icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dunia Pelita

Bab 5 Luka Masa Lalu

Jumlah Kata:2976    |    Dirilis Pada: 17/01/2024

nlah hal yang baik untuk kesehatan. Pelita tahu itu. Na

ntutan pekerjaan Pelita lebih sering kembali ke apartemennya

dengan setelan celana training dan sweater, Pelita turun ke lantai satu apartemennya dengan laptop di tang

g t

ke dapur saat bel pintu apa

0 malam, ia membatalkan niatnya pergi ke dapur untuk membuat se

kan gumaman mengenai siapa gerangan yang be

partemen sebelum membukanya. Namun tidak ada siapa-siapa. Pelita pun tetap keluar untuk m

rgeletak di atas keset depan pintu. Ada setangkai bunga mawar di atasnya. Seb

dian memungut kotak biru itu bersama dengan

kir, ia ingin mengecek siapa yang datang dulu baru memakai kerudung. Tapi mengetahui di depan pint

rsyukur karena tidak ada orang yan

tadi itu nggak ada siapa-siapa dan bukan Kak June juga," monol

elita saat liburan atau mengikuti sebuah event besar, tips make up-nya, bahkan video kegiatan fangirling-nya---terkadang Pelita meng-upload beberapa video di sana. I

Pelita tidak pernah memberi tahukan alamat tempat tinggalnya kepada siapa pun. Sejauh ini hanya June dan Arina yang tahu. Dan untuk

dari Kak June?

war merah yang masih ada di tangannya secara bergantian d

erdekatnya, June tentu saja juga tahu akan hal itu---mawar merah dan trauma masa lalu Pelita. Jad

emang berniat memberikan Pelita sesuatu, ia pasti sudah memberikannya sejak tadi,

i meja. Ia baru sadar jika ada sebuah kartu ucapan yang dis

membu

day! Hope u like my gif

ulis tangan menggunakan tinta hitam dengan kemiringan yang sedik

June. Tapi kalau bukan d

an yang ada di tangannya. Namun, ia tetap tidak menemukannya. Di kotak b

perhatikan, Pelita akhirnya

yang bergerak refleks melempar kotak itu ke sembarang arah, membuat sesuatu

ya. Manik madunya menatap nanar pemandangan di depannya dengan

June

*

.. Drt

menatap seorang gadis yang duduk di depannya. Sebuah pesan

a sambil tersenyum manis lantas berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari rumah makan

ldo mengangguk sekilas lalu melihat tubuh tegap laki-

erus memper

seseorang di dekat salah satu pilar teras melalui dind

m, mulai dari sepatu, celana, kaos dan hoodie hingga topi yang dikenakannya di

aki-laki itu karena laki-laki it

bisa membaca mimik muka Aldo meski jarak mereka sebenarnya tak terlalu jauh---setidak

al yang sedikit mencurigakan menurutnya. Terlebih di akhir perbincangan, ia melihat Aldo yang mengeluarkan sesuatu dari jaket kulitnya dan menyerahkan sesuatu yang d

narkoba kan? Begi

ya adalah uang bayarannya atas tindak kejahatannya. Siapa yang tahu jika Aldo sebenarnya adalah seorang penjahat berdarah dingin, seorang psikopat?! Di d

palanya mengenyahkan pikirannya y

mamnya sambil memuku

angsung pergi setelahnya. Sebelum pergi, laki-laki itu menyimpan amplop besar yang diber

. Sangat kontras dengan ekspresi serius yang laki-laki itu tunjukkan di wajahny

arah meja yang ada di depannya. Tidak ada apa-apa di sana se

mbil menggeleng. "He he. Lagi nggak la

l memperlebar senyumnya. "Beneran?

dis itu m

hidup lho ya," kata A

eneran, tadi aku udah makan sebel

anya dengan nada tengil setengah menuduh. "Halah, nggak usah diet! Badan kecil-kecil juga nggak bagus kalau

