Dunia Pelita
Dua.
tubuh pribadi ramping yang
alis
bibir ranum berwarna merah muda, hidung mancung dengan tulang hidung tinggi, janggut lancip da
Tiga. Satu
a dengan blitz kamera yang ti
ini dan itu. Dengan profesional, Pelita bisa membawa dirinya sendiri
u
ng! Jangan dil
ual tak jauh dari Pelita melakukan pemotretan itu, June Aldrian Adams. Dan suara cen
pada Arina namun tanpa menunju
cengirannya dan terta
um sebentar
e mana? Tumben banget aku ng
lantas kembali tersenyum. "Tadi ada urusan. Jad
kalian lagi berante
"Ya udah ya. Pemotretan Pelita udah
-iya,
ap June yang mulai melenggang me
*
ela napas pendek. Menatap jalanan Kota Bandung yang terlihat merayap padat sore ini. Halaman seluas dua puluh meter
ez
in tiba-tiba meny
. Memegang dua buah kaleng kola dingin di kedua tangan. Yang satu sudah terbuka d
ola dingin yang ada di pipi
i bangku kayu lain yang ada di samping Pelita. Laki-laki
lita membuka kaleng kolanya dan menyesapnya sedikit
Kak?" Pelita membuka per
nya namun te
June, Pelita bertanya pelan menatap June. Pend
Pelita," gumamnya. "Paman semakin ingin kamu kembali. Dan
gat milik June. "Lalu aku harus gimana?" gumamnya
lalu siap berada di samping kamu." Ia kemudia
as sembari mendongak menatap langit senja yang ber
*
nerima tawaran itu? Ini
ya ke badan sofa sembari menata
nerima tawaran itu, Bang. Brand punya lo bakal semak
n gue bikin gelang itu bukan untuk dikenal banyak orang, Do. Tujuan gue bikin Kumbara
nal seantero Indonesia. Bukan hanya di Bandung. Bisa jadi Kumbara bakal jadi brand gelang yang terkenal bahkan sampai di
bali meng
an dan perancang-perancang terkenal punya bangsa kita. Sama sekali bukan event biasa. Kalau bukan buat diri lo, terima tawaran ini buat orang-orang yang suka sama Kumbara. Terima buat mereka dan terima buat alma
asinya untuk mengikuti sebuah pameran s
mengubah wajah profokatifnya dengan ekspresi memelas yang menurut Adhim mirip ekspr
atnya." Adhim langsung menarik tanga
p memasang wajah memelasnya sembari mencoba menyentuh tangan
ldo lagi. "Lo pemiliknya, bapaknya, orang yang nyiptain brandnya. Masa lo nggak mau
cukup dan puas ngelihat gelang bikinan gue dipakai sama anak-anak klub motor. Gue udah puas lihat banyak anak muda di Bandung pakai gelang gue. Udah. Cukup di situ aja. Ikutan pameran
ustasi. "Ayolah,
rkata-kata, laki-laki berambut gondrong itu kemb
g! B
k menoleh
*
Bandung. Di balik stir kemudinya, laki-laki dengan setelan kasual duduk dalam diam dengan kedua mata ya
sana. Sejak beberapa puluh menit yang lalu. June bisa melihat rau
ng ditujunya sudah semakin dekat---apartemen si gadis. Di dalam basement apartemen, laki-laki i
k hidup di sisi kirinya. Kali ini secara
ghela napas. "Aku harus apa?" ulangnya kemudian
da detik berikutnya, laki-laki itu kembali menarik tangannya s
apasnya te
," ujarnya kemudian setelah diam d
*
, Lit!
mendengar seseorang yang h
Suara laki-laki itu k
di depannya begitu gadis itu membuka matanya sambil menguap. Tangan ka
h bangun tidur Pelita yang tersorot jelas berkat cahaya lamp
harus begadang berapa hari lag
rannya sudah terkumpul dengan benar. "Masih ada satu naskah yang disuruh ng
et, kamu nulis itu pertama harus untuk membahagiakan diri kamu send
. "Hm. Iya, Kak. Makasih
li mengang
bab abu-abu yang dikenakannya kemudian melepas sabuk pe
dulu," t
pergerakan tangannya yang
tahu apa yang terjadi. Kalau kamu belum siap ketemu Paman dan kembali
udian mengangguk. "Iya, Kak," b
a sayang sama kamu. Dia nggak bisa di sini karena ada suatu hal yang harus dia urusi. Sebenarnya Leon jug
Kak. Apa yang Kak June bilang barusan berarti banget buat aku. Ya udah ya, kali ini ak
ngkat jempolnya. "Good night," ser
" balasnya kemudian menutup pintu mobil June dan me
mam Pelita lirih sebelum masu