Ambil Nafasku Pergi
i. "Kamu benar-benar wanita yang tak tahu diri! Biar kuberi tahu kau s
Kirani, tatapannya berubah menjadi kosong. Sementara Kirani men
Hadi berulang kali...' Mengangkat pandangannya kepada Dewi, Kirani bergumam pada dirinya sendiri sambil menggelengk
ang ada di dalam tempat ini berkilau dengan kemewahan, dari lukisan antik, artefak berharga, hingga furnitur dengan cita rasa
mudian tertawa
eorang pasien tak waras, yang baru saja kabur dari rumah sakit jiwa. Kerum
san dibalik semua tingk
kekayaan yang ditawarkan oleh Plaza Cahaya Internasional akan membuat banyak orang menjadi gila saking
tuskan bahwa dirinya harus turut campur agar masalah ini tidak semakin runyam. Ia pun menghampiri Dewi, dan men
atas tindakan Jaya, "Hei! Jaya! Apa yang sedang kamu lakukan? !" Jaya terus menggendongnya, mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan Dewi. "Turunkan aku sekarang! Aku tak akan membiarkan hewan itu bicara semaunya tentang di
ih tidak mau, tanyakan apakah ia lebih suka untuk pergi ke Departemen Urusan Sipil sekarang juga untuk menyelesaikannya! Katakan itu semua!' Tersenyu
memperbaiki suasana yang ada, Kirani dengan rendah hati berusaha meminta maaf kepada Kusuma, "Kami sangat-sangat menyesal, Tuan Hadi. Sepertinya teman kami sedi
minta maaf kepada Kusuma Hadi. Tak peduli akan ekspresi marah yang ada di wajah Dewi. "
ra membawa Tomboi ke rumah sakit jiwa..." kata Jaya dengan napas yang masih terengah-engah. Tubuhnya merasa sangat lelah, karena selama perjalanan menuju mobilnya, ia harus menjaga agar Dewi tidak terlepas dan menimbulkan kekacauan yang lebih parah. "Kita harus ... coba menghubungi direktur rumah sakit itu ..." Jaya melanjutkan sambil berusaha mengatur na
erasakan pusing di kepalanya tiba-tiba bangkit dan keluar dari mobil, ia kemudian mencengkeram Jaya yang masih kelelahan d
yang salah dengan dirimu." Menarik tangannya dari cengkeraman Kirani, Dewi pun melepaskan cengkeramannya di kerah Jaya. Kirani pun melanjutkan, "Kamu tahu kan, dengan siapa kamu tadi berbicara? Itu tadi adalah Tuan Hadi, demi Tuhan
anannya di dahi dengan perasaan kesal. "Aku akan pu
hwa Dewi belum berubah dan tidak terpengaruh oleh kehadirannya. Bahkan setelah bertahun-tahun, Dewi masih saja tidak tertarik dengan perkuliahan. Hal ini memberikan rasa kec
ada jejak rasa malu maupun penyesalan dalam nada suara Dewi saat menjawab pertanyaan Dimas. "Hei Ja--" Dewi menggelengka
jendela mobil, Dewi memanggil Kirani, "Hei
a, namun sebelum Kirani menyerahkan kunci itu, melihat Dewi, timbul kekh
caya apa yang aku katakan," pikir Dewi. 'Mendengarnya bahkan akan lebih meyakinkan teman-temanku untuk seg
i hanya terlalu kesal. Kalian juga tidak perlu khawatir. Tuan Hadi tidak akan menimbulkan masalah untuk kita" S
teks untuk ia kirimkan kepadanya. "Kusuma, aku ingin bercerai! Aku akan memberi
ang akan aku kirimkan.' Mengambil napas dalam-dalam dan berusaha berpikir dengan jernih, Dewi kemudian mulai menyusun kembali pesan yang akan dikirimkannya ke Kusuma. "Tuan Hadi, tolong jangan menimbulkan masalah untuk
Kejadian ini bukan salahku. Aku pun juga sudah dibuat kesal olehnya.' Menatap layar ponselnya cukup lama
i telepon. Dewi berpikir, karena Edi adalah asisten Kusuma, ia pasti mengetahui sesuatu
mengantarkan Olga pulang sesuai yang diperintahkan oleh Kusuma
i. Ini a
ng duduk di kursi penumpang belakang. Ia
Edi kepada Dewi langsun
Nyonya Hadi lagi, jadi aku berharap kamu berhent
ceraiannya masih belum diputuskan, maka berdasarkan eti
akah aku menanyakan sesuatu? Tuan Hadi tidak marah terhadap teman-temanku, kan? A
awab, "Tidak. Tuan Hadi hanya memintaku untuk mengantarkan Nona Malik pulang ke rumahnya." Dan selidi
nci seseorang, biasanya ia akan segera meminta Edi untuk menyingkirkan ora
dengan Dewi? Apa Dewi tel
seorang wanita untuk tampil mempesona tanpa bantuan make up, akan tetapi Dewi sejauh ini sepertin
asa lega. "Bisakah kamu kirimka
memutuskan untuk menemui Kusuma secara langsung dan
n bagiku, jika Kusuma nantinya menyeretmu ke dalam masalah kami. Oke?" Dewi memohon kepada Edi. Bagi Dewi, Kusuma terlihat picik. Kusuma begitu tidak toleran, menyimpan dendam
juinya. Dewi sudah memperkirakan reaksi ini
kata Dewi, dan kemudian ia lanjutkan, "dan suatu hari, aku akan memberi tahu
ya Ha
u makan malam yang menyenangkan lain kali, setuju?" Jika Edi bersedia membant
Edi bingung harus berbuat apa. Sambil me
e wanita seperti inilah yang cocok bagi bos yang karakternya sangat dingin.' Demi memastikan b
i telah selesai, Olga pun segera melontarkan pertanyaannya kepada Edi, "Edi, apakah tadi yang meneleponmu adalah Nyonya Hadi?" tanya Olga, berusaha menyembunyikan rasa penasarannya dan berpura-pura tidak mendengar bagaimana Edi menyapa lawan bica