Aldo. "Beneran, Kak. Tadi aku udah makan malam sebelum ke sini. Habis dari loka

is itu. "Hm. Iya, iya. Jadi bene

ya

inuman l

ak Aldo ada yang mau

au gitu aku pesen kentang goreng

ya

layan dan memesan satu porsi

t ya pesen aja. Kayaknya Kak Aldo belum

tang goreng aja cukup, Arina. Nanti kita makan sam

hanya me

gan kulit sawo matang itu, Arina Eva Novaliana. Teman dekat sekaligus asisten pribadi Peli

i tolong keju mozarellanya dikasih yang banyak," pe

agi? Mungkin pesa

dang menatapnya. "Enggak,

ya, Mas!" Pelayan itu pun m

u menatap Arina yang masih menatapnya. "Kenapa? K

ggak. Nggak pa-pa," sahutnya lantas meraih se

ar. "Udah, bilang aja, Rin!" ka

au ngomong sesuatu sama aku. K

yaknya barusan kamu juga ada yang mau kamu omongin

," lirihnya lalu diam mempertimbangkan

us menyesap minumannya hingga hampir tanda

tu ... tadi, aku cuman kepo sama orang yang Kak Aldo temui. Pakaiannya serba hit

mukaan gelas kemudian menyandarkan tubuhnya ke badan kursi. Laki-laki itu

rnya sembari menggenggam pinggiran gelasnya, kembali du

rnya yang sempurna membulat. "Oke. Sekarang gil

jaketnya yang sebenarnya baik-baik saja.

leh aja. Ap

itu berdeham singkat. "Kalau boleh tahu, sejak kap

n hampir satu tahun setengah ini sih. Pelita tahu kalau aku butuh pekerjaan terus dia

ar. "Bukan apa-apa," sahutnya kemudian membenarkan jaketn

ingkat lalu meraih gelas minumnya. Saat itu, pelayan perempuan yang tadi datang kemb

i dibuat-buat setelah kepergian pelayan itu. "Jadi ... kamu beneran m

bahkan nggak punya waktu buat tidur selama tujuh jam dalam sehari. Apalagi sembilan jam seperti yang dokter

a. "Terus, soal masih jomlo?" tanyanya setelah cukup lam

engar Aldo yang kembali bertanya setelah cukup lama

las Aldo dengan wa

buhnya ke punggung kursi. "Selama kerja sama Pelita, aku udah lama nggak p

am mend

adi buat pacaran, sama sekali nggak ada waktu," terang Arina. "Oke. Ada aja sebenarnya. Tapi setelah kerja sama Pelita, circle pertemanan aku nggak bisa seperti dulu lagi. Fake friend memang masih selalu ada di man

masih

ak belakangan ini. Kesempatan aku buat jalin pertemanan sama yang lain jadi jauh lebih nggak seleluasa dulu. Terus satu lagi, temenan sama Pe

sebelah alisnya

t diiriin, terlebih, sama orang kayak aku. Aku merasa sebel sama hal itu karena capek ngadepin cowok-cowok itu. Saat nggak sama Pelita, mereka bakal ngikutin aku ke mana pun kayak buntut, sampai

kemudian tertawa

o deketin aku karena suka juga sama Pelita, ya? Astaga ... nambah lagi dong beban anak ca

semakin keras ter

makin dalam me

, ya," komentar Aldo kemudian menyuapkan satu poto

nyum kecil. "He he," kemudian tawanya. "Tapi, yang aku ucapin bener, kan?! Kak Aldo suka kan s

tangnya sambil men

u, Kak," ucap Arina lagi. "Tapi nggak pa-pa sih, kalau tujuan kamu sebenarnya mau dek

il tersenyum. "Kok kamu malah jadi

akan berhasil atau enggak mengambil hatinya. Namanya Arka. Bedanya sama Kak Aldo, dia masih satu angkatan sama kami. Cowoknya juga ganteng. Cuman badannya aja yang tipis kayak triplek meski ti

