12 Wasiat Dari Ayah
h pada semua keluarga besar ayah yang sedang berkumpul di ruang tamu. Ibu mencengkram
u selalu tidak lekas dari ibu dia benar-benar terlihat cemas kali ini, kelihatan dari jari yang dia mainkan seperti menget
rjadi pada ibu? Kugenggam jemarinya perlahan, mencoba menenangkan meski aku sendiri pun ragu. Tak
pa?" Suaraku
amar ayah tadi, ngomongin ibuk, Kan?"
a aku jujur aku takut membuat ibu berpikir macam-macam tentangku dan di sisi lain ... aku takut jika aku berbohong, aku khawatir ji
leh mengarah padaku, wajahnya secara ti
reflek dan akhirnya yang keluar dar
erucap juga oleh ibu, pertanyaan yang belum siap aku menjawabny
a, seolah menunggu jawaban
ya ragu atas jawaban ini. Tetapi ... terserahlah, aku pasra
a tadi sangat cepat berubah menjadi tajam, sekarang sudah berubah kembali menjadi sendu. Aku semaki
n tadi ya ...," ucap ibu yang seolah tahu semua perkataan
ti biasanya? Sekarang malah memasang
kku dan apa ...," perkataanku tertahan, aku takut jika banyak berbicara pada ibu. Takut me
lagi dan kurasa ini perkataan manis
k itu, hanya terlihat ia melebarkan bibirn
taan ibu terpotong saat sang supir
jalur enam, ud
ggang sendirian tidak menggenggam jemariku lag
i?" tanyaku memancing, padahal sebenarnya aku yakin jika
angkan perkataan itu kel
t dariku, aku tertinggal jauh dengan kehampaan padaha
iri sendiri. Sampai kapan hubunganku kami bisa membaik? Se
ing-masing? Mengingat perkataan paman tadi, jika wajahku sangat mirip dengan ayah kand
u tentang apa pun. Tetapi ... tanpa kesadaran ibu aku
membalaskan dendam ini agar perasaan kami lega? Akan kah kami saling memb
sepertiku menyayanginya! Ya, darah kami satu ... aku mengalir dari darahnya, ia
st
sa trauma itu belum juga hilang. Aku masih terdiam di depan halaman rumah takut untuk masuk
kahku. Dia berjalan kembali mengarah padaku. "Ayuk Ra ... masuk
a-apa di dala
tidak lagi melihat kulit kacang berantakan di atas meja, bau anyir dan alkohol yang membuatku pusing di rumah ini.
u, yang sudah menghempaskan tubuhnya ke kursi
tkan perkataanya kembali. "Oh .. iya, mulai hari ini. Kita nggak bisa lagi lewat belakang. Pintu bel
. Tetapi bahagianya hati ini cepat berhambur saat logikaku bermain. Mau
ram kembali mengi
tanya ibu yang sekara
bu hampir saja berhasil menjualku!" ucapk
waras dan mungkin di matamu ibu bukanlah ibu yang baik. Tapi nggak pernah kepikiran untuk ngejual ka
ngebelain dia? Malah nyuruh
adanya, Ra! Mana mungkin ibu bisa berbuka suara yang seben
daan, aku bertanya pada ibu. "Bu ... a