Dunia Pelita
nlah hal yang baik untuk kesehatan. Pelita tahu itu. Na
ntutan pekerjaan Pelita lebih sering kembali ke apartemennya
dengan setelan celana training dan sweater, Pelita turun ke lantai satu apartemennya dengan laptop di tang
g t
ke dapur saat bel pintu apa
0 malam, ia membatalkan niatnya pergi ke dapur untuk membuat se
kan gumaman mengenai siapa gerangan yang be
partemen sebelum membukanya. Namun tidak ada siapa-siapa. Pelita pun tetap keluar untuk m
rgeletak di atas keset depan pintu. Ada setangkai bunga mawar di atasnya. Seb
dian memungut kotak biru itu bersama dengan
kir, ia ingin mengecek siapa yang datang dulu baru memakai kerudung. Tapi mengetahui di depan pint
rsyukur karena tidak ada orang yan
tadi itu nggak ada siapa-siapa dan bukan Kak June juga," monol
elita saat liburan atau mengikuti sebuah event besar, tips make up-nya, bahkan video kegiatan fangirling-nya---terkadang Pelita meng-upload beberapa video di sana. I
Pelita tidak pernah memberi tahukan alamat tempat tinggalnya kepada siapa pun. Sejauh ini hanya June dan Arina yang tahu. Dan untuk
dari Kak June?
war merah yang masih ada di tangannya secara bergantian d
erdekatnya, June tentu saja juga tahu akan hal itu---mawar merah dan trauma masa lalu Pelita. Jad
emang berniat memberikan Pelita sesuatu, ia pasti sudah memberikannya sejak tadi,
i meja. Ia baru sadar jika ada sebuah kartu ucapan yang dis
membu
day! Hope u like my gif
ulis tangan menggunakan tinta hitam dengan kemiringan yang sedik
June. Tapi kalau bukan d
an yang ada di tangannya. Namun, ia tetap tidak menemukannya. Di kotak b
perhatikan, Pelita akhirnya
yang bergerak refleks melempar kotak itu ke sembarang arah, membuat sesuatu
ya. Manik madunya menatap nanar pemandangan di depannya dengan
June
*
.. Drt
menatap seorang gadis yang duduk di depannya. Sebuah pesan
a sambil tersenyum manis lantas berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari rumah makan
ldo mengangguk sekilas lalu melihat tubuh tegap laki-
erus memper
seseorang di dekat salah satu pilar teras melalui dind
m, mulai dari sepatu, celana, kaos dan hoodie hingga topi yang dikenakannya di
aki-laki itu karena laki-laki it
bisa membaca mimik muka Aldo meski jarak mereka sebenarnya tak terlalu jauh---setidak
al yang sedikit mencurigakan menurutnya. Terlebih di akhir perbincangan, ia melihat Aldo yang mengeluarkan sesuatu dari jaket kulitnya dan menyerahkan sesuatu yang d
narkoba kan? Begi
ya adalah uang bayarannya atas tindak kejahatannya. Siapa yang tahu jika Aldo sebenarnya adalah seorang penjahat berdarah dingin, seorang psikopat?! Di d
palanya mengenyahkan pikirannya y
mamnya sambil memuku
angsung pergi setelahnya. Sebelum pergi, laki-laki itu menyimpan amplop besar yang diber
. Sangat kontras dengan ekspresi serius yang laki-laki itu tunjukkan di wajahny
arah meja yang ada di depannya. Tidak ada apa-apa di sana se
mbil menggeleng. "He he. Lagi nggak la
l memperlebar senyumnya. "Beneran?
