icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Antara Tajir dan Hafidz Qur'an

Bab 5 Ujian Kehidupan

Jumlah Kata:1168    |    Dirilis Pada: 27/11/2024

pernah diucapkan Akbar bergema seperti suara-suara yang tak mau menghilang. Ia tahu, perubahan besar s

agi ini

yang sebenarnya tak pernah sepenuhnya pulas. Nama kantornya ter

ra rekan kerjanya terdengar

tanya Nadia, mencoba menah

da laporan keuangan yang ... yang keliru, dan

an keuangan adalah mimpi buruk bagi siapa pun di industri ini. Terl

kantor. Setiap langkahnya terasa berat, seola

gelisah, dengan ekspresi yang menunjukkan kepanikan. Di depan ruanga

ya salah satu manajer, memeca

menenangkan semua orang. "Kita akan mencari solusi secep

irinya sebagai pemimpin yang tangguh, namun kali ini berbeda. Masalah ini

uki ruangan. Nadia menatapnya terkejut. Itu adalah Akbar-konsultan bisnis yang baru saja diko

erutama Nadia. Ia tak menyangka bahwa Akba

ng. "Maaf jika saya masuk di saat genting seperti ini. Saya mendengar a

agu. "Ya, bisa dibilang beg

ta dengan lembut, "Kadang, dalam menghadapi ujian, kita hanya per

ketenangan yang terpancar dari Akbar, ketenangan y

?" tanya Nadia, suar

kannya, tapi soal bagaimana kita belajar darinya. Kadang, kita perlu berani menerima bahwa ada

alikan segala sesuatu, merancang setiap langkah dengan hati-hati. Namu

i kantor. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya ada bayangan-b

seperti mengulang sebuah mantra yang asing baginya. Di dunia yang serba materialis

ar, menampilkan

teman bicara, a

a-kata sederhana itu. Ia tak ingin terlihat lemah, namun

as, "Aku rasa, aku bu

ekat kantor Nadia. Tempatnya sepi, hanya ada beberapa

tan. "Aku ... Aku benar-benar takut, Akbar. Ini

l yang manusiawi, Nadia. Tapi jangan biarkan ketakutan mengendalikanmu. Justru d

pakah kamu pernah merasa seperti ini? Merasa be

, sama sepertimu. Tapi aku selalu percaya bahwa Tuhan

aku gagal?" suara N

a bangkit setelah jatuh, bukan seberapa sering kita jatuh." Akbar menatap Nadia dengan sorot mata penuh

merasa hanya aku yang bisa menyelamatkan diri dari masal

han selalu ada di samping kita ... Tidak harus kita selalu kuat. Kadang, kita perlu me

dirinya yang mulai luluh. Tanpa sadar, air mata mengalir dari sudut matanya.

a di hatimu keluar. Tidak ada salahnya merasa takut, merasa

ini membatasi dirinya perlahan-lahan hancur. Di hadapan Akbar, ia me

menatap Akbar dengan rasa terima kasih yang dalam. "Terima kasi

tang hal-hal yang sebenarnya sudah ada di dalam dirim

rna merah di pipinya. "Kamu selalu t

itulah peranku dalam hidupmu saat ini," jawab Akbar dengan nada ya

perasaannya, ponselnya berdering. Ia melihat n

kantor, pimpinan utama perusahaan yang selama ini tak

t gemetar, ia menjawab pa

ia, saya ingin kamu hadir di rapat darurat besok p

lebih cepat. "Baik, P

enuh kecemasan. "Akbar ... mereka menginginkan pertemuan darura

m tangannya dengan lembut. "Apa pun yang terjadi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka