Dunia Pelita
bertengkar lagi. Barang-barang d
ke ponsel miliknya dari salah satu pembantu di ruma
dak di rumah," katanya menepuk bahu Bondan yang
idak memiliki kegiatan sepakat meluncur ke warung Abah Suta untuk ngopi dan mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan selama Ad
nisme Bandung, anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki rumah dan keluarga, ju
jalanan daripada tinggal di lingkungan keluarga yang tidak bisa melind
memang tinggal di jalanan karena dibuang orang tua kandungnya, ada yang terpaksa tinggal karena sudah tidak
ng ditemukan sedang diperas para preman, ada yang ditemukan saat sedang meringkuk kesakitan entah karena belum
kejam bagi sebagian ora
umah singgah yang kemudian ia dirikan itu. Sebagian yang lain, mereka memilih tetap tinggal di jalanan namun masih sering bertemu Adhim dan anggota klub m
yang dijawab Aldo dengan anggukan. "Harus banget sekarang, ya? Bentar lagi Re
pala. "Gue harus perg
dara sepupu Suta. Bersama dua perempuan yang juga menjadi anggota klub motor, Resti menjadi pengurus ruma
. Ati-ati!"
it dulu, ya! Ada urusan mendadak di rumah," ser
juga?" tanya s
ya
Ati-
uk mengacungk
orang dan berpamitan langsung kepada Abah Suta, Aldo langsun
embukakan pagar besi raksasa yang menjadi gerbang masuk yan
ng terparkir di halaman lalu masuk ke dalam rumah. Sudah lebih dari semin
engiriminya SMS menyambut kedatangan Aldo di pint
hirnya Den Aldo pu
" tanya Aldo langsung t
nyamperin. Suara barang-barang pecah juga kedengeran sampai sini sebelum Aden pulang, ta
g tuanya. Yang Bi Surti katakan benar, sudah tidak terdengar suara barang-barang pecah dari kamar P
berani nampar aku?! Aldo bakal mara
u. Ia bisa melihat Mamanya yang terduduk di atas ranjang sambil memegangi pipi
an keadaan kamar yang jauh lebih berantaka
Lihat apa yang dilakukan Papamu! Dia mukul Mama, Al." Mamanya berdiri dari atas ranjang dan mendata
ram sambil mengalihkan wajah ke arah lain. "Urusi itu Mamamu!" serunya pada
ikan langkah Papanya yang sudah berada di ambang pintu. "Kenapa Papa
hidung bangir yang menurun pada putra tunggalnya itu menoleh kepada Aldo sebentar, "Tanya sa
nya pada suara Riko Jefrico, Papanya. Tapi Aldo merasa dirinya baru saj
ah beberapa lama, Aldo bisa mendengar suara mobil Papanya yang tadi t
u, Aldo! Mama nggak tahan! Lihat sendiri bagaimana wajah Mama jadi lebam begini karena dia. Papa kamu selingkuh l
atap wajah Mamanya yang masih terlihat awet muda karena berbagai perawatan yang selama ini dila
di juri sebuah lomba bergengsi di Tangerang. Gara-gara Papa, Mama harus mundur se
am mendengar
dah empat puluh tahun inilah, Mamanya memutuskan pensiun dari catwalk dan tetap
bagai anak mereka satu-satunya di usia Mamanya yang masih delapan belas tahun dan Papanya dua pulu
ng pebisnis yang super sibuk dengan urusan perusahaan. Aldo bahkan lupa kapan terak
ntu di usianya yang keenam tahun. Lalu saat usia ketujuh, Mamanya sering menangis di kamarnya sambil mengata
gat Papanya yang beberapa kali mengirimkan surat gugatan cerai pada M
. "Bercerai?" tanyanya. "Nggak akan, Al. Mama
hanya
! Papa kamu akan biarin perempuan peliharaannya menguasai hartanya dan nggak ak
mbuskan kas
n bela Mama kan?! Iya kan, Al? Kamu akan bela Mama dan bantu Mama ngelawan Papa kamu yang tu
