12 Wasiat Dari Ayah
, 08 Me
akaman ayah?" tanyaku pada wanita yang
tersenyum. "Untuk apa? Setelah dia ngebuat aku kayak gini, aku masih sudi untuk hadir k
entang ayah. Sekarang aku hanya bisa pasrah, meski sangat berharap ibu menemui ayah untuk terakhir ka
ayangkan kini pupus. Ternyata sampai kapan pu
pria tadi yang ternyata adik dari aya
perjalanan kami hanya diam. Sampai akhirnya paman memandangku dengan tatapan senyu
um. "Baik." Hanya itulah yang bisa kuucapkan, tidak m
u menginjak sekolah menengah pertama. Ibu pernah terlihat menangis lalu tiba-tiba bisa dengan cepat tertawa! Terkad
asih saja tetap laku menjual diri di setiap harinya ... sampai sekarang perilaku itu tidak pernah ada yang berubah. Membuatku merasa mual setiap sa
un!" ujar paman me
tahun lebih tidak menemuiku? Namun, aku lebih memilih untuk diam. Takut jika aku menyak
mobil paman berhenti di depan halaman
ih sama seperti dua belas tahun silam. Rumah yang dulu menjadi rumah ternyaman bersama seorang lelaki
ua orang yang memakai pakaian serba hitam, membuatku te
aham perasaanku saat ini. "Ayuk, Masuk." Aku
t wajah kesedihan, aku berjalan
bisa mencium ayahnya." Suara paman pada
ahku lalu memberi ruang a
hnya tegap dan kuat saat menggendongku. Kini terba
aku merasa Tuhan tidak pernah sedikit saja memberiku waktu untuk merasakan
uh kerinduan. Aku sangat rindu pada lelak
wajahnya tersenyum san
ium ayah, paman berbisik di telinga kananku. "Sayang ... a
menguatkanku. Kini kami berjalan menganta
*
nal lelah untuk memelukku setiap waktu. Aku terkehening sekarang, menatap lelaki yang aku rindu
a ingin mengulang semua yang dulu pernah aku dapatkan, mengulang kisah lalu yang dulu pernah aku rasakan ... mengapa semua itu terasa begit
hatiku semakin sakit rasanya. Hingga tak sadar ak
aman. Akhirnya paman menepuk bahuku. "Ra ... ikhlas, ayahmu sudah sehat sek
an ayah, masih kutaburi bunga sedikit demi sedikit s
upnya ditemani oleh sosok ayah. Dan seandainya ayah tahu ... ternyata perpis
ahu harus kemana dan tujuanku satu-satunya hanyalah pulang kepelukan ayah. Ia malah pergi menjauh ... tanpa memberi pesan lebih dulu padaku, tentang bagaiman
orang-orang mulai pergi, pa
... tunggu aku disana. Nanti akan kuceritakan, cerita yang belum sempat
Sekarang ... aku hanya bisa berharap, semua bis
yang berdiri di depan rumah ayah memakai dress berwarna merah dengan riasan wa
aja seperti sakit hati. Apa lagi ayah yang melihat wanita yang pernah dici
h ayah? Apa ibu menyesali semua p