icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dunia Pelita

Bab 6 Permintaan Umi

Jumlah Kata:2524    |    Dirilis Pada: 17/01/2024

tinggalinya saat sebuah pesan masuk ke dalam ponsel cangg

samsak tinju warna hitam yang menggantung di tengah ruang olahraga i

unakan karet itu menyeka keringat yang ada di wajah, leher, dan lengann

punya, Shodiq Emir Bahauddin. Putra pakdenya

Sh

ari ini sta

nya setelah membaca pesan it

an sebutan Gus Fatih di pesan itu adalah putra Kiai Adnan, pengasuh pesantren di mana Shodiq mengabdikan diri sebagai abdi ndalem yang ki

Fatih di Jombang sebelum Fatih menikahi Zulfa. Mereka (Fatih dan Zulfa) baru menikah beberapa waktu yang lalu. Adh

uhnya bersandar sempurna di tempatnya duduk lalu menenggak

embari mendongakkan kepala melihat langit-l

berada. Ia selalu menempatkan seseorang yang dipercayainy

h di Jombang saat adiknya itu berada di tingkat menengah atas hingga lulus namun memilih menetap di sana untuk memperdalam il

melepas pengawasann

ejak adiknya itu menginjakkan kaki untuk pertama kali di Jombang, belakangan selalu mengatakan jika Zulfa tampa

an pengantin baru, Fatih sangat jarang berada di ndalem bersama Zulfa dan malah sering

lah apakah Zulfanya bahagia? Sebab sampai nyaris dua puluh empat tahun usianya, kebahagian Zulfa yang masih terus menjadi prioritas dan tujuan

n pukul setengah delapan pagi ketika Adhim meliriknya. Laki-laki itu bangkit dari tempat

likasi yang ada di ponsel. Ia belum sarapan dan hanya melahap sebuah apel dan pis

r kurir beberapa menit lalu di ruang tengah. Ia meletakkan burgernya yang b

gak

ngkung mengetahui sang ib

elnya ke samping telinga. "Tumben sekali menelpon Adh

an, berdiri di samping jendela dan menatap kepenatan Bandung yang sudah

ri seberang telepon. "Piye, Le (Bagaimana, Nak (laki-laki

las senyum masih merekah di bibirnya. "Yang ma

Umi dan Abah sudah tua, Le. Segeralah menikah! Dari tiga bersaudara cuma kamu yang belum menikah.

Adhim pasti akan menikah, Mi. Umi jangan khawatir! Jodoh Adhim sudah diatu

im .

yang berseru geram. Sebal

Mi?" b

Azizah yang menghembuska

. Bagaimana? Cantik kan?! Neng Hafsah ini masih seumuran Zulfa adikmu. Tapi soal kualitas, jangan ditanya. Sama seperti adikmu Neng Hafsah juga selal

rus mend

us! Jika kamu menikah dengannya, insyaallah putra-putri kalian akan jadi putra-putri

ntar dari telinga kemudian kembali menempelkannya. "Adhim

Ini bukan pertama kalinya Umi membicarakan ini dengan kamu, Le. Gus Aji yang dulu pernah melamar adikmu meski ternyata

ak mungkin melihat. "Umi ... bukan seperti itu," lirih

yang cocok? Neng Hafsah adalah pilihan terbaik untuk kamu saat ini. Jika kamu melepas kesempatan menikah dengannya melalui perjodohan i

yang masih penuh sesak di

. "Meski Neng Hafsah begitu didamba oleh keluarga besar dari pesantren-pesantren lai

ngernyit

h dan Umi. Kamu mungkin tidak mengenalnya. Tapi Neng Hafsah mengena

im pudar namun laki-l

odohkan dengannya? Jangan to

erat terang-terangan. "Umi ...," lirihnya.

sah baik-baik sekali lagi. Selain cantik, dari fotonya saja Umi bisa menyimpulkan kalau dia perempuan yang halus dan p

pangkal hidu

him. "Karepmu piye (Mau kamu bagaimana)? Sekarang coba jelaskan pada Umi, apa alasan k

ertanyaan terakhir uminya, namun kemudian, laki-laki itu

ngan Adhim, kasihan. Dia harus mau diboyong ke

nghela napas berat sembari menggeleng-g

utri-putri kiai yang pesantrennya ada di daerah Jawa Timur kamu ndak mau. Sekar

h tersenyum menden

emarin kenapa kamu tolak semua calon yang Umi tunjukkan ke kamu, Le

n terseny

u bilang ndak ada yang cocok sama mereka. Terus, yang kamu mau siapa? Katakan! Biar Abah dan Umi lamarkan untuk kam

dhim janji, jika Adhim sudah menemukan seseorang yang menurut Adhim cocok untuk Adhim

Umi iyakan lagi. Tapi jangan lama-lama, Le! Umi mau tahun ini juga kamu menikah. Eleng (In

Insyaallah, Adhim akan segera menikah jika sudah bertemu jodoh Adhi

gini baru sarapan? Ya Allah, Le .... Ini, ini kenapa kamu harus

di atas meja. "Nggeh, Umiku yang cantik," balasnya. "Ya sudah ya, Mi," katanya ingi

nan cepat saji. Jadi daripada berbohong, Adhim lebih memili

angan ditutup dulu! Ada yang ma

onselnya sebentar untuk mengamati sekon panggilan yang masih ber

Apa lagi ini? Jika bukan soal makanan, jangan-jangan Umi

l adikmu

empat duduknya. "Ada apa dengan Zu

zizah langsung menggelengkan

eaksi 'seheboh' itu ji

ulfa?" tanya Adhim lag

h. "Umi cuma mau bilang, adik dan adik ip

lega. "Sak estu (Sungguh)

yampaikan kabar baik ke Abah dan Umi besok.