tetap
?! Atau, Mama aja yang gugat cerai Papa kamu duluan sekarang? Nanti kamu jadi saksi Mama di pengadilan dan ngungkapin gimana kotornya
ara. Wajahnya menatap Mamanya tanpa eksp
anti diam men
agi tindakan Papa yang sampek mukul Mama begini. Tapi, Ma, ada satu ha
erapa langkah setelah melepas tangan Ald
jer Mama. Tapi seiring berjalannya waktu, aku sadar kalau Mama-lah yang pertama kali berkhianat dari Pap
yang menjauh darinya dengan tatapan tak percaya. Sama seka
pernyataan daripada pertanyaan pada Bi Surti yang
ab Bi Surti mem
akan pulang. Tolong jaga Mama ya, Bi. Beresin k
nanti Ibu tanya Aden pergi ke mana?" tanya Bi Surti mengiku
embantu di rumahnya sejak dirinya masih kecil itu
ghela napasnya. "Den A
*
a, di
lengan pendek warna putih yang dilapisi kardigan rajut warna moka melambaikan ta
ngunjung kafe yang lain menatap bergantian ke arahnya
chatching untuk tid
angan sebentar sebagai balasan kemudian berjalan ke arah Cecilia,
ya?" tanyanya sembari me
, mejanya masih kosong
, ya udah, Mbak. Aku pesenin min
"Aku udah pesen dua minuman t
, min
eorang pelayan kafe sudah datang dengan
. "Makasih ya, Mas," ucapnya pada
bak. Sa
h pelayan itu meninggalkan meja mer
etakkan tas tanga
r Cecil lantas me
ng kita mau bahas apa, Mbak?" tanyan
itu. "Buru-buru banget," komentarnya. "T
amnya yang sebenarnya baik-baik saja.
n meraih ponselnya dari dalam tas. "Udah liat viewers cerita ka
mana, Mbak?"
k kamu yang temany
h Pil
mnya. Gimana? Kamu mau nggak nerima 'tantangan' aku buat nulis novel reli
daran kursi. Kepalanya pusing karena semalam menangis dan
sih? Aku yakin kamu pasti bisa. Genre apa yang belum coba kamu tulis sela
Tapi ..., kamu tahu kan gimana respons orang-orang sama tulisan kamu? Mereka suka, Pelita! Dan kamu tahu sendiri gimana
elas minumannya
anan, ya?" tawar
aku udah makan di tempat
bukan untuk diri kamu sendiri, lakukan untuk mereka. Bungkam kritikus-kritikus yang hina karya kamu selama ini. Bungk
pertama kalinya, perempuan yang lebih tua dua tahun dari diriny
iterasi. Selain pujian, banyak hinaan yang diterimanya dalam menulis cerita. Tidak sedikit yang mengatainya tak berperasaan
ka harus menghadapi banyak penderitaan yang luar biasa dan banyak hal gila lain. Tokoh ceritanya memiliki hidup
san Pelita. Bahkan ketika novelnya terbit, pembelinya mem
penerbitan buku tempatnya bekerja dan ia pula yang berhasil mengajak Pelita bekerjasama menerbitkan novel. Lalu begitu saja, atasannya memberinya kepercayaan mengurus segalanya soal Pelita dan tulisannya karena sang atasan yang me
kenapa ia juga merasa senang akan setiap omelan Cecil yang ditujukan kepadanya juga k
erakhir kali. "Untuk riset dan sebagainya, aku janji bakal b
"Hm. Iya deh, Mbak," ucapny
Bene
embali m
enangnya langsung berseru girang penuh semang
ya
bali meminum
dengan orang-orang yang mengatainya macam-macam. Selama hal it
. Amoral. Tidak beragama. Semua itu han
yang memilikinya. Seorang sastrawan yang pernah mengatakannya. Itulah kenapa, banyak karya bergenre f
uhnya bebas adalah pembuatnya. Sebab pembuat karya harus bertanggung jawab terhadap apa yang dibuatn
a. Karena yang paling penting, apa yang mereka pikirkan ten
nanya karena rasa cintanya. Satu kepada profesi dan pekerjaannya, dua ke