icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dunia Pelita

Bab 10 Sudut Pandang

Jumlah Kata:2833    |    Dirilis Pada: 17/01/2024

bertengkar lagi. Barang-barang d

ke ponsel miliknya dari salah satu pembantu di ruma

dak di rumah," katanya menepuk bahu Bondan yang

idak memiliki kegiatan sepakat meluncur ke warung Abah Suta untuk ngopi dan mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan selama Ad

nisme Bandung, anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki rumah dan keluarga, ju

jalanan daripada tinggal di lingkungan keluarga yang tidak bisa melind

memang tinggal di jalanan karena dibuang orang tua kandungnya, ada yang terpaksa tinggal karena sudah tidak

ng ditemukan sedang diperas para preman, ada yang ditemukan saat sedang meringkuk kesakitan entah karena belum

kejam bagi sebagian ora

umah singgah yang kemudian ia dirikan itu. Sebagian yang lain, mereka memilih tetap tinggal di jalanan namun masih sering bertemu Adhim dan anggota klub m

yang dijawab Aldo dengan anggukan. "Harus banget sekarang, ya? Bentar lagi Re

pala. "Gue harus perg

dara sepupu Suta. Bersama dua perempuan yang juga menjadi anggota klub motor, Resti menjadi pengurus ruma

. Ati-ati!"

it dulu, ya! Ada urusan mendadak di rumah," ser

juga?" tanya s

ya

Ati-

uk mengacungk

orang dan berpamitan langsung kepada Abah Suta, Aldo langsun

embukakan pagar besi raksasa yang menjadi gerbang masuk yan

ng terparkir di halaman lalu masuk ke dalam rumah. Sudah lebih dari semin

engiriminya SMS menyambut kedatangan Aldo di pint

hirnya Den Aldo pu

" tanya Aldo langsung t

nyamperin. Suara barang-barang pecah juga kedengeran sampai sini sebelum Aden pulang, ta

g tuanya. Yang Bi Surti katakan benar, sudah tidak terdengar suara barang-barang pecah dari kamar P

berani nampar aku?! Aldo bakal mara

u. Ia bisa melihat Mamanya yang terduduk di atas ranjang sambil memegangi pipi

an keadaan kamar yang jauh lebih berantaka

Lihat apa yang dilakukan Papamu! Dia mukul Mama, Al." Mamanya berdiri dari atas ranjang dan mendata

ram sambil mengalihkan wajah ke arah lain. "Urusi itu Mamamu!" serunya pada

ikan langkah Papanya yang sudah berada di ambang pintu. "Kenapa Papa

hidung bangir yang menurun pada putra tunggalnya itu menoleh kepada Aldo sebentar, "Tanya sa

nya pada suara Riko Jefrico, Papanya. Tapi Aldo merasa dirinya baru saj

ah beberapa lama, Aldo bisa mendengar suara mobil Papanya yang tadi t

u, Aldo! Mama nggak tahan! Lihat sendiri bagaimana wajah Mama jadi lebam begini karena dia. Papa kamu selingkuh l

atap wajah Mamanya yang masih terlihat awet muda karena berbagai perawatan yang selama ini dila

di juri sebuah lomba bergengsi di Tangerang. Gara-gara Papa, Mama harus mundur se

am mendengar

dah empat puluh tahun inilah, Mamanya memutuskan pensiun dari catwalk dan tetap

bagai anak mereka satu-satunya di usia Mamanya yang masih delapan belas tahun dan Papanya dua pulu

ng pebisnis yang super sibuk dengan urusan perusahaan. Aldo bahkan lupa kapan terak

ntu di usianya yang keenam tahun. Lalu saat usia ketujuh, Mamanya sering menangis di kamarnya sambil mengata

gat Papanya yang beberapa kali mengirimkan surat gugatan cerai pada M

. "Bercerai?" tanyanya. "Nggak akan, Al. Mama

hanya

! Papa kamu akan biarin perempuan peliharaannya menguasai hartanya dan nggak ak

mbuskan kas

n bela Mama kan?! Iya kan, Al? Kamu akan bela Mama dan bantu Mama ngelawan Papa kamu yang tu

tetap

?! Atau, Mama aja yang gugat cerai Papa kamu duluan sekarang? Nanti kamu jadi saksi Mama di pengadilan dan ngungkapin gimana kotornya

ara. Wajahnya menatap Mamanya tanpa eksp

anti diam men

agi tindakan Papa yang sampek mukul Mama begini. Tapi, Ma, ada satu ha

erapa langkah setelah melepas tangan Ald

jer Mama. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau Mama-lah yang pertama kali berkhianat dari Pap

yang menjauh darinya dengan tatapan tak percaya. Sama seka

pernyataan daripada pertanyaan pada Bi Surti yang

ab Bi Surti mem

akan pulang. Tolong jaga Mama ya, Bi. Beresin k

nanti Ibu tanya Aden pergi ke mana?" tanya Bi Surti mengiku

embantu di rumahnya sejak dirinya masih kecil itu

ghela napasnya. "Den A

*

a, di

lengan pendek warna putih yang dilapisi kardigan rajut warna moka melambaikan ta

ngunjung kafe yang lain menatap bergantian ke arahnya

chatching untuk tid

angan sebentar sebagai balasan kemudian berjalan ke arah Cecilia,

ya?" tanyanya sembari me

, mejanya masih kosong

, ya udah, Mbak. Aku pesenin min

"Aku udah pesen dua minuman t

, min

eorang pelayan kafe sudah datang dengan

. "Makasih ya, Mas," ucapnya pada

bak. Sa

h pelayan itu meninggalkan meja mer

etakkan tas tanga

r Cecil lantas me

ng kita mau bahas apa, Mbak?" tanyan

itu. "Buru-buru banget," komentarnya. "T

amnya yang sebenarnya baik-baik saja.