" Dahi Adhim

duga sepertinya a

a tidak, Mi. Adhim malah khawatir terjadi apa-apa dengan rumah tangga m

Kediri, Mi," katanya kemudian. "H

kuliah kam

u bisa Adhim

percaya sama kamu. Naik pesawat kan, Le? Soal kepulangan kamu, nant

Lagipula Adhim mau pulang naik motor

ini! Beneran ndak

Adhim naik

ndak bisa apa-apa kalau kamu sudah seperti ini. Sama seperti

sudah ya, Mi. Adhim belum sarapan lho," katanya benar-benar ingin mengakhiri p

lega. "Tapi pikirkan lagi ya Le soal Neng Hafsah," tambah Nyai

tubuh dengan penuh kepasrahan ke pangkuan sofa. Bersiap mendengarkan wejangan

ika kamu lewatkan, Le. Dia perempuan terbaik yang bisa kamu

hany

auh usianya dengan anak kamu nanti. Jika kamu sudah menikah, meski Zulfa memiliki anak terlebih dulu se

a dan menatap burger king yang sudah lama dianggurka

a kamu sudah punya tambatan sendiri, ya ndak apa. Bagus malahan. Tunjukkan ke Umi! Tapi jika tidak, pertimbangkan baik-baik Neng Hafsah! Lihat s

aikumu

eponnya

alu membuka roomchat-n

tanggal lahir, warna kesukaan, makanan, hobi, dan hal lain sejenisnya. Ia sudah melihatnya

m unduh. Dan kini saat Adhim kembali melihatnya, laki-laki itu langsung

a hanya alasan---Ya, belum menemukan seseorang yang cocok memang benar. Tapi alasan Adhim yang sebenarnya adalah kare

tujuan hidupnya. Selama Zulfa bahagia, maka Adhim juga akan bahagia. Laki-laki itu san

embari menegakkan duduk dan me

lantas mulai melahapnya lagi. Perlahan memak

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya3 Bab 3 Sang Pengembara4 Bab 4 Awal Mula5 Bab 5 Luka Masa Lalu6 Bab 6 Permintaan Umi7 Bab 7 Pulang8 Bab 8 Sepotong Cerita9 Bab 9 June dan Pelita10 Bab 10 Sudut Pandang11 Bab 11 Lamaran Pertama12 Bab 12 Hantu Bernama Masa Lalu13 Bab 13 Keputusan-keputus(asa)an14 Bab 14 Tawaran Kesepakatan15 Bab 15 Sebelum Acara16 Bab 16 Bertemu di Hari H17 Bab 17 Sesuatu di Luar Rencana18 Bab 18 Di Balik Kata Baik-baik Saja19 Bab 19 Hancur Bersama-sama20 Bab 20 Benang Merah21 Bab 21 Terlambat Datang Bulan22 Bab 22 Pengintaian23 Bab 23 Secercah Harapan24 Bab 24 Hamil Tidak Mungkin!25 Bab 25 Pesan Tak Terduga26 Bab 26 Bertemu Lagi27 Bab 27 Permohonan Maaf Adhim28 Bab 28 Keinginan Pelita29 Bab 29 Dua Laki-laki yang Berbeda30 Bab 30 Malaikat Tak Bersayap31 Bab 31 Ada Apa dengan Pelita 32 Bab 32 Diagnosis Dokter33 Bab 33 Siapa Ayah Anak Itu 34 Bab 34 Berpapasan dengan Adhim35 Bab 35 Adhim Akhirnya Tahu36 Bab 36 Amarah Leon37 Bab 37 Jangan Sebut Anak Haram!38 Bab 38 Melarikan Diri39 Bab 39 Perempuan Kesayangan40 Bab 40 Rahasia41 Bab 41 Menemukan Pelita42 Bab 42 Chaos43 Bab 43 Mediasi44 Bab 44 Sah45 Bab 45 Kehidupan Baru46 Bab 46 Bersama47 Bab 47 Suami-istri48 Bab 48 USG49 Bab 49 Soal Keluarga50 Bab 50 Rasa51 Bab 51 Bunga Mawar52 Bab 52 Ujian Skripsi53 Bab 53 Halo, Yogyakarta!54 Bab 54 Tiba di Kediri55 Bab 55 Nestapa56 Bab 56 Reaksi Abah57 Bab 57 Bertengkar58 Bab 58 Belanja Keperluan Bayi59 Bab 59 Ancaman60 Bab 60 Cinta61 Bab 61 Diserang62 Bab 62 Takut Kehilangan63 Bab 63 Belahan Jiwa64 Bab 64 Rumah Impian65 Bab 65 Kontraksi Palsu66 Bab 66 Perjalanan Bisnis67 Bab 67 Kabar Jakarta68 Bab 68 Pilihan Pelita69 Bab 69 Kamu Tidak Kangen Saya 70 Bab 70 Keresahan Tiga Kota71 Bab 71 Menghilang72 Bab 72 Kejutan73 Bab 73 Mencari Jejak74 Bab 74 Saudara