icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dunia Pelita

Bab 9 June dan Pelita

Jumlah Kata:2329    |    Dirilis Pada: 17/01/2024

ldrian

merasa buruk. Hatiku sakit. Sekali lagi aku merasa telah ga

Pelita tidak bisa kuhubungi padahal ponselnya menyala. Ia mengabaikan telepon yang mas

g meeting atau setidaknya mengirimiku pesan jika dirinya sedang mengi

percobaan kelima dengan suara serak khas bangun tidur. Siapa tahu Pelita akan merespons temannya, ta

lkan apartemen dan berkendara ke apartemen Pelita

ala. Namun, saat aku mendatangi kamar Pelita, ruangan itu gelap. Tirai-tirai jendela masih menjal

u meliriknya. Dua puluh menit sejak aku meninggalkan aparte

ngan. Kedua tangannya memeluk kaki yang ditekuk ke depan. Tanpa mengenaka

ku lirih saat m

terlihat berantakan walau tanpa penerangan yang memadai. Hidungnya merah dengan mata ben

ita seperti mencicit

bur ke arahnya dan m

hanya

. Aku seharusnya tidak boleh memelu

lancang mendekapnya seperti ini. Ia akan marah besar padaku. Dan yang

ama Pelita bersuara

gsung t

ayangannya dulu bertahun-tahun yang lalu. Panggilan kesayangan Pelita saat

seperti sebelumnya, mata Pelita masih terlihat kosong d

emukannya tadi jika Pelita menangis keras tan

s menatap ke arahku. Tapi Pelita hanya bergeming deng

mengajaknya duduk di atas ranjang.

ta?" tanyaku lagi semba

Namun, ia tetap tidak mau

hela nap

terjadi dengan per

ari, mengambil sebuah jilbab dari tumpukan pak

ik," lirihku sambi

a tergeletak di atas meja rias bersama beberapa kosmetik dan peralatan make up,

orkan segelas air putih di depannya

i yang akhirnya membuat Peli

gelas air itu sepenuhnya dan memba

alau udah siap," kataku se

sebentar kemudian tiba

num ke nakas lalu duduk di samping Pelita dan memeluknya la

ang sekali lagi tidak mendapatkan sahutan

*

at jam di pergelangan tanganku

nitan yang lalu aku

yaku yang dijawab Pelita

ada waktu, kamu cepet salat sana!" kataku setelah

pa. Ia berdiri dari ranjang k

telah itu, baru kutinggal pergi Pelita keluar dari kamarn

t menyiapkan sarapan untuk Pelita hingga mataku mene

u anyirnya me

k warna biru berukuran sedang tergeletak di lantai

uh yang tampaknya merupakan potongan tubuh kelinci dan

? Sialan! Siapa psikopat gila

i itu dan memasukkannya kembali ke kotak kemudia

emperhatikan sekeliling saat datang sehingga terlambat

ihara banyak kelinci di rumahnya. Pelita pasti sangan syok dan takut m

antai saat menyadari ada dua benda lain di atas meja. Setang

day! Hope u like my gif

i seperti itu. Ini teror! Siapa pun yang melakukannya

mukan ponsel milik Pelita tergeletak di atas meja ruang tengah. Te

*

p seolah dirinya baik-baik saja membuatku merasa bur

bahagia dan baik-baik saja ada

biasanya memakai celana jins dengan atasan kemeja atau blus yang kadang juga dilapisi jaket. Dan kali ini, Pelita memakai opsi yang kedua. Ia memakai celana jins hitam dan kemeja kuning bergaris ya

ya memakan sarapan yang sudah kusiapkan. Setangkup sandwich i

lain karena diet, ia mudah mengantuk dan menjadi

dengan nasi sudah menjadi kebiasaan Pelita

sedikit demi sedikit sembari memperh

u, ada sepasang mata cantik yang memb

nghabiskan tetes terakhir jus jeruknya. Ponsel milikn

nya. "Bicara apa?" tanyanya dengan nada ceria seperti bi

ya seolah aku bisa menatap secara langsung

i sini. Kamu udah ngga

ana sih, Kak?" tanyanya pelan. "Pindah ke mana? Aku suka kok ting

abku. "Kalau kamu nggak mau pindah ke apartemenku, aku akan carikan apartemen baru buat kamu d

mau! Aku suka tinggal di sini,"

endengarkanku. Ia memang bisa sangat keras ke

Kacamata hitam masih bertengger di hidungnya dan aku yakin Pelita tidak ada niat sama s

kami berada di sini, menemui klien dan melakukan fitting baju final untuk peragaan busana yang akan

rja dan pergi beristirahat. Tapi dengan keras kepalanya ia ngotot bekerja da

emauannya daripada membiarkan Pelita berkendara

end begini, Mbak. Kami sangat senang. Selain cantik Mbak Pelita ini ternyata juga sangat baik," kata seorang perempuan be

