icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

WINIH TRESNA

Bab 8 Bagian 8 : Noda Darah

Jumlah Kata:3329    |    Dirilis Pada: 04/03/2024

an pingsan. Mereka segera menolong Nai

..

taghfir

i! Kenapa s

ni, Us

-hati

eristi

ua bagian tubuh yang terkena butiran-butiran kecil berwarna hitam itu dengan air ruqyah. Setelah itu dengan cepat Hakim merapikan sprei, selimut dan bed cover milik Alika, d

ir semua orang melihat noda darah itu. Faza buru-buru meminta Hakim

a pakaian dan sprei darah manusia atau hewan. Pastikan kamu mendapatkan jawabannya secepat mungkin!" desis Faza. Hakim mengangguk paham dan

*

li dan itu pun pingsan karena pertandingan karate atau pencak silat, bukan karena hal yang m

dunia ruqyah sama sekali, ya, semua berkat Maya dan Yasna yang terlalu khawatir karena terlalu banyak anggota keluarga mereka yang menjadi peruqyah, terutama keluarga Salma dan Fiki, yang semuanya belajar ruqyah, kecuali Salma.

kenapa tidak ada sprei di atas ranjang anaknya? Apa yang terjadi? Dan kenapa tadi Faza dan Hakim mengatakan sesuatu hal yang belum pernah didengar Naim sebelumnya. Atau mungk

i secara bahasa winih tresna adalah benih cinta. Apakah butiran-butiran hita

. Untunglah Naim merasa baik-baik saja, dia berjalan perlahan dan melihat lemari baju

perlahan. Hatinya terluka dan sangat sedih. Dia tadi melihat begitu banyak pakaian dalam Alika yang bernoda darah. Oh, ya, Naim yakin sekali! Naim yakin yang di

uat Naim begitu marah, sedih dan kecewa pada dirinya sendiri, karena tidak menjadi orang tua yang baik.

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Ternyata begini rasanya menjadi keluarga yang dibicarakannya dulu dengan Naimah. Ternyata rasanya penuh dengan kedukaan. Penu

awan. Naim mencoba beristighfar untuk menenangkan hatinya. Oh, dia tidak bisa. Dia membutuhkan orang lain untuk menenan

*

kilas melihat Hafidz seperti menarik Warni menjauh dan mereka berkelahi. Benarkah? Bukankah Warni itu wanita tua. Fiki hendak melarang Hafi

luas dan begitu terang. Sangat menyilaukan dan membuat Fiki ingin meminta agar lampunya dimatikan. Kadang Fiki seperti mendengar suara Salma yang membujuk Hamzah agar tidak minta mimik ASI, hei, bukankah Hamzah su

anita

a Fiki setelah mereka menikah dulu. Sal

yang aneh-aneh pada anak-anak mereka

rang tua," kata Fiki pada Salma.

satu dari sekian banyak orang yang dirindukannya. Nurul Islam dan Bambang. Dua orang beda generasi dengan k

halusinasi Nurul Islam di dekatnya, dia seperti hendak meraih Nurul Islam dan mengatakan agar ja

*

dengan penjelasan Hafidz yang masih

Fiki ke rumah Warni," jawab Hafidz dan kemudian di

idak tahu menahu tentang

iau marah-marah seperti itu saya tinggalkan saja, dan biasanya beliau juga akan pergi dari rumah. Biasanya memang ke rumah Ustadz Hafid

ambil mengelus pipi Fiki. Oh, pipi itu sekarang sudah agak hangat. Kemarin ketika

h. Alhamdulillah tadi langsung dib

apa,

sebentar. Dia nampa

h?" tanya dokter itu lagi. Salma dan Hafidz berpandang

ian toksikologi, Ustadz Fiki terpatuk ular jenis ular sunga

dengan Fiki. Kalau memang benar begitu apa yang akan terjadi nantinya? Dia masih memiliki tiga ana

Fiki. Dia berbisik di

ik?" Tidak ada respon. Hening d

kamu tidak pernah merepotkanku, kenapa? Kamu malu padaku? Jangan sungkan, Fik! Bangunlah! Beritahu apa maumu padaku," bisi

