Look at Me, Elle
ng yang tumbuh tak terlalu lebat di pipi Leonathan memang membuat pria
rikan segelas kopi pada karyawan yang menunggu pesanan pelanggan. Mengambil dari tangan Leonathan, ia lantas pamit dan segera memberikan makan serta minuman
sang kakak dan menepuk-nepuk punggung. "Aku baru saja datang, dan
bru datang?" Sang adik terkekeh dan mengangguk
mahmu saja. Ngomong-ngomong, aku la
ampar pelan pipi kanan Leonardo berkali-kali. "Duduklah d
nathan. Ia yang terkekeh itu terus melangkah, dan menyapukan pandangannya ke segala. Mencari sekiranya
siapa pun penikmatnya. Hatinya yang lama bersedih itu sedikit terobati lantaran sang adik bekunjung ke kafe Mixture pertama. Dalam wakt
ain ponsel. Bahkan pria itu tersenyum, Leonathan bisa melihat guratan
e mari. Sebagai orang yang lebih muda aku m
ang berwarna senada dengan gawai miliknya. Melihat adiknya mengambil pancake es krim, Leonathan
ngis seketika, namun terkekeh. "Peli
ai kacamata bulat bening itu meraih piring berisi puluhan potongan kentang goreng. "Aku tahu betul, kau hanya ingin membuat kakakmu ini kesal. Adik dur
las, "terkadang aku merindukan masa kanak-kanak kita, Nath." Leonathan tersenyum simpul dan melempar tatapan ke luar jende
ma selalu melindungimu dan cerdiknya kau memanfaatkan itu." Mengambil pancake yang sudah ia pot
guk-angguk sampai terbatuk. "Kau tahu? Aku sangat senang kala itu, ap
u saat mama terus saja
tu berlangsun
ukkan beberapa stik kentang goreng ke mulutnya lagi. "Semenjak remaja, kau tidak dipe
sampai mama tiada, kaulah ya
"Kau pikir tidak sakit?! Bodoh!" pekik Leonathan sembari mengelus tulang kering kaki kirinya yang baru sa
an 'kan kalau kuaj
k, ka
jika memu
. Tunggu aku ambil jake
kau juga lapar, jangan terlalu terburu-b
ti dulu?" tanyanya sekali lagi karena begitu tak percaya dengan ucapan adik satu-satunya itu. Masih belum percaya walau Leonardo men
rena se
saran ketika Leonardo malah fokus makan dan memeriksa ponsel, tak lagi menatap ke arahnya. "He
i ke atas dan bawah berkali-kali, sampai membuat kakaknya melongo sekali
berita baik dari lelaki berumur dua puluh tiga, tahun ini. Pria yang mengangguk itu sema
am waktu dekat ini, say
elum percaya pa
rtiku." Leonathan yang mendengar itu sampai tersedak oleh pancake yang belum dikunyah halus. Karena kesal dengan pengakuan sang a
yang sudah mengayunkan kaki, jauh dari meja yang ada di sudut ruangan itu. Leonardo sendiri
ur padaku, Nath. Kalau menganggapku sebagai saudara kau pasti akan
*
rd ke sini. Suda
s ini. Leonathan semakin terkaget-kaget ketika mendengar adiknya mengatakan semua
bisa melangkah ke jenjang pernikahan suci. Onard bersyukur mengenal dan mencintainya, dan lebih beruntung jika mama bisa menemani Onard ketik
tkan dengan ucapan, "pasti mama bangga denganmu dan setuju dengan keputusanmu, Nard. Percayalah, mama bahagia melih
ks, N
enenangkan sang adik lagi, namun berbalik badan lebih dulu sambil
g adik mengekor sesudah meletakkan sebuket bunga forget-me-not di atas keramik makam mamanya. Kemudian kedua
rinduka
ngan dehaman. Meski bagaimana pun dia lebih suka memperlihatkan sisi terkuat, tak ingin lagi dilihat sebagai pria lemah meski hatinya
ngat kenangan menyedihkan lagi. Aku
anusia kau perlu men
Leonardo yang mendengar kalimat ini keluar dari mulut sang kakak menjadi kian tak sabar ingin sampai ke kafe. S
dan Leonardo kembali ke kafe Mixture. Keduanya berbincang lagi di tempat paling sudut kafe. Lantaran tak ingin terg
k, perempuan yang memiliki perut bulat tiba-tiba mengaitkan tangannya pada lengan kiri Leonathan. Pr
ekerja di Mixtu
ering ke mari
ing kanan di mana Leonathan menggeleng kecil. "Setahuku kau bekerja di sana hanya sebentar, tapi mengapa ikut ke mari?" pertanyaan ini diajukan pada Alice ya
Leonardo yang juga meminum kopinya sendiri. Melepaskan tangan Alice yang masih memegangi lengannya, lalu menggeser tubuhnya sedikit lebih ke kanan, menjauh. "Aku tidak ingin perasaanmu
sendiri, aku berusaha menjauh darimu! Tapi perasaan
kau pasti memikirkanku juga. Aku tidak lagi mencintaimu, sampai berapa kali aku harus mengingatkanmu tentang ini?
ahan bahu Alice dan bahu sang kakak sambil menatap keduanya bergiliran. "Kal
ang dia comot dengan ekspresi kesal bercampur sedih. "Sampai kapan pun aku berusaha, perasaanku tet
ih bisa
tap tajam kakaknya dan berubah melembut ketika melirik Alice. "Aku setuju, perasaan manusia sulit
ang duduk sembari mendongak ke arahnya. "Kita sambung obrolan kita di rumah, aku harus kerja agar otakku kembali dingin. Bersantailah, Nard. Jika harus m
tas karpet. Leonathan fokus mengamati desain mengenai kafe yang akan ia bangun di luar kota, sementara sang
hidup di dunia in
than tetap menatap intens layar handphone dengan
ia
dengar kau mencari pujaan hatimu yang mendadak
ntang ini? Alice?" Leonardo mengikuti pergerakan sang kakak yang semula berbaring
iarkan kakakku menjadi j
i rumah sakit, Nard." Kemudian berlalu, memilih mendinginkan tenggorokan dengan air es.