icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

JALAN PULANG

Bab 2 Kembali ke Akar

Jumlah Kata:1416    |    Dirilis Pada: 12/09/2024

kade lalu. Di dalam gerbong kelas eksekutif, Karina duduk dengan tenang, meskipun perasaannya jauh dari kata tenang. Di luar jendela, pemandangan gedu

tuk tidak memikirkan Arman, pria yang dulu pernah menjadi dunianya. Wajahnya, senyumnya, tawa yang

lu pernah ia tinggalkan begitu s

uluh tahun telah berlalu, tapi perasaan bersalah itu masih segar seperti kemarin. Ia tidak pernah memberi penjelasan pada

ayahnya yang keras dan sering kali marah tanpa alasan yang jelas. Ayahnya adalah sosok yang dingin, sulit didekati, dan hubungannya dengan Karina selalu tegang. Ketika ay

rasa semakin berat. Karina tahu bahwa perjalanannya kali ini bukan sekadar untuk melihat ibunya yang sa

n patuh di bawah bayang-bayang ayahnya, dan sekarang terbaring dalam ketidakberdayaan. Hubungan Karina dengan ibunya selalu terasa jau

dekat dengan sesuatu yang tak terelakkan. Ia tahu bahwa saat ia melangkah keluar dari kereta nanti, semua kenangan itu akan

kereta, disambut oleh udara desa yang segar namun dingin. Bau tanah yang lembab setelah hujan membawa Ka

gong di kejauhan. Karina menatap sekitar, mencoba mengenali setiap sudut yang dulu begitu akrab, tapi kini terasa asing. Jalanan berdebu

cegah. Di depan gerbang rumah, ia berhenti, menatap bangunan tua itu dengan perasaan campur aduk. Ini adalah tempat di mana ia tumb

ya kehilangan sinar kehidupan yang dulu masih tersisa meski hidup penuh perjuangan. Melihat ibunya berdiri di sana, tubuh

pelan, nyaris seperti bisikan yang

atau bagaimana menghadapi semua ini. Kenangan masa kecil yang penuh konflik tiba-tiba terasa begi

enjenguk ibunya yang sakit. Ini adalah tentang menghadapi semua yang selama ini ia hindari-tentang cinta yan

kayu tua, dan suasana yang begitu sunyi. Aroma khas kayu yang lembap menyambutnya, aroma yang selalu mengingatkannya

at, seolah berusaha menahan tubuhnya yang rapuh agar tidak jatuh. Wajahnya tirus,

ang hampir tak terdengar. Matanya berkaca-kaca, p

ba menahan emosi yang mulai m

selama beberapa detik sebelum ibunya berg

dengan lembut, tetapi Karina bisa meli

uduk di sofa tua yang pernah menjadi tempat favoritnya dulu, tapi kini terasa tidak nyaman. Matanya tertuju pada meja kecil di samping sofa, di mana foto-foto lama keluarga masih tersusun

ecah keheningan. Suaranya terdengar datar,

tipis. "Ya, begini... penyakit ini semakin parah.

. Ia tidak pernah dekat dengan ibunya, tapi melihat wanita tua itu dalam keadaa

dengan pekerjaanmu di kota besar," jawab ibunya

alu merasa terjebak antara ambisi dan tanggung jawab, tentang bagaimana ia merasa bers

nya?" tanya ibunya tiba-tiba, memecah keheningan yang

ombang kenangan yang sulit diabaikan. Karin

ang dia, Bu," jawabnya dengan suara bergetar. Jantungnya

rti lebih dari yang dikatakan. "Dia masih tinggal di desa ini, Nak. Se

pada hari-hari sebelum ia meninggalkan desa, ketika ia dan Arman masih begitu dekat, ketika merek

-tahun, ia harus kembali mengh

ya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Ia tidak

ang. "Belum, Nak. Sepertin

rti pukulan. Menunggu? Apakah Arman benar-be

hal-hal yang belum selesai di antara kalian," sa

ama bertahun-tahun tiba-tiba terbuka kembali. Arman-nama itu tidak hanya

na. Terlalu banyak yang berubah," jawab Ka

s kembali ke tempat di mana semuany

nya ini bukan hanya tentang merawat ibunya. Ada sesuatu yang lebih dala

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka