12 Wasiat Dari Ayah
an lelah sembari memutar pedal p
alasan salam, apa lagi senyuman hangat oleh ibu se
ruak hingga ke seluruh penjuru rumah. Aku masuk lebih dalam dan dudu
kamar yang tertutup, air mataku tidak terasa menetes ..
rkurung pedih tidak dapat tersalurkan, aku benci
asti akan kupilih hidup bersama ayah buk
menahan sakitnya hati karena baru saja diejek oleh temanku yang mengatakan
ang wanita kotor yang melayani
g menurut mereka rumah adalah tempat pulang, tetapi ... bagik
ah dari balik kamar. Pelupuk mata yang tadi terpejam
ndam. Baru saja tadi pagi ibu berjanji padaku untuk tidak melayani warga atau
agi seperti kemarin. Langsung beranjak menghampiri pintu mengetuknya kuat. "Buk ... Buk ... ini Dira, Buk.
p seorang pria bertelanjang dada dan perut
loh ...." Wajahnya tersenyum mengeluarkan gigi yang berwarna kun
erbuka ... tubuhku terasa kaku dan lidahku kelu padahal aku ingin sekal
hku dan tangannya mulai masuk secara perlahan ke di wajahku. Jantungku berdegup kencang ... aku berusaha s
menggedor pintu sangat kencang. "I
di bawah tubuh pria gila ini, diri ini mulai kesusahan untuk berteriak sebab mulutku sudah sepenuhnya di dalam m
bu akan mengasihaniku. Air mataku menetes deras, kan
kukenakan lepas sudah, ia melempa
atuh bersamaan dengan baju yan
aku mengambil
kk!
flek menjauhiku mengerang kesakitan menutupi wajahnya
k wajah yang begitu menyeramkan. Ia menghusap darah yang menetes dari w
...." Ia menatapku tajam, ke
longan. "Tolong ... tolong," teriakku sekencang mungkin da
kutatap ke arah dalam yang sama sekali ibu tidak keluar dari
g pria paruh baya memakai kemeja batik menu
tapan ramah ia menanyakan apa yang se
angat kelu untuk menjelaskan, taahku dan bakarlah rumah ini! Ada banyak samk lama setelah ia menghubungi seseorang
arahku, ntah apa yang mereka pikirkan tentangku
.." Aku menganggu
"Keluarlah! Sarni! Keluarlah! Atau kami bakar rumah ini,"
i sebagai kemben menutupi dada, rambutnya masih acak bak
ya datar, tetapi bola matan
tulah dan kesialan di desa ini
buat bingung, "Aku tidak melakuk
nangis, semua warga kini
isan ... aku tidak mau ia salah melangkah sepertiku dulu ...." Ibu menyeringai lalu melanjutkan perkataa
t pada pak RT. "Pak, Buk ... tolong
mempersilakan beberapa
i, "Tidak ada apa-apa di dalam, Pak. Hanya a
kkan semalam, Pak! Jadi wajar dong kuhajar dia habis-hab
leng menatapku pen
anak ... s
, buah jatuh nggak j
, malah sekarang an
kata-kata yang mere
mu, dia menghajarmu karena ingin dirimu menjadi yang lebih baik lagi
inya para warga meninggalkan aku sendiri yang masih menunduk dan mena
ak
bodoh!" umpatnya, matanya melotot hampir
olak untuk masuk, meski aku tahu pria bejat itu pasti sudah melarikan diri l
jarku yang entah keberapa kali a
nggak menemuimu 12 tahun lamanya! Dia tidak lagi peduli pada
u nggak hidup bersama ibu sepert
bu yang kamu maksut kotor begini juga bisa menyekolahkanmu hingga kau SMA,
erdia
ga ikut menikmati hasil dar
ama pria paruh baya yang samar ku
kum, Sarni ..
dang nya. "Walaikumsalam," jawabku yang masih m
Hadi meninggal jam 10 siang tadi akan dimakamkan
semuanya terlalu mendadak. Aku belum siap untuk mendengar kabar itu ... bahkan rindu ing
rgh
anget baru aja lelaki itu diomongin. Sudahlah ... aku nggak sempat untuk menemuinya, Jika Dira mau ajaklah dia