WINIH TRESNA
ngan anaknya ini dengan penuh emosi. Dan sekarang Salma sedang memeluk Hakim. Lama sek
n dengan mobil berkecepatan standar, tetapi sebagai Bu Nyai, Salma tidak bisa seenaknya sendiri pergi ke sana ke mari dan Fiki merasa iba padanya. Kadang
eorang bapak yang melihat anak-anaknya mau belajar ilmu a
i ustadznya, Kim?" tan
ersenyum salah tingkah, "aku belum belajar," jawab
berapa
" jawab Hakim sambil bersungut-su
erima jadi ustadz, Kim," jawab Fiki sambil tertawa terbahak-ba
rusan yang sama dengan kakek mereka. Kedokteran Hewan dan dengan
Bi?" kata Huda sambil me
llah," j
hnya sudah basah oleh air mata. Fiki
atkan suatu hal yang tak dapat diterjemahkan oleh Fiki, tetapi
hu Husna sering memendam rasa yang sebenarnya, tetapi mungkin Fiki bisa menanyakann
itu mirip dengan kakeknya dalam versi kulit yang putih. Yang sering membuat Yasna mengatakan 'seandainya Mas Fadli berkulit putih seperti
a mena
l bapak dengan panggilan Mas Fa
kan terjadi hal buruk berarti itu tathayyur, Ma! Naudzubillah! Nggak bole
i Fiki yakin Salma pasti ak
warisi wajah tampan dan tengil
n penuh kebanggaan. Oh, ya, Allah. Fiki nyaris menangis mendengar kabar dari Hamzah itu. Dia memandang mata h
a memeluk Hamzah yang tingginya sudah hampir sa
an janji mereka akan mampir ke Karang Pandan sebelum kembali ke Karang Legi. Ya, m
ereka mengangguk dan mereka bertiga berbisik-bisik di sudur ruang tam
hampa. Tujuh anak dan sekarang mereka sendirian begitu
," kata Fiki pada Salma. Fiki
an ibu-ibu, lo, Ma. Masak mau nangis terus,)" kata Fiki pada Salma. Salma tersenyum dan menghapus air matanya. Dia mengang
i, dan membiarkan Fiki memandangnya dengan penuh kecur
*
etelah sholat Ashar. Hakim dan Hamzah. Kakak beradik yang cukup berbeda wajah
at Hakim merah padam karena malu, "jadi ikut ujian kom
a juga ikut, kan, Om?" tan
idho," jawab Fiki. Hakim mengerutk
watir," jawab Faza, dia tertawa. Hakim pun tertawa, dia tahu
jar, Kim! Dia sama sekali tidak mau belajar," keluh Faza, dia melepas ka
pa te
ajar, Om," jawab Hakim, membuat Faza men
"ya, sudah, mau bagaimana lagi. Kurasa aku dulu juga tidak banyak belajar sebel
gan caranya menghadapi ujian yang seperti ini tidak akan membuat kualitasnya
Hakim keheranan, tetapi segera mafhum, karena akh
men
?" tanya Faza. Hakim mengangguk dan melihat omnya keluar dari masjid menemui anak
h cepat! Pasien ruqyahny
*
mende
tetapi ada pasien ruqyah dan para ustadz belum pulang dar
Aku mau bertemu dengan orang itu. Orang itu ada di sini
i sepertinya jinnya sudah tidak sabar lagi. Sehinga keluarga wanita muda
git wanita yang berjumpalitan, berakrobat dan begitu usil tanpa henti di depannya. Dan Aida te
peruqyah itu dan Aida buru-buru izi
ida izin kepada Faza. Wa
sejenak, dia malu hendak mengatakan pada Faza bahwa sepertinya dia baru mendapa
," jawab Faza diplomatis. Aida mengangguk dan bergegas ke kamarnya. Dia
*
nampak sangat feminin dan lembut. Sehingga sepertinya tidak mungkin melakukan lompatan, jun
ra mendekati wanita itu, tanpa rasa ragu atau takut. Wanita itu melihat
Kalau yang itu aku mau ... yang itu ganteng seperti oppa-
luruh penjuru ruang terapi ruqyah yang begitu lua
adam menahan malu, karena beberapa santri akhwat dan ustadza
ah, dia sendiri segera memakai kaus tangannya dan maju mendekati wanita
in bertemu orang itu," kata
amu ingin ketemu s
itu. Orang yang tampan seperti ustadz itu," kata wanita itu sambil m
emu dengan ustadz itu?" tanya Faza, dia berusaha mengingat s
u," wanita itu tersipu malu dan terkikik panjang, "ah, aku jadi malu, Ust," bisik wanita itu
stadz. Ustadz ganten
han tawa setelah akhirnya dia bisa melepaskan pelukan wanita it
lam!" teriak wanita itu sambil menghe
n itu padanya dan kamu tinggal keluar dari tubuh wanita ini, ya? Ka
itu men
riman itu," kata sang wanita.
aib, ya?" tanya Faza. Wa
pada ustadz itu," kata wanita
lah menyampaikan pesanmu, kamu harus segera keluar dari tubuh wanita ini," kata Faza dengan tegas. Wanita itu menel
ik wanita itu cukup keras. Faza mende
mbeliak takut. Dia buru-buru duduk dengan rapi dan mengangguk. Wa
ah dengan kebingungan dan sedikit malu. Hakim menegang melihat Salam yang tersenyum
ri di tempat lain!" seru Faza dan semua langsung terdiam.
ergerak mendekati pria itu, seandainya dia tidak melihat Faza yang memandangny
ata Faza dengan tegas. Wanita itu mencebik maksimal dan Salam benar-
, Ust?" tanya
engah geli. Wajah Salam bertambah bingung, tetapi dia berusaha menaha
a itu menyampaikan pesannya pad
ngan sampai besok bukanya, ya? Nanti malah bisa gawat," kata wanita itu. Dia memandang Salam de
isik wanita itu dan d
ang wanita ke ruang rawat diikuti oleh keluarga sang wanita dan setelah rua
Saya tidak menerima paket atau kiriman dari siapap
rkejut mendengar pe
a untuk memastikan apa yan
keberatan, saya minta bantuan asatidz untuk meme
pada Salam, untunglah Salam mengatakan hal itu terlebih dahulu.
*
meriksa kamarnya dua kali dan tidak menemukan benda me
r, ketika dia melihat buku itu. Buku tulis yang sepertinya bukan
itu. Buku itu teksturnya kasar dan seperti berpasir. Salam keheranan dan mel
*