Ambil Nafasku Pergi
bangun dari tidurnya, Dewi merasakan lengan bajunya ditarik terus-menerus. Semakin ia berusaha mengabaikanny
leh ke arah Kristina yang ada di sampingnya. "Kristina...sebaikn
ina yang menunjuk ke suatu arah. Mata Dewi menelusuri ke mana arah jari Kristina menu
ir sedingin es di wajahnya. 'Oh sial!' Berusaha keras mengumpulkan kembali kesadarannya,
ing keras kepala di universitas tempat Dewi berkuliah. Mengambil buku diktat dari tasnya, Dewi kemudian membuka buku itu di halaman ya
ke depan kelas, berpura-pura tak mengetahui apa yang baru saja terjadi. S
an jari-jarinya di rambutnya dan merasakan penyesalan. '
Semua orang di kelas dan bahkan seluruh universitas ta
dengan mahasiswa lain, mabuk-mabukan dan juga membolos dari kelas. Pendek ka
nyatakan bahwa seorang mahasiswa tidak diperbolehkan mewarnai ra
a ia memiliki rambut panjang yang dicat ungu dan kuku berwarna merah cerah. Para pengajar
ga dikeluarkan dari universitas sampai dengan saat ini. Salah satu alasanny
ama Edi Cataka, yang merupakan asisten Kusuma, ada kaitannya dengan penugasan Martaka di universitas ini. Bahkan Kusuma sendiri dulunya adalah mahasiswa Martaka. Sebagai seorang
u yang ada di depannya. Duduk di depan Dewi adalah Dimas Subianto, seorang pengawas kelas d
apa yang Dewi minta, ia segera membuka halaman buku tempat jawab
imas terbaca olehnya. Banyak mahasiswa di kelas yang melirik ke Dewi
h yang sempurna, sepasang mata yang bulat dan terlihat polos, hidun
esona. Belum lagi sepasang kakinya yang jenjang dan ramping, sangat menarik
ia akan menjadi kandidat yang paling pantas
i membaca jawaban dari buku Dimas. "Keuangan adalah istilah luas yang mencakup
kan, dan ini membuatnya sangat marah. "Cukup!" Teriakan Martaka menggelegar d
gaimana Martaka mati-matian
ya, semua kecuali Dewi yang kemudian tersenyum kepada Martaka
kepada Martaka. "Profesor Daliono, tolong jangan marah. Saya akan menghafal jawabannya sebelum jam kelas ini berakhir!" Dewi berjanji demi meredakan kemarahan profes
n pikirannya untuk belajar, ia bisa menjadi mahasiswa dengan nilai yang tinggi di kelasnya. Tapi, sebagai seorang profesor yang profesional, Martaka tidak bisa lebih mentolerir tindakan Dewi yang kurang
n berdiri di bawah bendera!" Martaka menyatakannya dengan tegas. "Apakah kamu mengerti? !" Tiga
etika Dewi yang melakukan kesalahan
awannya. Menyakiti orang lain demi mendapatkan apa yang ia inginkan tak pernah ada dalam prinsip Dewi. I
ka, Dewi mengutuk di dalam hatinya
elas Anda lagi." Duduk kembali di kursinya, Dewi kemudian mengambil penanya dan seakan menulis di buku catatan di depannya. Ekspresi kepuasan muncul di w
kata-kata terakhirnya sebelum kemudian mengumpulkan baran
ecara resmi
a Dewi berkumpul di sekitar mejanya, dan mulai menyatak
frustrasi terlihat dengan jelas di wajahnya. 'Kenapa harus kita yang bertanggung j
a berupa tinggi badan dan dianggap sebagai yang tertinggi di seluruh universitas. Sebagai t
an Dewi dengan erat, memohon dengan sikap yang menawan. "Aku mohon padamu..." Kristina, teman baik Dew
n di depan umum seperti itu, mengerti?" kata Kirani, yang
ntara dirinya dan Kusuma. Suara bising di sekitarnya saat ini mulai membuatnya merasa kesal. Dengan tiba-tiba ia mengambil buku dengan tangannya, dan
ang, ke arah datangnya suara itu, mereka akan mendapatkan masalah dengan De
tujuan meredakan ketegangan yang ada. "Hei, aku baru ingat. Sedang ada promosi besar-b
tarkan senyum dan berkata, "Aku mau!" 'Mungkin hanya karena lipstik yang
ewi dan Kirani sudah saling memaha
annya pada lipstik adalah sebuah hal yang sangat mengejutkan. Ia tak pernah peduli akan pakaian, karena ia terbiasa me
ahaya Inte
aza Cahaya Internasional. Di dalam plaza itu terdapat be
an, yang masing-masing bangunan itu dinamai dengan n
lah Dubhe, Merak, Phecda, Meg
u akan menyala. Jika orang melihatnya dari langit, maka lampu pada masing-masing ged
orang yang suka mengunjungi plaza ini, sebuah plaza yang dibalut konsep unik konstelasi perbintangan. Sehingga, plaza ini menjadi tempat yang sangat populer, apakah itu untuk berpacaran atau tempat untuk mengajak