JALAN PULANG
tahun telah berlalu, suasana kampung itu seolah tidak banyak berubah. Jalanan tanah yang berdebu, sawah yang terbentang luas, dan rumah-rumah s
eliling, memperhatikan wajah-wajah yang dulu sering ia lihat. Beberapa orang yan
ta tua yang tengah duduk di beranda rumahnya, me
tangga sebelah rumah yang dulu sering mengajaknya berbic
bali ke sini!" seru Bu Sri dengan suara yang riang. Wajahnya berse
an itu, tapi di balik senyumnya, ada rasa cangg
-tiba pulang? Ada urusan di sini?" tanya Bu Sri dengan penasaran,
b Karina singkat, tidak ingin memperpanj
lemah. Kamu pulang di waktu yang tepat, nak," jawab Bu Sri sam
galkan, Karina merasakan campuran antara nostalgia dan kesedihan. Banyak hal yang tetap sama, tapi banyak juga yang telah berubah. Orang-orang yang dulu dekat dengannya k
ayu yang dulu sering membantunya memperbaiki rumah, serta Lili, teman masa kecilnya yang sekarang sudah memiliki tiga
kiran itu terus mengganggu, meskipun ia berusaha mengabaikannya. Ia tidak tahu harus berkata apa jika bert
rung itu dulu adalah tempat ia dan Arman sering menghabiskan sore hari, berbicara tentang mimpi-mimpi mereka, masa depa
rin
ng, jantungnya berdetak kencang. Perlahan-lahan, ia berbalik, dan d
h sedikit beruban, dan tubuhnya tampak lebih tegap. Namun, mata itu-mata yang selalu menatapnya dengan lembut-m
an namanya dengan suara pel
bil tersenyum, meski senyum itu terasa ada s
erkata apa. Ada begitu banyak hal yang belum terselesaikan di antara mere
rina akhirnya, berusaha memeca
idupan di sini... ya, seperti yang ka
k pelan. "Aku bi
Arman, suaranya terdengar datar, meskipun Karina bisa m
kata-kata itu terdengar hampa bahkan bagi dirinya sendiri. Kesuks
imuti mereka, hingga Arma
Karina? Selama ini... kamu tidak
nyaan ini akan muncul cepat atau lambat. Tatapan Arman yang tenan
i aku tahu... aku salah karena tidak pernah menjelaskan semuanya padamu," k
u menunggu penjelasan itu selama bertahun-tahun. Tapi, seperti
r aduk. "Arman, aku benar-benar minta m
telah berlalu, Karina. Mungkin yang terbaik adal
bahwa ini adalah langkah awal untuk menghadapi semua yang ia tinggalkan. Tapi, apak
Karina hanya bisa mengangguk. Pertemuan ini, meskipun singkat, t
an pelan, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menjau
ng harus ia hadapi sebelum ia benar-benar bisa merasa damai dengan masa lalunya. Per
nuh dengan pertanyaan dan penyesalan. Langkah Arman yang perlahan terasa seperti simbol dari ap
rnya berseru, tanpa
i ada keraguan di dalamnya. Karina berjalan mendekatinya, langk
ini dipenuhi dengan tekad. "Aku tahu aku salah. Aku meninggalkanmu
kan sekadar menyapu se
lum kembali menatap Karina. "Apa yang mau kamu bicarakan, Karina
esalan ini," jawab Karina, suaranya tegas meski dalam hatinya ada ketakutan besar. "Aku tida
etenangan, ia berkata, "Kamu bisa jelaskan, tapi apa yang bisa diubah? Apa kamu
an yang terpendam, rasa bersalah yang ia bawa bertahun-tahun, masih segar seakan semuanya baru ter
dengan cara yang benar. Ketika aku pergi, aku bukan hanya meninggalkan kampung ini, aku meninggalkanmu-dan meninggalkan bagian dar
ingin lebih, Karina. Kamu punya impian besar yang tidak bisa ditahan oleh kampu
kalau aku pergi tanpa penjelasan, aku bisa memulai hidup baru tanpa beban. Tapi ternyata beban itu tetap ada, Arman.
k pernah benar-benar marah padamu. Aku kecewa, tentu saja. Tapi a
gar kalimat itu. "Kamu
na memilih untuk mengejar impianmu. Kamu punya hak untuk itu, sama seperti aku p
k pernah ia duga akan ada di dalam diri pria yang dulu begitu pen
rman? Kamu bisa pergi. Kamu bisa m
na. Kamu memilih jalanmu, dan aku memilih jalanku. Aku menemukan
uan Arman. Ia menyadari bahwa meski ia telah pergi untuk mencari arti kebebasan, Ar
nyata terasa dalam kata-katanya. "Aku hanya berharap kita
h rusak, Karina. Tapi tentang menerima apa yang telah terjadi dan bergerak maju. Mungkin kita tidak
ar. Masa lalu tidak bisa diubah, tapi hari ini ad
a hidupmu selama ini, apa yang sudah kamu lalui," kata Karina dengan nada leb
punya banyak waktu untuk itu, Karina. Selam
an mengubah semuanya dalam semalam, tapi setidaknya ini adalah awal. Awal dari perjalanan pan
bawah langit sore yang semakin memudar, sambil membawa ke
ambu