Islam mengembuskan napas panjang dan perlahan mundur. Tiba-tiba

ul Islam segera meng

ik

.. oohh ..." Fiki mengeluh panjang. Dia menggeliat dan wajahnya memucat

U, membuat ruangan rawat Fiki sepi seketika. Salma langsung luruh dalam air mata. Anak-anak Salma memeluk Salma, membuat Nurul Islam ditin

hat Hakim yang memandang Nurul Islam

ati Hakim perlahan. Hakim mundur perlahan dan gerak

berusaha menahan air matanya. Dia berniat mendekati Hakim dan mem

dari Nur

*

sudah kosong. Tidak ada teman sekerjanya yang bernama Listia

na di balkon itu terasa begit

ada orang di balkon," kata waiter yang dipa

sendirian. Adrian berjalan melintasi balkon luas dan kosong itu. Tidak ada tempat bersembunyi di tempat kosong itu, dan Adrian la

ingga harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tetapi ... tetapi lalu ke mana? Apa mereka berdua keluar dari kafe sebelum Adrian kembali ke ba

di dua. Sungai itu nampak bergelombang besar dalam kegelapan malam. Adrian menelan ludah. Dia

r suara kemerisik daun yang terkena angin. Adrian men

nnya dan tangan kirinya bergantungan di pohon bambu itu. Listia memekik-mekik keras, selayak monyet atau kera. Dia seperti memanggil-manggil Adrian atau mungkin entah s

di pagar pembatas balkon itu. Kepala Listia muncul dari

! Kita arungi Pan

memandang Listia den

an enak. Kamu suka makan manusia, Adriaaan? Aku suka. Enak sekali. Apalagi manusia yang suka berbohong sepertimu ... o

rikan. Listia yang dilihatnya sekarang bukan Listia yang dikenalnya sehari-hari. Listia yang diliha

ndur perlahan. Tetapi Adrian terlambat. Dari balik pagar besi pembatas balkon itu, Listia segera m

rrgg

ak akan mendengar teriakanmu! Hujannya sangat de

Listia yang sepertinya sudah dikuasai mahluk halus, menjadi sangat kuat dan perkasa. Lis

arah pagar besi pembatas balkon itu. Tubuhnya menghantam pagar besi itu de

ntah retak, entah pecah, yang pasti darah mengalir deras di wajahnya. Kulit pada bahu, lengan kanan dan kaki kanannya seperti terkelupas dan menimbulkan r

ang sangat dahsyat, Listia melompati pagar pembatas itu dan melahap tubuh Adrian yang berserakan.

*

AGIAN FORENSIK. Hakim sudah mengenali wanita itu. Dia tahu wanita itu. Namanya Sartika.

ng kamu bawa ke sini," kata Sartika sambil setengah menarik tangan Hakim. Hakim pasra

tika. Dia menggelar celana dalam, bra dan sprei bernoda arah di depan Hakim dan dengan cepat mengeluarkan perlengkapannya. Dia m

pun. Noda-noda darah itu terlihat dipaksakan diletakkan pada celana dan branya. Agak sedikit tidak p

kamu alami. Aku butuh waktu beberapa jam ke depan untuk menentukan apakah darah yang ada pada semua ma

sendiri. Hakim buru-buru minta maaf dan keluar ruangan berbau form

gugup. Dengan gemetar di

ari ujung telepon. Hakim hanya mendengar sepatah dua patah kata yang dikatakan adiknya. Pulang, abi, ummi ... oh, semuanya

snya dan memandang ke arah Hakim dengan heran. Dan hal itu membuat Hakim luruh dalam air mata dan dengan terbata dia

bawakan ke pesantren dengan semua material ini dan hasil labnya. Insya Allah nanti malam sudah ad

pkan terima kasih dengan sua

uanya baik-

*

ir matanya lagi. Dia memeluk bapaknya yang sudah sangat sepuh itu. Naim terisak tak terkendali. Dia menangis sejadi-jadinya. Naim tidak tahu apa yang harus dilakukan

lama. Naim segera menuntun Fadli untuk duduk dan Naim langsung bersujud di depan Fadli, tanpa kata, hanya air mata

puk-menepu

as," bisik Fadli. Dia melepas kacamatanya dan menyeka air matanya. Dia tidak tahu bagaimana ca

lika dirudapaksa, Pak. Apa yang harus Naim lakukan kalau memang Alika dirudapaksa, Pak?" t

h emosi. Naim tidak menyalahkan bapaknya. Fadli sebenarnya juga tidak tahu apa yang har

dan dalam sekejap hidup Fadli dan juga Naim jungkir balik setelah mendenga

*

ruang ICU. Mereka berdua menunggu hal yang terburuk yang akan terjadi. Mereka mengintip dari jendela

eluar dan menemu

adz Fiki hanya perlu beristirahat," k

ter dan perawat yang keluar dari ICU. Nurul Ikhlash kemudian menceritakan semua yang terjadi K

, Mas?" tanya Nurul Islam. Nuru

ah berkoordinasi dengan kep

khlash mengangguk. Mereka berpandangan

ang wanita muda bermata heterokromia. Nurul Isl

itu, Nurul Islam lupa namanya. Nurul Islam dan Nurul Ik

saling berpelukan lama dalam diam. Air mata ada

anya Nurul Islam pelan. Fi

ntuan kalian

ash tidak terima kalau Fiki langsung memikirkan pekerjaannya dan

khlash dan kamu, Rul, membantu Faza melakukan eksped

k .

membantuku, aku sendiri y

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka