icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Look at Me, Elle

Bab 2 Pergi

Jumlah Kata:2168    |    Dirilis Pada: 06/04/2024

ahari hampir tampak, kemungkinan besar membutuhkan waktu beberapa menit lagi untuk menampakkan diri secara kesel

t kamar. Tiga detik kemudian, mata birunya terlihat. Ke

erkejut dan terduduk dalam sekejap. Ia syok, mendapati sisi kirinya kosong, tid

tu begitu mengingat wajah c

adapannya dan memanggil, "Elle! Apa kau ada di dalam?!" Tak ada sahutan dan hanya terdengar suara ketukannya yang menggema dari dalam. Dibukanyalah pin

R

egitu melihat, ia menggapai dan mencari nama Alice di kontak. "Cepat angkat!" serunya begitu tak kunjung mendapat sapaan dari

ul. Bersama rahang mengeras, Leonathan berbalik, menghampiri kamar mandi lalu segera masuk. Tak lupa membanting pintu itu untuk kedua kali

lepas celana tidur hitamnya. Kedua tangan menempel pada dinding, kepala menunduk. Sepasang mata Leonathan terpejam, berhar

m. Walau sang empunya mengizinkan, namun Leonathan sadar betul bahwa Elle sudah terpengaruhi oleh m

m, lalu tangan kiri terkepal. Dua detik kemudian, kepalan tangan itu menghantam dinding dengan sangat keras. "Aku tidak bermak

a pun. Leonathan sudah bisa merasakan apa yang dirasa oleh Elle begitu sadar di pagi hari. Pasti perempuan itu lebih terkejut, atau kemungkinan terburuknya adalah

n penyesalan yang besar setelah meniduri seorang gadis. Selama hidup di dunia, ia sama sekali tidak pernah

ketika mereka semakin sering berbincang. Mendengar suara Elle saja, Leonathan mampu merasa tenang dan di dalam hatinya seak

mukul dinding kamar mandi dengan mata yang terbelalak

tu dari bawah kemeja hitam yang membalut tubuhnya. Begitu selesai, digulungnyalah kedua lengan panjang tersebut sampai siku. Leonathan juga menghampiri ponselnya yang tertidur

esudah itu memakai seatbelt. Ia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya merogoh kantong

karena kesal. Satu yang ia sesali, dia belum sempat meminta nomor ponsel atau nama media sosial milik Elle. Jadi, jalan satu-satunya adalah memin

ari seberang. Terdengar jelas sekali bahwa perempuan itu baru bangun tidur. "Aku ingin

melakukan kesalahan?" tanya Alice sekaligus menebak. Wanita berambut pirang bergelombang yang

rintahku, secepatnya. Aku sedang di jalan menuju kafe. Kuharap, se

onathan mematikan sambungan telepon dan mempercepat laju kendaraan roda empatnya. Dengan pandangan

onathan dengan sungguh-sungguh sembari memandang ke arah langit yang sudah sangat cerah, karena sinar matahari begit

itu, meminta nomor ponsel Brielle dan mengatakan bahwa dia sangat butuh nomor Brielle dalam pesan tersebut. "Kenapa susah sekali menghubungi perempuan ini? Kenapa seolah-olah aku diper

lidiki nomor ponsel, alamat, bahkan data-data penting milik perempuan yang ia kenal dari klub. Biasanya, dia tidak pernah lupa akan

utusnya sembari menghembuskan napas lelah. Karena yang bisa m

lkan tangan. Tak habis pikir pada diri sendiri yang melupakan hal sepenting itu, data gadis yang menarik hatinya. Jika waktu bisa diputar kembali

ya jika memakai perasaan, ya, tidak mungkin aku berani berbuat jika perasaanku ikut andil."

endapatkanmu dan maaf darimu secara langsung, Elle." Kini ia hanya bisa berharap pada Tuhan agar Naomi cepat membaca pesan darinya dan segera memberi

ang aku bisa mendekapmu." Sesuatu yang disesalkan oleh Leonathan, lupa menany

pembeli meski statusnya sebagai pemilik kafe. Hanya membuat kopi hatinya meresa jauh lebih tenang dan berpikir jernih. Terlebih lagi aroma

ar dari bar cafe miliknya, Leonathan merogoh saku celana. Menempatkan benda pipih gelap itu di telinga kanan, sang penelepon memberitahu kabar yang m

u pikir hanya dirimu yang bisa memaksa?" Leonathan sampai mengacak-acak rambutnya karena Alice tak ingin datang ke kafe Mixture pimpinannya. "Aku bosmu, bukan kau yang mempekerjakan diriku. Kau yan

yaknya wanita yang pernah aku temui, hanya kau yang membuatku tertarik dan menyesal sudah melakukan hal itu padamu, Elle." Tiba-ti

upun Alice sudah berada di tempat duduk. Keduanya saling berhadapan, ditemani kopi Cappuccino di masing-masing

inggah sebentar di Bali. Kemungkinan besarnya, Naomi tidak ingin tan

rpikir begitu dengan

jika dia memiliki sifat seperti itu. Zaman sekarang in

mu?" Alice mengangkat bahu, kemudian menyesap kopi Cappuccino yang teramat kental, manis, dan sedikit pahit di lidah. "Apa pesan darimu juga belum dibaca Na

r sudah jatuh cinta

suk dirimu. Aku hanya ingin melihat tubuh mereka, tidak lebih." Alice begitu paham, keberengsekan Leonathan masih dibatas yang m

enjelek-jelekan kenalan atau mantanku

kau ini aku gaji, jangan

ri bejatnya perlakuan seorang pria. Kau pasti memahamiku." Sesudah itu melen

dua puluh tahun. Itu tandanya umur kafe Mixture pertama atau pusat kafe Mixture ini sudah menginjak umur lima tahunan. Berbeda dengan kafe Mixture kedua yang kini berada di bawa

ai mobil mahal itu ke arah rumahnya. Ketimbang lari ke klub, pikirannya tidak bisa teralihkan dari sosok

ek kantong celana yang kemungkinan ada barang tertinggal di sana. Benar saja, ia menemukan sesuatu. "Apakah ini salah satu petunjuk dari-Mu?" tanyanya dengan perasaan terkejut. Bagaimana ti

mulai aksi bersih-bersih badan secara kilat sebelum mencari alamat wanita itu. Ia p

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ingin Lega2 Bab 2 Pergi3 Bab 3 Tamparan4 Bab 4 Cemburu 5 Bab 5 Mencurigakan6 Bab 6 Tidak Beres7 Bab 7 Pesan Panjang8 Bab 8 Leonardo Hardika9 Bab 9 Abigail10 Bab 10 Papa Abigail11 Bab 11 Bertemu12 Bab 12 Pertengkaran13 Bab 13 Masih Cinta 14 Bab 14 Gawat!15 Bab 15 Mengalir16 Bab 16 Putus17 Bab 17 Anakku18 Bab 18 Tidak Bisa!19 Bab 19 Peluk20 Bab 20 Bukan Salahnya!21 Bab 21 Mabuk22 Bab 22 Pengamat Cinta23 Bab 23 Pengamat Cinta 224 Bab 24 Salah Mendidik25 Bab 25 Tamparan Kedua26 Bab 26 Kejutan27 Bab 27 Kejutan 228 Bab 28 Pantai29 Bab 29 Topeng 30 Bab 30 Tolakan Halus31 Bab 31 Bersemu Merah32 Bab 32 Perlakuan Manis33 Bab 33 Harapan Kecil34 Bab 34 Milikku35 Bab 35 Kesempatan36 Bab 36 Satu Atap Seterusnya37 Bab 37 Ratu Gengsi38 Bab 38 Jatuh39 Bab 39 Kebohongan Pertama40 Bab 40 Pijatan Papa El41 Bab 41 Perjanjian42 Bab 42 Kebohongan Lagi43 Bab 43 Muncul44 Bab 44 Peringatan45 Bab 45 Panggilan Video46 Bab 46 Tidak Waras47 Bab 47 Balas Dendam48 Bab 48 Kaget49 Bab 49 Asli50 Bab 50 Tidak Bodoh51 Bab 51 Tantangan52 Bab 52 Wajib Dicurigai53 Bab 53 Interogasi54 Bab 54 Fakta55 Bab 55 Cengeng 56 Bab 56 Menawar Cinta57 Bab 57 Pacaran58 Bab 58 Pacaran 259 Bab 59 Pacaran 360 Bab 60 Pandangan Mantan61 Bab 61 Pandangan Mantan 262 Bab 62 Tanpa Brielle63 Bab 63 Leonathan Cemburu64 Bab 64 Kemarahan Brielle65 Bab 65 Pengusiran66 Bab 66 Marah Tapi Merindu67 Bab 67 Percuma 68 Bab 68 Hari Terakhir69 Bab 69 Menyusul70 Bab 70 Awas Kamu!71 Bab 71 Dikurung72 Bab 72 Bibit Playboy 73 Bab 73 Penasaran74 Bab 74 Mahkota75 Bab 75 Cari Ribut76 Bab 76 Ada Apa 77 Bab 77 Mencengangkan78 Bab 78 Ditelantarkan79 Bab 79 Ibu Gila80 Bab 80 Dalang81 Bab 81 Semua Gila82 Bab 82 Syarat83 Bab 83 Kabar84 Bab 84 Operasi85 Bab 85 Amnesia86 Bab 86 Keputusan Onard87 Bab 87 Pulang88 Bab 88 Perhatian89 Bab 89 Pura-pura90 Bab 90 Menguping91 Bab 91 Menyerah92 Bab 92 Kematian Alice93 Bab 93 Kematian Alice 294 Bab 94 Berbaikan95 Bab 95 Dijual96 Bab 96 Fitting97 Bab 97 Fitting 298 Bab 98 Buaya Albino Elle99 Bab 99 Tuyul Pengganggu100 Bab 100 Pernikahan