dis itu m
hidup lho ya," kata A
eneran, tadi aku udah makan sebel
anya dengan nada tengil setengah menuduh. "Halah, nggak usah diet! Badan kecil-kecil juga nggak bagus kalau
Aldo. "Beneran, Kak. Tadi aku udah makan malam sebelum ke sini. Habis dari loka
is itu. "Hm. Iya, iya. Jadi bene
ya
inuman l
ak Aldo ada yang mau
au gitu aku pesen kentang goreng
ya
layan dan memesan satu porsi
t ya pesen aja. Kayaknya Kak Aldo belum
tang goreng aja cukup, Arina. Nanti kita makan sam
hanya me
gan kulit sawo matang itu, Arina Eva Novaliana. Teman dekat sekaligus asisten pribadi Peli
i tolong keju mozarellanya dikasih yang banyak," pe
agi? Mungkin pesa
dang menatapnya. "Enggak,
ya, Mas!" Pelayan itu pun m
u menatap Arina yang masih menatapnya. "Kenapa? K
ggak. Nggak pa-pa," sahutnya lantas meraih se
ar. "Udah, bilang aja, Rin!" ka
au ngomong sesuatu sama aku. K
yaknya barusan kamu juga ada yang mau kamu omongin
," lirihnya lalu diam mempertimbangkan
us menyesap minumannya hingga hampir tanda
tu ... tadi, aku cuman kepo sama orang yang Kak Aldo temui. Pakaiannya serba hit
mukaan gelas kemudian menyandarkan tubuhnya ke badan kursi. Laki-laki itu
rnya sembari menggenggam pinggiran gelasnya, kembali du
rnya yang sempurna membulat. "Oke. Sekarang gil
jaketnya yang sebenarnya baik-baik saja.
leh aja. Ap
itu berdeham singkat. "Kalau boleh tahu, sejak kap
n hampir satu tahun setengah ini sih. Pelita tahu kalau aku butuh pekerjaan terus dia
ar. "Bukan apa-apa," sahutnya kemudian membenarkan jaketn
ingkat lalu meraih gelas minumnya. Saat itu, pelayan perempuan yang tadi datang kemb
i dibuat-buat setelah kepergian pelayan itu. "Jadi ... kamu beneran m
bahkan nggak punya waktu buat tidur selama tujuh jam dalam sehari. Apalagi sembilan jam seperti yang dokter
a. "Terus, soal masih jomlo?" tanyanya setelah cukup lam
engar Aldo yang kembali bertanya setelah cukup lama
las Aldo dengan wa
buhnya ke punggung kursi. "Selama kerja sama Pelita, aku udah lama nggak p
am mend
adi buat pacaran, sama sekali nggak ada waktu," terang Arina. "Oke. Ada aja sebenarnya. Tapi setelah kerja sama Pelita, circle pertemanan aku nggak bisa seperti dulu lagi. Fake friend memang masih selalu ada di man
masih
ak belakangan ini. Kesempatan aku buat jalin pertemanan sama yang lain jadi jauh lebih nggak seleluasa dulu. Terus satu lagi, temenan sama Pe
sebelah alisnya
t diiriin, terlebih, sama orang kayak aku. Aku merasa sebel sama hal itu karena capek ngadepin cowok-cowok itu. Saat nggak sama Pelita, mereka bakal ngikutin aku ke mana pun kayak buntut, sampai
kemudian tertawa
o deketin aku karena suka juga sama Pelita, ya? Astaga ... nambah lagi dong beban anak ca
semakin keras ter
makin dalam me
, ya," komentar Aldo kemudian menyuapkan satu poto
nyum kecil. "He he," kemudian tawanya. "Tapi, yang aku ucapin bener, kan?! Kak Aldo suka kan s
tangnya sambil men
u, Kak," ucap Arina lagi. "Tapi nggak pa-pa sih, kalau tujuan kamu sebenarnya mau dek
il tersenyum. "Kok kamu malah jadi
akan berhasil atau enggak mengambil hatinya. Namanya Arka. Bedanya sama Kak Aldo, dia masih satu angkatan sama kami. Cowoknya juga ganteng. Cuman badannya aja yang tipis kayak triplek meski ti
an, Aldo malah kembali terseny
pasti kenal juga kan, Kak? Meski nggak kenal, aku yakin see
nyum dan hanya m
nggak ambil pusing sama apa yang terjadi. Sepanjang aku kenal dia, dia memang gitu ke semua cowok. Tapi yang jelas, sejak itu semua cowok yang nyoba deketin P
memakan kenta
ih meminum sisa orange juice di gelasnya. Aldo masih menyemil ke
suka sama Pelita?" tanya A
sambil menggeleng menatap Arina. "Siapa y
Tapi, emang bener
ak. Ada cewek l
apa?" Ia memberanikan diri untuk bertanya setel
seperti dugaan kamu yang sebelumnya. Tuj
endengar itu. "Em. Oke.
habis juga tuh. Aku
ya
ldo sempat menatapnya de