirinya, saling bertentangan: satu Nadi
imbulkan rasa takut yang tak terjelaskan: Bagaimana jika selama ini aku s
perjalanan ini mungkin lebih panjang dan lebih sulit daripada yang ia kira.