n meraih ponselnya dari dalam tas. "Udah liat viewers cerita ka

mana, Mbak?"

k kamu yang temany

h Pil

mnya. Gimana? Kamu mau nggak nerima 'tantangan' aku buat nulis novel reli

daran kursi. Kepalanya pusing karena semalam menangis dan

sih? Aku yakin kamu pasti bisa. Genre apa yang belum coba kamu tulis sela

Tapi ..., kamu tahu kan gimana respons orang-orang sama tulisan kamu? Mereka suka, Pelita! Dan kamu tahu sendiri gimana

elas minumannya

anan, ya?" tawar

aku udah makan di tempat

bukan untuk diri kamu sendiri, lakukan untuk mereka. Bungkam kritikus-kritikus yang hina karya kamu selama ini. Bungk

pertama kalinya, perempuan yang lebih tua dua tahun dari diriny

iterasi. Selain pujian, banyak hinaan yang diterimanya dalam menulis cerita. Tidak sedikit yang mengatainya tak berperasaan

ka harus menghadapi banyak penderitaan yang luar biasa dan banyak hal gila lain. Tokoh ceritanya memiliki hidup

san Pelita. Bahkan ketika novelnya terbit, pembelinya mem

penerbitan buku tempatnya bekerja dan ia pula yang berhasil mengajak Pelita bekerjasama menerbitkan novel. Lalu begitu saja, atasannya memberinya kepercayaan mengurus segalanya soal Pelita dan tulisannya karena sang atasan yang me

kenapa ia juga merasa senang akan setiap omelan Cecil yang ditujukan kepadanya juga k

erakhir kali. "Untuk riset dan sebagainya, aku janji bakal b

"Hm. Iya deh, Mbak," ucapny

Bene

embali m

enangnya langsung berseru girang penuh semang

ya

bali meminum

dengan orang-orang yang mengatainya macam-macam. Selama hal it

. Amoral. Tidak beragama. Semua itu han

yang memilikinya. Seorang sastrawan yang pernah mengatakannya. Itulah kenapa, banyak karya bergenre f

uhnya bebas adalah pembuatnya. Sebab pembuat karya harus bertanggung jawab terhadap apa yang dibuatn

a. Karena yang paling penting, apa yang mereka pikirkan ten

nanya karena rasa cintanya. Satu kepada profesi dan pekerjaannya, dua ke

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya3 Bab 3 Sang Pengembara4 Bab 4 Awal Mula5 Bab 5 Luka Masa Lalu6 Bab 6 Permintaan Umi7 Bab 7 Pulang8 Bab 8 Sepotong Cerita9 Bab 9 June dan Pelita10 Bab 10 Sudut Pandang11 Bab 11 Lamaran Pertama12 Bab 12 Hantu Bernama Masa Lalu13 Bab 13 Keputusan-keputus(asa)an14 Bab 14 Tawaran Kesepakatan15 Bab 15 Sebelum Acara16 Bab 16 Bertemu di Hari H17 Bab 17 Sesuatu di Luar Rencana18 Bab 18 Di Balik Kata Baik-baik Saja19 Bab 19 Hancur Bersama-sama20 Bab 20 Benang Merah21 Bab 21 Terlambat Datang Bulan22 Bab 22 Pengintaian23 Bab 23 Secercah Harapan24 Bab 24 Hamil Tidak Mungkin!25 Bab 25 Pesan Tak Terduga26 Bab 26 Bertemu Lagi27 Bab 27 Permohonan Maaf Adhim28 Bab 28 Keinginan Pelita29 Bab 29 Dua Laki-laki yang Berbeda30 Bab 30 Malaikat Tak Bersayap31 Bab 31 Ada Apa dengan Pelita 32 Bab 32 Diagnosis Dokter33 Bab 33 Siapa Ayah Anak Itu 34 Bab 34 Berpapasan dengan Adhim35 Bab 35 Adhim Akhirnya Tahu36 Bab 36 Amarah Leon37 Bab 37 Jangan Sebut Anak Haram!38 Bab 38 Melarikan Diri39 Bab 39 Perempuan Kesayangan40 Bab 40 Rahasia41 Bab 41 Menemukan Pelita42 Bab 42 Chaos43 Bab 43 Mediasi44 Bab 44 Sah45 Bab 45 Kehidupan Baru46 Bab 46 Bersama47 Bab 47 Suami-istri48 Bab 48 USG49 Bab 49 Soal Keluarga50 Bab 50 Rasa51 Bab 51 Bunga Mawar52 Bab 52 Ujian Skripsi53 Bab 53 Halo, Yogyakarta!54 Bab 54 Tiba di Kediri55 Bab 55 Nestapa56 Bab 56 Reaksi Abah57 Bab 57 Bertengkar58 Bab 58 Belanja Keperluan Bayi59 Bab 59 Ancaman60 Bab 60 Cinta61 Bab 61 Diserang62 Bab 62 Takut Kehilangan63 Bab 63 Belahan Jiwa64 Bab 64 Rumah Impian65 Bab 65 Kontraksi Palsu66 Bab 66 Perjalanan Bisnis67 Bab 67 Kabar Jakarta68 Bab 68 Pilihan Pelita69 Bab 69 Kamu Tidak Kangen Saya 70 Bab 70 Keresahan Tiga Kota71 Bab 71 Menghilang72 Bab 72 Kejutan73 Bab 73 Mencari Jejak74 Bab 74 Saudara