icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
12 Wasiat Dari Ayah

12 Wasiat Dari Ayah

Penulis: Bakti Ardi
icon

Bab 1 One

Jumlah Kata:1435    |    Dirilis Pada: 21/07/2024

an lelah sembari memutar pedal p

alasan salam, apa lagi senyuman hangat oleh ibu se

ruak hingga ke seluruh penjuru rumah. Aku masuk lebih dalam dan dudu

kamar yang tertutup, air mataku tidak terasa menetes ..

rkurung pedih tidak dapat tersalurkan, aku benci

asti akan kupilih hidup bersama ayah buk

menahan sakitnya hati karena baru saja diejek oleh temanku yang mengatakan

ang wanita kotor yang melayani

g menurut mereka rumah adalah tempat pulang, tetapi ... bagik

ah dari balik kamar. Pelupuk mata yang tadi terpejam

ndam. Baru saja tadi pagi ibu berjanji padaku untuk tidak melayani warga atau

agi seperti kemarin. Langsung beranjak menghampiri pintu mengetuknya kuat. "Buk ... Buk ... ini Dira, Buk.

p seorang pria bertelanjang dada dan perut

loh ...." Wajahnya tersenyum mengeluarkan gigi yang berwarna kun

erbuka ... tubuhku terasa kaku dan lidahku kelu padahal aku ingin sekal

hku dan tangannya mulai masuk secara perlahan ke d

i wajahku. Jantungku berdegup kencang ... aku berusaha s

menggedor pintu sangat kencang. "I

di bawah tubuh pria gila ini, diri ini mulai kesusahan untuk berteriak sebab mulutku sudah sepenuhnya di dalam m

bu akan mengasihaniku. Air mataku menetes deras, kan

kukenakan lepas sudah, ia melempa

atuh bersamaan dengan baju yan

aku mengambil

kk!

flek menjauhiku mengerang kesakitan menutupi wajahnya

k wajah yang begitu menyeramkan. Ia menghusap darah yang menetes dari w

...." Ia menatapku tajam, ke

longan. "Tolong ... tolong," teriakku sekencang mungkin da

kutatap ke arah dalam yang sama sekali ibu tidak keluar dari

g pria paruh baya memakai kemeja batik menu

tapan ramah ia menanyakan apa yang se

angat kelu untuk menjelaskan, ta

ahku dan bakarlah rumah ini! Ada banyak sam

k lama setelah ia menghubungi seseorang

arahku, ntah apa yang mereka pikirkan tentangku

.." Aku menganggu

"Keluarlah! Sarni! Keluarlah! Atau kami bakar rumah ini,"

i sebagai kemben menutupi dada, rambutnya masih acak bak

ya datar, tetapi bola matan

tulah dan kesialan di desa ini

buat bingung, "Aku tidak melakuk

nangis, semua warga kini

isan ... aku tidak mau ia salah melangkah sepertiku dulu ...." Ibu menyeringai lalu melanjutkan perkataa

t pada pak RT. "Pak, Buk ... tolong

mempersilakan beberapa

i, "Tidak ada apa-apa di dalam, Pak. Hanya a

kkan semalam, Pak! Jadi wajar dong kuhajar dia habis-hab

leng menatapku pen

anak ... s

, buah jatuh nggak j

, malah sekarang an

kata-kata yang mere

mu, dia menghajarmu karena ingin dirimu menjadi yang lebih baik lagi

inya para warga meninggalkan aku sendiri yang masih menunduk dan mena

ak

bodoh!" umpatnya, matanya melotot hampir

olak untuk masuk, meski aku tahu pria bejat itu pasti sudah melarikan diri l

jarku yang entah keberapa kali a

nggak menemuimu 12 tahun lamanya! Dia tidak lagi peduli pada

u nggak hidup bersama ibu sepert

bu yang kamu maksut kotor begini juga bisa menyekolahkanmu hingga kau SMA,

erdia

ga ikut menikmati hasil dar

ama pria paruh baya yang samar ku

kum, Sarni ..

dang nya. "Walaikumsalam," jawabku yang masih m

Hadi meninggal jam 10 siang tadi akan dimakamkan

semuanya terlalu mendadak. Aku belum siap untuk mendengar kabar itu ... bahkan rindu ing

rgh

anget baru aja lelaki itu diomongin. Sudahlah ... aku nggak sempat untuk menemuinya, Jika Dira mau ajaklah dia

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka