Look at Me, Elle
-katamu itu, Nat
ku punya untukmu, sepenuhnya. Aku
lebar. Bahkan dia memukul lengan kiri Leonathan agar pria itu terbangun dari m
omi membekas di sana. "Sadarlah!" tambahnya lagi dengan menggenggam penuh penekanan di bahu pr
yetir. Ia tidak akan membawa Alice ikut mati bersamanya. Karena itulah, Leonathan memi
erakhir ini, dan kabar barusan yang diterima teramat menyakitk
Alice yang lelah menghadapi sikap aneh Leonathan semakin dibuat bingung dengan ekspresi p
han memilih tetap diam dengan pandangan lurus ke jalan. Pria itu mencoba menutup tel
pria itu menurunkan Alice di klub La Favela lan
engan menatap Alice. "Jangan berbuat yang macam-macam, Nath! Aku tidak ingin kehilangan sahabat baik sepertimu,
mu," potong Leonathan yang mampu membuat Alice bernapas lega.
ng masih berdiri di depan La Favela dengan melambai ke arahnya. "Jika kau tidak memohon seperti tadi
eberapa detik kemudian sepasang mata biru yang lama tak pernah berair, kini mengeluarkan caira
? Dirinya ingin bertanggung jawab, tetapi mengapa takdir membuatnya harus kehilangan wanita itu? Apak
ijaganya!" Membiarkan air matanya turun, Leonathan memberhentikan mobil seharga 1 Milyar lebih itu di depan pagar
las menit. Pria itu kembali menyusuri jalanan menggunakan BMW Z4 hitamnya tanpa beris
arapan, ia menghampiri lemari pendingin, mengambil sebotol kopi Cold Brew yang aman bagi penderita asam lam
likimu selain aku. Aku harap Tuhan mendengar sumpahku," gumamnya sebelum tertidur di atas lantai. Tubuhnya telungkup di atas keramik de
at kabar dari pria itu. Ia pun memilih untuk ke Mixture Cafe yang dipimpin Leonathan. Mencoba mengecek sahabatnya di sana, dan ter
ce supaya fokus bekerja. Berhenti bermain-main dalam mengurus kafe." Menggeledah kantong apron yang melekat di tubuh bagian depa
amku padanya, dan ingatkan dia untuk
bekerja, N
i kafe itu dan kembali ke asalnya dengan perasaan yang sedikit lebih tenang dan lega.
t jam yang tertera di layar barista tadi saat menerima pesan dari Leonathan, masih jam tujuh pagi. Kemungkinan besar Leonathan seda
dia tidak mendapat kabar terbaru mengenai Brielle. Alice yang tengah sibuk me
n mengirim pesan singkat. Sampai lebih dari dua bulan, mereka menjadi jarang tukar kabar. Alice yang merasa khawatir dengan ko
ali, bahkan Leonathan rela dua hari tidak tidur sama sekali hanya untuk mengitari Ba
berharap agar tak sengaja bertemu dengan wanita manis itu. Jika memang dirinya ditakdirkan Tu
, sayangnya itu semua hanya mimpi. Sampai bulan
idak terku
a lekat-lekat. Alice yang merasa diabaikan lantas menarik salah satu kaki berat nan berotot itu seku
ru melihat tepat ke arah matanya yang menusuk tajam. Leonathan tampak menyedihkan dengan mata yang terlihat seperti orang ku
ngkat Leonathan sebelum memeja
dia sampai dapat! Bukannya menyerah dan mengurung
tidak punya
ai lengan kursi empuk tersebut. Menempatkan sepasang kaki Leonathan di pangkuannya. Alice memijat pelan kak
kafe Mixture warna senada. Menoleh ke arah Leonathan yang tetap memilih untuk me
ingin dan berhasrat dalam mengurus dirinya, kafe, maupun hidupnya ke depan. Otak pria itu seakan b
mengelus-elus pangkal hidung. Sesekali memberikan pijatan di dahi supaya benang kusut di san
itlah,
tanda-tanda sama sekali. Bat
uanganmu suatu saat pasti terbayarkan. Jika kau ingin mendapatka
Leonathan. "Di dalam hatiku yang paling dalam meminta dan terus meminta dengan kerendahan h
bekerja? Kau nustru menyerah karena satu wanita?" Alice terkekeh-kekeh sembari menghentikan gerakan jariny
ing, Leonathan mengatakan lagi, "Selalu mencari ke sana sini demi mendapatkan maaf darinya. Tapi ha
tidak berhenti berlari mencari kemungkinan-kemungkinan mengenai keberadaan Brielle di Bali. "Mungkin saja dia bersembunyi." Alice menarik su
u bisa sepe
ng mandiri, tekun, dan
yang semula tiduran menjadi duduk bersila, tegap menghadap sang sahabat. Mene
pendapat orang lain mengenai dirinya atau apa pun yang menimpanya. Salah satu karyawanmu yang mengatakan ini semua pada
Ada yang janggal dari penjelasan Alice. Otaknya mas
li menutup matanya dengan napas berhembus panjang. "Seharusnya jika dia tidak memikirkan penilaian orang la
benar
aja. Aku tidak ingin diganggu. Waktumu di sini sudah
O-oke. Oke, aku akan pulang walaupun aku tidak suka kau memaksaku seperti ini, Nath. Tetapi janji padaku, jangan me
u mendadak tul
berdiri. "Na-Nath?" panggilnya dengan suara yang bergetar
turun. "Lebih baik kau istirahat agar besok bisa bekerja." Tanpa melihat Alice, dia kembali berba
dadanya dan tangan kanannya hampir menggapai rambut Leonathan, n
elle, Leonathan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia merindukan Brielle, bukan hanya sen
lak perasaanku dan hanya menjadikanku sebagai tempat cerita." Leonathan tersenyum
nya, wanita yang membuatku bahagia sekali me
agar dia bisa menangis sepuasnya di depan rumah Leonathan. Sedangkan pria yang berbaring di atas sofa itu
i sana. Wanita berumur dua puluh tahun itu sungguh hebat. "Kau terlalu hebat, Elle. Kau bisa membuatku merasakan cinta
e pipi dan keluar di kedua netra, begitu deras. "Apa perasaan cintamu itu sudah sirna, Nath? Mengapa a
usaha mengusap air matanya dan menenangkan hati, Alice mengeluarkan ponsel dari tas selempang dan segera menghubungi taksi