icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dunia Pelita

Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya

Jumlah Kata:2620    |    Dirilis Pada: 17/01/2024

ght I am remembering who you are. How every smile, every whisper brings me closer to the impossible conclusion

siapa kamu. Bagaimana setiap senyuman, setiap bisikan membawaku lebih dekat pada sebuah kesimpulan yang mustahil bahwa aku sudah m

pada layar laptop yang ada di depannya. Kursor yang ada di l

h tulang dengan pita cokelat muda melingkar di pergelangan tangan d

a lagi, yang nanti di sore hari atau paling tidak besok pagi akan Pelita kirim pada Cecilia, editor ya

are

itanya dengan sebuah kutipan mendalam tentang belahan jiwa berbahasa Inggris y

ada kutipan yang mencuat

ssible conclusion that I have known you before, I have loved you before—in another time, a different plac

u untuk yang

r yang bahagia di penutup ceritanya. Jika tidak sad endi

benar-benar sempurna. Sebut saja dirinya sendiri, orang lain mungkin menilai kehidupannya sempurna dengan wajah ca

cukup berantakan baginya. Lalu di hatinya,

ahaya dan bahagia hanya mimpi

dak suka membuat cerita

embuat cerita yang happy ending karena dirinya sendiri

et yang dilahapnya, Pelita tidak menemukan makna yang be

ndiri bukan? Dan gadis ayu itu sudah bertahun-tahun lupa perasaan dari kata 'bahagia' itu. Peli

rinstall dalam ponse

senang dan tenteram (bebas

ntung; be

Indonesia yang diterbitkan oleh

, enak, gembira, girang, lega, makmur, mujur,

bahagia yang beras

tidak bisa mendefi

gi bahagia adalah kata yang kel

s. Sesuatu yang tidak

av itu ... kalimat itu se

a dua puluh tahun ia hidup, Pelita tidak pernah bertemu seseorang yang bisa dis

i mana di dalamnya Pelita membatu seolah kehilangan daya dan kesada

ritanya. Syukur deh, pembacamu ngg

g telinga gadis itu sambil mencondongkan tubuh ke layar laptop Pelita, membaca beberapa kalimat terakhir yan

da layar laptop lalu membubuhkan kata 'SELESAI' di bawah tulisan terakhirnya lantas me

ngannya masih menunju

asyik memainkan ponsel sembari menyesap minuman

p laptop silver yang baru dimatikannya. Sama seperti Arina, gadis itu menyalakan pon

ldrian

kuliah nanti ada

ung ke atas membaca chat yan

alis

k

ain yang menyentuh angka puluhan bernomorkan asing di ponselnya sedikit pun lalu meneguk habis t

a kamu?" tanya Arina sembari mengedarkan pandang ke sekeliling kafe,

ma keluarganya dulu. Mereka teman sejak kecil. Tidak terlalu dekat aku Pelita, namun setahu Arina dari bagaimana laki-laki itu bersikap dan memperlakukan Pelita, Arina

ggi negeri yang mayoritas diinginkan oleh pemuda mana pun dan pindah ke universitas swasta yang menjadi tempat kuliah Pelita. Padahal saat itu, June sudah berada di semester lima bangku perkuliahan, namun

psinya, dosen-dosen lainnya sudah banyak yang bertanya kapan June mau merampungkan skripsi miliknya. Namun alih-alih meng

mping Pelita. Sebab saat June mendapatkan gelar sarjananya, laki-laki itu harus kembali ke Jakarta

ajer sekaligus bodyguard gadis itu tanpa mau dibayar sepeser pun—hal yang membuat Pelita

seperti Pelita, June juga seseorang yang berasal dari ka

nang, maka June bekerja sebagai manajernya adalah ag

e bekerja untu

laki-laki itu dan tidak akan menyia-nyiakannya. Di mata Arina sangat jarang ad

ah satu perusahan besar dengan catatan bersih, June memiliki tubuh ke

atan sempurna milik June dan kekayaan yang dimiliki laki-laki itu karena Pelita juga sama-sama rupa

pikir kenapa Pelita tida

alas

daan

an Pelita. Toh, sudah banyak artis dan public figure dala

masalah kan seharusnya jika Pelita dan June hanya berpacaran untuk sekarang? Me

na semua pemikirannya itu. Ia t

asap. Nggak usah dicariin, nanti juga datang-datang sendiri,"

tu mencebik. "Eh! Tapi sejak kapan Bang June ngerokok? Kok aku nggak pernah lihat? Kamu apain, Lit?! As

ya terseny

gan mulut

lu, Rin. Cuma memang jarang. Ka

suka kamu. Iya, kamu nggak masalah kalau kita nggak dapet duit atau bahkan mesti bayar ganti rugi. Holkay mah bebas. Bang June juga! Tapi buat aku ... ya ampun, big problem banget! Mana udah akhir bulan l

kelatan yang ada di depannya itu. "Yang nga

apet masalah tiap kamu batalin jadwal terus menghilang seenaknya. Bang June mah nggak pernah dihubungi sama pihak pengontrak. Aku, Lit, yang

melihat Arina yang masi

putusan waktu mau-maunya kerja sama kamu. Posisi

enyum sambil men

trak belakangan ini. Padahal tinggal pose di depan kamera aja apa susahnya sih? Wajah kamu tuh cantik mau diapa-ap

