icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Look at Me, Elle

Bab 8 Leonardo Hardika

Jumlah Kata:2076    |    Dirilis Pada: 06/04/2024

ng yang tumbuh tak terlalu lebat di pipi Leonathan memang membuat pria

rikan segelas kopi pada karyawan yang menunggu pesanan pelanggan. Mengambil dari tangan Leonathan, ia lantas pamit dan segera memberikan makan serta minuman

sang kakak dan menepuk-nepuk punggung. "Aku baru saja datang, dan

bru datang?" Sang adik terkekeh dan mengangguk

mahmu saja. Ngomong-ngomong, aku la

ampar pelan pipi kanan Leonardo berkali-kali. "Duduklah d

nathan. Ia yang terkekeh itu terus melangkah, dan menyapukan pandangannya ke segala. Mencari sekiranya

siapa pun penikmatnya. Hatinya yang lama bersedih itu sedikit terobati lantaran sang adik bekunjung ke kafe Mixture pertama. Dalam wakt

ain ponsel. Bahkan pria itu tersenyum, Leonathan bisa melihat guratan

e mari. Sebagai orang yang lebih muda aku m

ang berwarna senada dengan gawai miliknya. Melihat adiknya mengambil pancake es krim, Leonathan

ngis seketika, namun terkekeh. "Peli

ai kacamata bulat bening itu meraih piring berisi puluhan potongan kentang goreng. "Aku tahu betul, kau hanya ingin membuat kakakmu ini kesal. Adik dur

las, "terkadang aku merindukan masa kanak-kanak kita, Nath." Leonathan tersenyum simpul dan melempar tatapan ke luar jende

ma selalu melindungimu dan cerdiknya kau memanfaatkan itu." Mengambil pancake yang sudah ia pot

guk-angguk sampai terbatuk. "Kau tahu? Aku sangat senang kala itu, ap

u saat mama terus saja

tu berlangsun

ukkan beberapa stik kentang goreng ke mulutnya lagi. "Semenjak remaja, kau tidak dipe

sampai mama tiada, kaulah ya

"Kau pikir tidak sakit?! Bodoh!" pekik Leonathan sembari mengelus tulang kering kaki kirinya yang baru sa

an 'kan kalau kuaj

k, ka

jika memu

. Tunggu aku ambil jake

kau juga lapar, jangan terlalu terburu-b

ti dulu?" tanyanya sekali lagi karena begitu tak percaya dengan ucapan adik satu-satunya itu. Masih belum percaya walau Leonardo men

rena se

saran ketika Leonardo malah fokus makan dan memeriksa ponsel, tak lagi menatap ke arahnya. "He

i ke atas dan bawah berkali-kali, sampai membuat kakaknya melongo sekali

berita baik dari lelaki berumur dua puluh tiga, tahun ini. Pria yang mengangguk itu sema

am waktu dekat ini, say

elum percaya pa

rtiku." Leonathan yang mendengar itu sampai tersedak oleh pancake yang belum dikunyah halus. Karena kesal dengan pengakuan sang a

yang sudah mengayunkan kaki, jauh dari meja yang ada di sudut ruangan itu. Leonardo sendiri

ur padaku, Nath. Kalau menganggapku sebagai saudara kau pasti akan

*

rd ke sini. Suda

s ini. Leonathan semakin terkaget-kaget ketika mendengar adiknya mengatakan semua

bisa melangkah ke jenjang pernikahan suci. Onard bersyukur mengenal dan mencintainya, dan lebih beruntung jika mama bisa menemani Onard ketik

tkan dengan ucapan, "pasti mama bangga denganmu dan setuju dengan keputusanmu, Nard. Percayalah, mama bahagia melih

ks, N

enenangkan sang adik lagi, namun berbalik badan lebih dulu sambil

g adik mengekor sesudah meletakkan sebuket bunga forget-me-not di atas keramik makam mamanya. Kemudian kedua

rinduka

ngan dehaman. Meski bagaimana pun dia lebih suka memperlihatkan sisi terkuat, tak ingin lagi dilihat sebagai pria lemah meski hatinya

ngat kenangan menyedihkan lagi. Aku

anusia kau perlu men

Leonardo yang mendengar kalimat ini keluar dari mulut sang kakak menjadi kian tak sabar ingin sampai ke kafe. S

dan Leonardo kembali ke kafe Mixture. Keduanya berbincang lagi di tempat paling sudut kafe. Lantaran tak ingin terg

k, perempuan yang memiliki perut bulat tiba-tiba mengaitkan tangannya pada lengan kiri Leonathan. Pr

ekerja di Mixtu

ering ke mari

ing kanan di mana Leonathan menggeleng kecil. "Setahuku kau bekerja di sana hanya sebentar, tapi mengapa ikut ke mari?" pertanyaan ini diajukan pada Alice ya

