Antara Tajir dan Hafidz Qur'an
. Tempat ini terasa damai, berbeda dari kafe-kafe mewah yang biasa ia dat
mpur antara rasa rindu dan kebimbangan. Ia menghirup napas panjang, mencoba menenangkan perasaannya.
a bertemu dengan Nadia. "Maaf, sempat terjebak sedik
um tipis. "Nggak apa-apa.
perhatikan Akbar, pria yang begitu berbeda dari dirinya, namun selalu mampu membuatnya merasa tenang. Rasa nyaman
bar membuka percakapan denga
kirkan belakangan ini, Akbar ... dan itu membuat aku semakin bingung." Matanya mencar
uru-buru membuat keputusan, Nadia. Terkadang ... jawa
asa seperti terjebak di antara dua dunia, Akbar. Di satu sisi, aku ingin hidup yang l
pasti punya rasa takut ketika harus membuat pilihan yang besar. Tapi, jangan sam
nangkan. Ada kekuatan dalam ketenangannya, sesuatu yang selam
adia tiba-tiba, tak bisa lagi menahan kegelisahannya.
ersenyum tipis. "Dan kamu, Na
ahu ... kadang aku merasa apa yang Lita bilang ada benarnya. Kamu dan aku ...
a, aku nggak pernah memaksa kamu untuk berubah atau memilih jalan yang aku j
r. "Kenapa kamu bisa sebaik itu, Akbar? Kenapa kamu nggak pernah mem
a perjalanan hidup masing-masing. Dan aku percaya, kebahagiaan
enar memahami dirinya. Di tengah rasa bingung dan takut yang ia rasakan, keh
akan perasaannya terhadap Akbar, takut kalau perasaan ini akan m
-
ar masih terngiang di kepalanya. Ia tahu bahwa hidup yang selama ini ia jalani hanyalah s
capai, ketakutan itu kembali datang. Apak
sebuah pesan dari
kamu capai. Jangan hancurkan semu
annya pada semua kerja keras yang telah ia lakukan selama ini. Ia tahu Lita peduli padanya, tapi
ya diketuk. "Masuk," ucap Nadia tanpa me
engan senyum ramah. "Maaf kalau aku ganggu,
"Tentu, Arya. Apa yang
detail presentasi. Namun, di tengah percakapan, A
ik aja, kan?" tanyan
amun mencoba tersenyum. "
anya begitu fokus, begitu bersemangat. Tapi sekarang,
h perubahannya begitu terlihat? Ia tidak menyang
banyak pikiran,
waban yang lebih. Namun, ia hanya mengangguk pelan. "K
m kecil. "Teri
i perubahan itu. Di satu sisi, ada dorongan kuat untuk mendengarkan kata hatinya, untuk melepaskan semua beban
-
n malam yang sejuk. Ia memandang langit yang gelap, bertabur bint
selalu ia rasakan setiap kali berada di dekatnya. Peras
Kata-kata sahabatnya itu membuat Nadia merasa seperti sedang berdiri di tepi
li bergetar. Pe
kan kedamaian dalam dirimu. Aku percaya, kam
syarat, tanpa tuntutan. Namun, di saat yang sama, perasaan itu juga menakutinya. Ia tahu, semakin dalam p
g gemetar, Nadia
Aku ... sedang menco
h kencang. Ia tahu bahwa dirinya sudah terlalu dalam terlibat
uanya? Apakah ia sanggup menjalani kehidupan yan