capek kerja sama aku? Ya udah, nggak papa

bagai asisten pribadi kamu. Tapi sebagai temen kamu, Pelita. Masa gitu aja kamu nggak ngerti

nggak bertanggung-jawab sama kontrak pemotretan yang udah aku ambil. Ya, kamu tah

ta yang tergeletak di ata

lita men

ppy endi

mengang

uruh Mbak Cecil juga! Ada apa nih? Pantesan Bang June kemarin-kemarin ke

ngedikkan

amun, karena Arina terus berbicara dan membahas topik lain, Pelit

gini, Pelita lebih suka diam mendengarkan Ar

marin masih ada satu judul novel yang masih kamu revisi kan? Udah selesai belum? Kalau belum nggak pa-pa, aku ngasistenin kamu ngetik atau apa gitu deh, ha ha

at kedua tangannya rapi di atas meja sembari

sa baca ceritaku yang happy end? Rin ..., satu hal yang nggak boleh kamu lupakan, selain menulis, modeling itu juga duniaku.

a melihat jam tangan cantik yang melingkar di pergelangan tangan kiri. "Kamu

Udah tadi. Tenang aja," balas

"Aku mau ke perpus dulu. Ada sesuatu yang mau kucari. Duluan, y

mpir ke kafe yang lokasinya tidak jauh dari kampus itu untuk sekadar minum atau ngobrol-ngobrol. Itulah kenapa, daripada

teman-temannya. Karena June adalah teman Haris, maka secara tidak langsung Pelita dan Arina juga. Selain lebih enak karena

r dari pintu depan kafe karena ruangan terbuka yang ditempatinya tidak memil

yang membuat Pelita menghentika

eng ke kampus ju

g. "Aku mau ketemu orang

Pelita masih

mbuat novel bergenre spiritual, gimana

ku selama be

nya ada di genggaman tangannya karena baru ia mi

gkan senyum cerah. "Kita lihat aja nanti!" tuk

biasa dipanggil dengan nama Pelita. Mah

bang hitam besar yan

lita sebagai kehidupan sempurna dengan w

k dan senyum cerah itu, ada luka yang terus menggerog

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Gadis dengan Lubang Hitam di Hatinya3 Bab 3 Sang Pengembara4 Bab 4 Awal Mula5 Bab 5 Luka Masa Lalu6 Bab 6 Permintaan Umi7 Bab 7 Pulang8 Bab 8 Sepotong Cerita9 Bab 9 June dan Pelita10 Bab 10 Sudut Pandang11 Bab 11 Lamaran Pertama12 Bab 12 Hantu Bernama Masa Lalu13 Bab 13 Keputusan-keputus(asa)an14 Bab 14 Tawaran Kesepakatan15 Bab 15 Sebelum Acara16 Bab 16 Bertemu di Hari H17 Bab 17 Sesuatu di Luar Rencana18 Bab 18 Di Balik Kata Baik-baik Saja19 Bab 19 Hancur Bersama-sama20 Bab 20 Benang Merah21 Bab 21 Terlambat Datang Bulan22 Bab 22 Pengintaian23 Bab 23 Secercah Harapan24 Bab 24 Hamil Tidak Mungkin!25 Bab 25 Pesan Tak Terduga26 Bab 26 Bertemu Lagi27 Bab 27 Permohonan Maaf Adhim28 Bab 28 Keinginan Pelita29 Bab 29 Dua Laki-laki yang Berbeda30 Bab 30 Malaikat Tak Bersayap31 Bab 31 Ada Apa dengan Pelita 32 Bab 32 Diagnosis Dokter33 Bab 33 Siapa Ayah Anak Itu 34 Bab 34 Berpapasan dengan Adhim35 Bab 35 Adhim Akhirnya Tahu36 Bab 36 Amarah Leon37 Bab 37 Jangan Sebut Anak Haram!38 Bab 38 Melarikan Diri39 Bab 39 Perempuan Kesayangan40 Bab 40 Rahasia41 Bab 41 Menemukan Pelita42 Bab 42 Chaos43 Bab 43 Mediasi44 Bab 44 Sah45 Bab 45 Kehidupan Baru46 Bab 46 Bersama47 Bab 47 Suami-istri48 Bab 48 USG49 Bab 49 Soal Keluarga50 Bab 50 Rasa51 Bab 51 Bunga Mawar52 Bab 52 Ujian Skripsi53 Bab 53 Halo, Yogyakarta!54 Bab 54 Tiba di Kediri55 Bab 55 Nestapa56 Bab 56 Reaksi Abah57 Bab 57 Bertengkar58 Bab 58 Belanja Keperluan Bayi59 Bab 59 Ancaman60 Bab 60 Cinta61 Bab 61 Diserang62 Bab 62 Takut Kehilangan63 Bab 63 Belahan Jiwa64 Bab 64 Rumah Impian65 Bab 65 Kontraksi Palsu66 Bab 66 Perjalanan Bisnis67 Bab 67 Kabar Jakarta68 Bab 68 Pilihan Pelita69 Bab 69 Kamu Tidak Kangen Saya 70 Bab 70 Keresahan Tiga Kota71 Bab 71 Menghilang72 Bab 72 Kejutan73 Bab 73 Mencari Jejak74 Bab 74 Saudara