Leonardo yang juga meminum kopinya sendiri. Melepaskan tangan Alice yang masih memegangi lengannya, lalu menggeser tubuhnya sedikit lebih ke kanan, menjauh. "Aku tidak ingin perasaanmu

sendiri, aku berusaha menjauh darimu! Tapi perasaan

kau pasti memikirkanku juga. Aku tidak lagi mencintaimu, sampai berapa kali aku harus mengingatkanmu tentang ini?

ahan bahu Alice dan bahu sang kakak sambil menatap keduanya bergiliran. "Kal

ang dia comot dengan ekspresi kesal bercampur sedih. "Sampai kapan pun aku berusaha, perasaanku tet

ih bisa

tap tajam kakaknya dan berubah melembut ketika melirik Alice. "Aku setuju, perasaan manusia sulit

ang duduk sembari mendongak ke arahnya. "Kita sambung obrolan kita di rumah, aku harus kerja agar otakku kembali dingin. Bersantailah, Nard. Jika harus m

tas karpet. Leonathan fokus mengamati desain mengenai kafe yang akan ia bangun di luar kota, sementara sang

hidup di dunia in

than tetap menatap intens layar handphone dengan

ia

dengar kau mencari pujaan hatimu yang mendadak

ntang ini? Alice?" Leonardo mengikuti pergerakan sang kakak yang semula berbaring

iarkan kakakku menjadi j

i rumah sakit, Nard." Kemudian berlalu, memilih mendinginkan tenggorokan dengan air es.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ingin Lega2 Bab 2 Pergi3 Bab 3 Tamparan4 Bab 4 Cemburu 5 Bab 5 Mencurigakan6 Bab 6 Tidak Beres7 Bab 7 Pesan Panjang8 Bab 8 Leonardo Hardika9 Bab 9 Abigail10 Bab 10 Papa Abigail11 Bab 11 Bertemu12 Bab 12 Pertengkaran13 Bab 13 Masih Cinta 14 Bab 14 Gawat!15 Bab 15 Mengalir16 Bab 16 Putus17 Bab 17 Anakku18 Bab 18 Tidak Bisa!19 Bab 19 Peluk20 Bab 20 Bukan Salahnya!21 Bab 21 Mabuk22 Bab 22 Pengamat Cinta23 Bab 23 Pengamat Cinta 224 Bab 24 Salah Mendidik25 Bab 25 Tamparan Kedua26 Bab 26 Kejutan27 Bab 27 Kejutan 228 Bab 28 Pantai29 Bab 29 Topeng 30 Bab 30 Tolakan Halus31 Bab 31 Bersemu Merah32 Bab 32 Perlakuan Manis33 Bab 33 Harapan Kecil34 Bab 34 Milikku35 Bab 35 Kesempatan36 Bab 36 Satu Atap Seterusnya37 Bab 37 Ratu Gengsi38 Bab 38 Jatuh39 Bab 39 Kebohongan Pertama40 Bab 40 Pijatan Papa El41 Bab 41 Perjanjian42 Bab 42 Kebohongan Lagi43 Bab 43 Muncul44 Bab 44 Peringatan45 Bab 45 Panggilan Video46 Bab 46 Tidak Waras47 Bab 47 Balas Dendam48 Bab 48 Kaget49 Bab 49 Asli50 Bab 50 Tidak Bodoh51 Bab 51 Tantangan52 Bab 52 Wajib Dicurigai53 Bab 53 Interogasi54 Bab 54 Fakta55 Bab 55 Cengeng 56 Bab 56 Menawar Cinta57 Bab 57 Pacaran58 Bab 58 Pacaran 259 Bab 59 Pacaran 360 Bab 60 Pandangan Mantan61 Bab 61 Pandangan Mantan 262 Bab 62 Tanpa Brielle63 Bab 63 Leonathan Cemburu64 Bab 64 Kemarahan Brielle65 Bab 65 Pengusiran66 Bab 66 Marah Tapi Merindu67 Bab 67 Percuma 68 Bab 68 Hari Terakhir69 Bab 69 Menyusul70 Bab 70 Awas Kamu!71 Bab 71 Dikurung72 Bab 72 Bibit Playboy 73 Bab 73 Penasaran74 Bab 74 Mahkota75 Bab 75 Cari Ribut76 Bab 76 Ada Apa 77 Bab 77 Mencengangkan78 Bab 78 Ditelantarkan79 Bab 79 Ibu Gila80 Bab 80 Dalang81 Bab 81 Semua Gila82 Bab 82 Syarat83 Bab 83 Kabar84 Bab 84 Operasi85 Bab 85 Amnesia86 Bab 86 Keputusan Onard87 Bab 87 Pulang88 Bab 88 Perhatian89 Bab 89 Pura-pura90 Bab 90 Menguping91 Bab 91 Menyerah92 Bab 92 Kematian Alice93 Bab 93 Kematian Alice 294 Bab 94 Berbaikan95 Bab 95 Dijual96 Bab 96 Fitting97 Bab 97 Fitting 298 Bab 98 Buaya Albino Elle99 Bab 99 Tuyul Pengganggu100 Bab 100 Pernikahan