an, Aldo malah kembali terseny

pasti kenal juga kan, Kak? Meski nggak kenal, aku yakin see

nyum dan hanya m

nggak ambil pusing sama apa yang terjadi. Sepanjang aku kenal dia, dia memang gitu ke semua cowok. Tapi yang jelas, sejak itu semua cowok yang nyoba deketin P

memakan kenta

ih meminum sisa orange juice di gelasnya. Aldo masih menyemil ke

suka sama Pelita?" tanya A

sambil menggeleng menatap Arina. "Siapa y

Tapi, emang bener

ak. Ada cewek l

apa?" Ia memberanikan diri untuk bertanya setel

seperti dugaan kamu yang sebelumnya. Tuj

endengar itu. "Em. Oke.

habis juga tuh. Aku

ya

ldo sempat menatapnya de

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya3 Bab 3 Sang Pengembara4 Bab 4 Awal Mula5 Bab 5 Luka Masa Lalu6 Bab 6 Permintaan Umi7 Bab 7 Pulang8 Bab 8 Sepotong Cerita9 Bab 9 June dan Pelita10 Bab 10 Sudut Pandang11 Bab 11 Lamaran Pertama12 Bab 12 Hantu Bernama Masa Lalu13 Bab 13 Keputusan-keputus(asa)an14 Bab 14 Tawaran Kesepakatan15 Bab 15 Sebelum Acara16 Bab 16 Bertemu di Hari H17 Bab 17 Sesuatu di Luar Rencana18 Bab 18 Di Balik Kata Baik-baik Saja19 Bab 19 Hancur Bersama-sama20 Bab 20 Benang Merah21 Bab 21 Terlambat Datang Bulan22 Bab 22 Pengintaian23 Bab 23 Secercah Harapan24 Bab 24 Hamil Tidak Mungkin!25 Bab 25 Pesan Tak Terduga26 Bab 26 Bertemu Lagi27 Bab 27 Permohonan Maaf Adhim28 Bab 28 Keinginan Pelita29 Bab 29 Dua Laki-laki yang Berbeda30 Bab 30 Malaikat Tak Bersayap31 Bab 31 Ada Apa dengan Pelita 32 Bab 32 Diagnosis Dokter33 Bab 33 Siapa Ayah Anak Itu 34 Bab 34 Berpapasan dengan Adhim35 Bab 35 Adhim Akhirnya Tahu36 Bab 36 Amarah Leon37 Bab 37 Jangan Sebut Anak Haram!38 Bab 38 Melarikan Diri39 Bab 39 Perempuan Kesayangan40 Bab 40 Rahasia41 Bab 41 Menemukan Pelita42 Bab 42 Chaos43 Bab 43 Mediasi44 Bab 44 Sah45 Bab 45 Kehidupan Baru46 Bab 46 Bersama47 Bab 47 Suami-istri48 Bab 48 USG49 Bab 49 Soal Keluarga50 Bab 50 Rasa51 Bab 51 Bunga Mawar52 Bab 52 Ujian Skripsi53 Bab 53 Halo, Yogyakarta!54 Bab 54 Tiba di Kediri55 Bab 55 Nestapa56 Bab 56 Reaksi Abah57 Bab 57 Bertengkar58 Bab 58 Belanja Keperluan Bayi59 Bab 59 Ancaman60 Bab 60 Cinta61 Bab 61 Diserang62 Bab 62 Takut Kehilangan63 Bab 63 Belahan Jiwa64 Bab 64 Rumah Impian65 Bab 65 Kontraksi Palsu66 Bab 66 Perjalanan Bisnis67 Bab 67 Kabar Jakarta68 Bab 68 Pilihan Pelita69 Bab 69 Kamu Tidak Kangen Saya 70 Bab 70 Keresahan Tiga Kota71 Bab 71 Menghilang72 Bab 72 Kejutan73 Bab 73 Mencari Jejak74 Bab 74 Saudara