Dunia Pelita
ght I am remembering who you are. How every smile, every whisper brings me closer to the impossible conclusion
siapa kamu. Bagaimana setiap senyuman, setiap bisikan membawaku lebih dekat pada sebuah kesimpulan yang mustahil bahwa aku sudah m
pada layar laptop yang ada di depannya. Kursor yang ada di l
h tulang dengan pita cokelat muda melingkar di pergelangan tangan d
a lagi, yang nanti di sore hari atau paling tidak besok pagi akan Pelita kirim pada Cecilia, editor ya
are
itanya dengan sebuah kutipan mendalam tentang belahan jiwa berbahasa Inggris y
ada kutipan yang mencuat
ssible conclusion that I have known you before, I have loved you before-in another time, a different plac
u untuk yang
r yang bahagia di penutup ceritanya. Jika tidak sad endi
benar-benar sempurna. Sebut saja dirinya sendiri, orang lain mungkin menilai kehidupannya sempurna dengan wajah ca
cukup berantakan baginya. Lalu di hatinya,
ahaya dan bahagia hanya mimpi
dak suka membuat cerita
embuat cerita yang happy ending karena dirinya sendiri
et yang dilahapnya, Pelita tidak menemukan makna yang be
ndiri bukan? Dan gadis ayu itu sudah bertahun-tahun lupa perasaan dari kata 'bahagia' itu. Peli
rinstall dalam ponse
senang dan tenteram (bebas
ntung; be
Indonesia yang diterbitkan oleh
, enak, gembira, girang, lega, makmur, mujur,
bahagia yang beras
tidak bisa mendefi
gi bahagia adalah kata yang kel
s. Sesuatu yang tidak
av itu ... kalimat itu se
a dua puluh tahun ia hidup, Pelita tidak pernah bertemu seseorang yang bisa dis
i mana di dalamnya Pelita membatu seolah kehilangan daya dan kesada
ritanya. Syukur deh, pembacamu ngg
g telinga gadis itu sambil mencondongkan tubuh ke layar laptop Pelita, membaca beberapa kalimat terakhir yan
da layar laptop lalu membubuhkan kata 'SELESAI' di bawah tulisan terakhirnya lantas me
ngannya masih menunju
asyik memainkan ponsel sembari menyesap minuman
p laptop silver yang baru dimatikannya. Sama seperti Arina, gadis itu menyalakan pon
ldrian
kuliah nanti ada
ung ke atas membaca chat yan
alis
k
ain yang menyentuh angka puluhan bernomorkan asing di ponselnya sedikit pun lalu meneguk habis t
a kamu?" tanya Arina sembari mengedarkan pandang ke sekeliling kafe,
ma keluarganya dulu. Mereka teman sejak kecil. Tidak terlalu dekat aku Pelita, namun setahu Arina dari bagaimana laki-laki itu bersikap dan memperlakukan Pelita, Arina
ggi negeri yang mayoritas diinginkan oleh pemuda mana pun dan pindah ke universitas swasta yang menjadi tempat kuliah Pelita. Padahal saat itu, June sudah berada di semester lima bangku perkuliahan, namun
psinya, dosen-dosen lainnya sudah banyak yang bertanya kapan June mau merampungkan skripsi miliknya. Namun alih-alih meng
mping Pelita. Sebab saat June mendapatkan gelar sarjananya, laki-laki itu harus kembali ke Jakarta
ajer sekaligus bodyguard gadis itu tanpa mau dibayar sepeser pun-hal yang membuat Pelita
seperti Pelita, June juga seseorang yang berasal dari ka
nang, maka June bekerja sebagai manajernya adalah ag
e bekerja untu
laki-laki itu dan tidak akan menyia-nyiakannya. Di mata Arina sangat jarang ad
ah satu perusahan besar dengan catatan bersih, June memiliki tubuh ke
atan sempurna milik June dan kekayaan yang dimiliki laki-laki itu karena Pelita juga sama-sama rupa
pikir kenapa Pelita tida
alas
daan
an Pelita. Toh, sudah banyak artis dan public figure dala
masalah kan seharusnya jika Pelita dan June hanya berpacaran untuk sekarang? Me
na semua pemikirannya itu. Ia t
asap. Nggak usah dicariin, nanti juga datang-datang sendiri,"
tu mencebik. "Eh! Tapi sejak kapan Bang June ngerokok? Kok aku nggak pernah lihat? Kamu apain, Lit?! As
ya terseny
gan mulut
lu, Rin. Cuma memang jarang. Ka
suka kamu. Iya, kamu nggak masalah kalau kita nggak dapet duit atau bahkan mesti bayar ganti rugi. Holkay mah bebas. Bang June juga! Tapi buat aku ... ya ampun, big problem banget! Mana udah akhir bulan l
kelatan yang ada di depannya itu. "Yang nga
apet masalah tiap kamu batalin jadwal terus menghilang seenaknya. Bang June mah nggak pernah dihubungi sama pihak pengontrak. Aku, Lit, yang
melihat Arina yang masi
putusan waktu mau-maunya kerja sama kamu. Posisi
enyum sambil men
trak belakangan ini. Padahal tinggal pose di depan kamera aja apa susahnya sih? Wajah kamu tuh cantik mau diapa-ap
capek kerja sama aku? Ya udah, nggak papa
bagai asisten pribadi kamu. Tapi sebagai temen kamu, Pelita. Masa gitu aja kamu nggak ngerti
nggak bertanggung-jawab sama kontrak pemotretan yang udah aku ambil. Ya, kamu tah
ta yang tergeletak di ata
lita men
ppy endi
mengang
uruh Mbak Cecil juga! Ada apa nih? Pantesan Bang June kemarin-kemarin ke
ngedikkan
amun, karena Arina terus berbicara dan membahas topik lain, Pelit
gini, Pelita lebih suka diam mendengarkan Ar
marin masih ada satu judul novel yang masih kamu revisi kan? Udah selesai belum? Kalau belum nggak pa-pa, aku ngasistenin kamu ngetik atau apa gitu deh, ha ha
at kedua tangannya rapi di atas meja sembari
sa baca ceritaku yang happy end? Rin ..., satu hal yang nggak boleh kamu lupakan, selain menulis, modeling itu juga duniaku.
a melihat jam tangan cantik yang melingkar di pergelangan tangan kiri. "Kamu
Udah tadi. Tenang aja," balas
"Aku mau ke perpus dulu. Ada sesuatu yang mau kucari. Duluan, y
mpir ke kafe yang lokasinya tidak jauh dari kampus itu untuk sekadar minum atau ngobrol-ngobrol. Itulah kenapa, daripada
teman-temannya. Karena June adalah teman Haris, maka secara tidak langsung Pelita dan Arina juga. Selain lebih enak karena
r dari pintu depan kafe karena ruangan terbuka yang ditempatinya tidak memil
yang membuat Pelita menghentika
eng ke kampus ju
g. "Aku mau ketemu orang
Pelita masih
mbuat novel bergenre spiritual, gimana
ku selama be
nya ada di genggaman tangannya karena baru ia mi
gkan senyum cerah. "Kita lihat aja nanti!" tuk
biasa dipanggil dengan nama Pelita. Mah
bang hitam besar yan
lita sebagai kehidupan sempurna dengan w
k dan senyum cerah itu, ada luka yang terus menggerog