k punya kegiatan, jadi dengan senang hati saya gabung buat

datang untuk meeting dan fitting baju hari ini. Peraga

ini, Mbak. Mbak Pelita adalah diva kami. Jadi kehadiran Mbak har

baskan sebelah tangannya ke udara. Gestu

ai bersandiwara. Memasang

ta tinggal bersiap untuk peragaan busana dua minggu ke depan. Jaga

u begitu saya pamit dulu ya, Mbak. Sampai ketemu lagi di acara pe

h kirinya dan Arina yang duduk di sam

atangannya." Perempuan berkacamata ikut berdiri lantas mengulurk

keluar meninggalkan tempat pertemuan

g Ju

nku saat kami berjal

pan kami, mengangkat sebuah t

nti melangkah dan be

bertengkar lagi ya sama Pelita? Kok kuliat dar

a Pelita mendapat teror. Setidaknya untuk saat ini, sampai aku berhasil membujuk Pelita

i lagi adem gini, buat apa pakai kacamata? Kalau buat penunjang penampilan sih aku paham-paham aja. Tapi masalahnya, Pelita tuh ngg

il mengedikkan bahu pura-pura t

pon Abang tuh biasanya nggak sebiasa ini kal

kembali berjalan mengikuti Pelita

Jawab aku dong! Ja

memekik sambil

Aku nggak tau kapan pulangnya. Tapi kalau kamu sibuk aku bisa pulang naik taksi nanti.

mata menatapnya. "Nggak.

inggal jalan ke sana sebentar karena Mbak Cecil udah dateng duluan dan lagi nunggu aku sekarang

bali me

Cecil, Lit?" tanya Arina yang sudah

ut nggak papa, Rin. Katanya tugas kamu lagi numpuk?! Aku uda

Nggak pa-pa?" Arin

nya kembali menatapku. "Antar Arina, ya! Aku pergi du

tetap melenggang. Sempat menoleh ke arahku

riak Arina di sisi lain sambil mel

lan hingga punggung kecilnya menghilang di beloka

an yang kucinta. Aku benar-ben

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya3 Bab 3 Sang Pengembara4 Bab 4 Awal Mula5 Bab 5 Luka Masa Lalu6 Bab 6 Permintaan Umi7 Bab 7 Pulang8 Bab 8 Sepotong Cerita9 Bab 9 June dan Pelita10 Bab 10 Sudut Pandang11 Bab 11 Lamaran Pertama12 Bab 12 Hantu Bernama Masa Lalu13 Bab 13 Keputusan-keputus(asa)an14 Bab 14 Tawaran Kesepakatan15 Bab 15 Sebelum Acara16 Bab 16 Bertemu di Hari H17 Bab 17 Sesuatu di Luar Rencana18 Bab 18 Di Balik Kata Baik-baik Saja19 Bab 19 Hancur Bersama-sama20 Bab 20 Benang Merah21 Bab 21 Terlambat Datang Bulan22 Bab 22 Pengintaian23 Bab 23 Secercah Harapan24 Bab 24 Hamil Tidak Mungkin!25 Bab 25 Pesan Tak Terduga26 Bab 26 Bertemu Lagi27 Bab 27 Permohonan Maaf Adhim28 Bab 28 Keinginan Pelita29 Bab 29 Dua Laki-laki yang Berbeda30 Bab 30 Malaikat Tak Bersayap31 Bab 31 Ada Apa dengan Pelita 32 Bab 32 Diagnosis Dokter33 Bab 33 Siapa Ayah Anak Itu 34 Bab 34 Berpapasan dengan Adhim35 Bab 35 Adhim Akhirnya Tahu36 Bab 36 Amarah Leon37 Bab 37 Jangan Sebut Anak Haram!38 Bab 38 Melarikan Diri39 Bab 39 Perempuan Kesayangan40 Bab 40 Rahasia41 Bab 41 Menemukan Pelita42 Bab 42 Chaos43 Bab 43 Mediasi44 Bab 44 Sah45 Bab 45 Kehidupan Baru46 Bab 46 Bersama47 Bab 47 Suami-istri48 Bab 48 USG49 Bab 49 Soal Keluarga50 Bab 50 Rasa51 Bab 51 Bunga Mawar52 Bab 52 Ujian Skripsi53 Bab 53 Halo, Yogyakarta!54 Bab 54 Tiba di Kediri55 Bab 55 Nestapa56 Bab 56 Reaksi Abah57 Bab 57 Bertengkar58 Bab 58 Belanja Keperluan Bayi59 Bab 59 Ancaman60 Bab 60 Cinta61 Bab 61 Diserang62 Bab 62 Takut Kehilangan63 Bab 63 Belahan Jiwa64 Bab 64 Rumah Impian65 Bab 65 Kontraksi Palsu66 Bab 66 Perjalanan Bisnis67 Bab 67 Kabar Jakarta68 Bab 68 Pilihan Pelita69 Bab 69 Kamu Tidak Kangen Saya 70 Bab 70 Keresahan Tiga Kota71 Bab 71 Menghilang72 Bab 72 Kejutan73 Bab 73 Mencari Jejak74 Bab 74 Saudara