icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

WINIH TRESNA

Bab 7 Bagian 7 : Alika

Jumlah Kata:2071    |    Dirilis Pada: 04/03/2024

alam terjatuh dan pingsan ketika hendak menyebutkan nama mertuanya.

tahu abinya tahu sesuatu, dan oleh ka

n menelponku! Cepat periksa kamar Us

pa yang harus

memastikan sendiri apa yang dicarinya. Tetapi dia memilki begitu banya

i, tiba-tiba dia ingat, kalau dia haru

Bi?" tanya Haki

l Ikh

sh. Nurul Ikhlash yang tadinya hendak ikut meruqyah Salam pun akhirnya menying

sien yang datang ke pesantren ruqyah dan menca

rtanyaan Fiki, secara tidak sadar dia men

ang katanya akan menyampaikan

Ikhlash sudah mencar

tidak sadar. Fiki mendengus. Dia suda

. Ngomong, Mas!" seru Fi

mar Rahmat Salam. Kami memakai sarung tangan dan

ua orang paham seperti apa hal ya

im ikut memeriksa,

engan pertanyaan Fiki karena Fiki mengangg

ku lupa," jawab Nurul Ikhlash sambil menahan kesabarannya. Fiki nyaris

keberatan, tolong berikan HPnya pad

nya kuat-kuat. Dia berusaha sekuat

u menuduh kami tidak kompeten, kan?" gerutu Nurul Ikhlash deng

benda yang mencurigakan, padahal biasanya yang mencurigakan itu seharusnya adalah benda yang terlihat wajar dan hanya sedikit aneh. Biasanya orang akan mengatakan : 'lo, kok ada

kan buku di meja ustadz itu bisa jadi adalah ha

ia tahu sepupun

sepertinya tidak terlalu peduli dengan apapun yang dikatakannya tadi. Bagi Fiki yang penting adalah petunjuk dalam kasus ini, sehingga kasus ini bisa diselesaikan dengan baik. Fiki jarang memperhatikan bagai

tidak peduli dengan apa yang terjadi di sini. Nurul Ikhlash mendengus dan dia

binya dan mencatat semua yang dikatakan abinya di telepon. Kemudian Hakim segera p

*

atau apapun dari dalam kamar anaknya. Aneh sekali. Biasanya Alika anak yang rajin dan akan memba

atir anak

l Maya dari luar kamar Ali

asih henin

sa takut. Saat ini dia di rumah sendirian. Naim sedang ikut meruqyah sepertinya, dua anaknya

gan, setelah itu Alika mandi, mencuci bajunya dan sarapan. Semua dilakukan dalam keheningan, padahal biasanya Alika akan bercerita pa

as keluar rumahnya untuk mencari bantuan. Beberapa orang segera membantu Maya, yang akhirnya menang

Naim. Wajahnya jelas

dalam bisikan. Dia tidak bisa menahan i

tang Alika perlahan mulai muncul kembali. Tadi sebenarnya Naim merasa A

kalimatnya. Dia menangis lagi. Naim mengembuskan napas panjang. Se

bak Alika pergi, njih, Ust?" tanya seseorang pada

obrak pintu kamar Alika. Pintu itu terbuka dengan mudah. Dan ... kamar Alika kosong. Tidak nampak ada seseora

ri belakang. Semua menoleh dan melih

angannya yang sudah menggunakan sarung tangan karet dan mengangguk pada Hakim. Hakim segera menerima jam tangan itu dan memeriksanya dengan teliti. Hak

h Tre

*

rim yang bernama Dewi Rahayu. Dan Fiki belum mendapat kabar tentang dua hal itu dan Fiki berjalan ke sana ke mari dengan resah di rumahnya. Membuat Salma merengut

k menuju ke rumah Hafidz. Di sana Fiki terbiasa berlama-lama dan Salma p

ngar pertanyaan Fiki tentang wanita berna

ma itu, Ust. Beliau, kan orang Tin

kan?" tanya Fiki. Hafidz tersenyum dan mengangguk. Dia paham benar

Hafidz denga geli, "kalau ummi dan abi masih ada, mungkin beliau berdua tahu den

lam yang fenomenal pada Hafidz. Hafidz memand

endengar cerita itu sebelumnya." Hafidz nampak ber

ada orang itu, ya, Ust?" tanya Hafidz denga

pa,

masih ada. Waktu itu saya sering mendengar abi memarahi ummi dan Warni yang sering sekali m

menga

mana rumah Warni,

tuk ikhwan, Ust. Monggo saya anta

kar

menga

anaknya ke Karang Pandan, Ust. Kalau siang

makin m

Warni, Ust?" tanya Fiki

hwan itu berdiri sampai sekarang Warni sudah bekerja di rumah tahfid

pertama berdiri. Mereka berdua lah yang berjuang di sini, mengelola rumah tahfidz ini bersa

kata Fiki. Hafidz mengangguk dan kemudian men

ereka disambut oleh wanita sepuh yang

bermata transparan ini akan

*

unggung wanita itu. Kemudian wan

" tanya wanita itu pada L

u nampak agak aneh. Aku tahu kamu agak sedikit tranparan, kan?"

hat keberanian Listia. D

an?" tanya wanita it

arnya ingin menyentuh penampakan yang kulihat. Apak

semak

yang tidak takut padaku?" Listia tidak pe

a malang yang ada di depannya itu. Dalam hitungan detik, wanita itu habis dilahap Listia. Listia mendongak dan melihat rumpun bambu d

a melompat turun dari balkon dan

*

enggelengkan kepalanya sambil menangis. Dia yaki

idak tahu waktu Alika pergi, kan?" ta

n, Ust. Alika anak yang baik," j

i Maya, lalu Ustadz Salam itu datang? Kurasa kita semua akan tahu kalau Alika pergi, kan? Terutama Maya

, dia segera menarik tangan Naim

jukkan kepanikan, memb

ktu didobrak tadi. Demikian juga dengan jendelanya. Jendelanya terkunci dari dalam

akim tersenyum gugup. Dia menunjuk lemari baju Alika yang sudah

p, bahkan Naim terpeki

*

yang runcing terlihat jelas dan Warni segera menghunjam

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka