Antara Tajir dan Hafidz Qur'an
menenangkan kini terasa seperti bayangan yang tak memberinya kedamaian. Pesan dari Akbar dan panggil
uah keyakinan kecil yang mulai tumbuh. Keyakinan bahwa mungkin, un
-
tapi ada cahaya yang samar terpancar dari sana. Ia menarik napas dalam, lalu b
a dengan pakaian yang lebih sederhana-blus panjang dan celana kain yang nyaman. Ini bukan hanya tentang penamp
ia memutuskan untuk berjalan kaki menuju kafe di dekat kantor, sesuatu yang jara
-
g tenang. Ia membuka jurnal yang sudah lama tak tersentuh, pena di t
u bagaimana rasanya menjalani hidup tanpa harus t
ederhana, tapi maknanya mendalam. Ia menyadari betapa berat beban
nulis, ponselnya bergetar. Sebuah
m ini. Kita
hu, pembicaraan ini tak akan mudah.
-
h. Ruangan itu dipenuhi furnitur mahal, tapi suasana di antara mereka
terjadi denganmu?" tanya ibunya
untuk menjelaskan perasaannya. "Ibu, aku hanya merasa
dupmu sudah sempurna, Nadi
mencoba memenuhi harapan semua orang. Aku pikir itu membuatku bahagia, tapi t
sejak kamu dekat dengan Akbar, kan? Nadia, orang seperti dia tidak akan pernah mengerti dunia ki
menusuk, tapi kali ini, ia meras
aku tidak meminta ibu untuk mengerti sekarang. Aku hanya meminta i
uka. "Kamu seperti melupakan siapa dirimu,
-
n ia tahu konflik dengan ibunya belum selesai. Setidaknya
irkan-mengunjungi rumah sederhana tempat Akbar tinggal. Ia ingin memahami bagaima
empit yang penuh dengan aroma masakan rumah. Suasana di sana jauh berbeda dari
an pekarangan yang penuh dengan tanaman hijau menyambutnya.
rkejut, tapi senyumnya tet
itu kecil, tapi penuh dengan kehangatan. Tidak ada fur
emberi tahu," ucap Nadia
bisa aku bantu?" Akbar
a. "Aku ingin tahu ... bagaimana caranya kamu bisa begitu te
tu sederhana, Nadia. Ia bukan tentang apa yang kita punya, tap
sa ada banyak hal yang kurang?" tana dengan orang lain," jawab Akbar lembut. "Ketika kita fo
yadari betapa seringnya ia merasa tidak puas, me
-
awatirannya, keraguannya, dan ketakutannya. Akbar mendengar
paling sulit," kata Akbar. "Tapi ketika kita melangk
ingan. Ia tahu perjalanan ini baru dimu
akhir. "Nadia, jangan pernah takut untuk berubah. T
asih yang mendalam. "Terima kasih, Akbar. Aku tidak
-
malam yang cerah. Bintang-bintang terlihat beg
selnya kembali bergetar. Kali ini, s
egitu saja, Nadia. Kamu ta
. Ia tahu, masa lalunya belum selesai. Dan ia
tapi bayangan masa lalunya kembali muncul, mengancam pe