Dendam Cinta Sang Miliarder
u yang mengganggu pikiranmu?" Rafael bertanya pada sang istri yang kala itu baru m
pantulan cermin yang ada di hadapannya. Ia
ngkaran hitam di ba
an. "Hemmm. Kau benar. Beberapa hari terakhir ini a
a. Kerutan dalam memeta di kening
yang berada di tempat tidur. "Kau ingat nama g
g merupakan penyeba
angguk gam
ah dengan nam
hunya sedikit melemas. "Entahlah. Nama itu seperti tidak asing bagiku dan terus mengganggu piki
aja. Mungkin itu hanya perasaanmu saja. S
*
api dia belum juga memberi kabar," gumam Luna selepas m
artemennya. Duduk dengan perasaan tidak tenan
abatnya yang tak kunjung bisa ia hubungi semenjak malam itu, malam di mana d
Freya tidak datang ke butik pada keesokan harinya. Benak
eya tidak akan menghilang seperti saat ini, kalima
da Saga, karena bagaimanapun, hilangnya Fr
k mungkin," kilah Luna
itu menatap kosong salah satu sudut ruang. "Dia tidak mungkin berbuat se
pergi ke tempat pria itu. Namun, di sisi lain, perasaan Luna memaksa dirinya untuk tetap diam di sana, b
gi menemui Saga. Ia takut, jika sesuatu yang lebih bur
rinya tiba-tiba datang ke kediaman pria itu, kemudian Freya tidak ada di sana, itu artinya sama saja L
un tindakan apa yang harus dilakukan, tiba-tiba bell dari
itu seketika mengalihkan atensi, men
ali mengudara, berdering nyaring hingga memenuhi
kit dari duduknya.
ang datang malam-malam seperti ini, Luna segera m
hui pasti password yang digunakan Luna, sebab itulah Luna yakin, j
nasaran yang semakin mencuat, membuat Luna tidak berpikir pan
terbuka, Luna dibuat terkejut bukan main. Kedua mata gadis
na sudah menjelaskan segalanya. Menjelaskan, bahwa gadis cantik it
tunjukan adalah sebuah keterkeju
ak biasa. Senyuman yang tidak pernah Luna sangka, ternyata bisa terpatri indah di
ra berulang. Benaknya masih mencoba me
rkas Saga seraya menyandarkan tubuhnya di bing
an tatapan penuh waspada. "A
. Ia tersenyum. "Tentu saja untuk m
ku ... ke-kenapa kau ingin men
h Luna, membuat Luna terkejut bukan main, karena dalam satu kali gerak
aga sembari memundurkan sedikit kepala, membuat jarak
yeringai
ggah di kening Lu
ginkan?" Saga berucap dengan begitu lugunya. Tata
imu," tegas Luna seraya
an, dengan begitu cepat. Pria tampan itu menahan daun pintu
a kau bersikap seperti ini? Bukankah kau seharusnya mempersilakan ak
a tandingi, hingga Luna mau tidak mau membiarka
itu termangu, menatap Saga dengan begitu percaya dirinya melangk
di ruang utama, kemudian menoleh ke arah Luna sambil ter
yang saat ini Saga tunjukan, sangat berbeda jauh deng
urang, terutama saat senyum manis terpeta di bibir pria tampa
u lebih dulu," sarkas Luna selepa
mping sofa yang Saga duduki, d
saat. Ia kemudian terkekeh. "Ah,
dak akan membiarkanmu sing
ya. "Kenapa? Padahal, malam in
ain dan katakan, ap
dua kakinya berada dalam posisi menyilang, menunjukan postur arogan yang semp
Kenapa kau in
pintu utama apartemen Luna yang dibiarkan terbuka. "Kenapa kau t
uk berjaga-jaga. Siapa tahu kau b
eraya terkekeh. "Apa kau selalu
matian bersikap seolah biasa saja menanggapi Saga,
ndakan yang dilakukan oleh Saga,
yang duduk di hadapannya itu
antara dirinya dan Saga. "Berhentilah berbasa-basi." Ia memberanikan diri
apa kali aku katakan padamu, jika aku da
ku." Luna berucap sembari berjalan menuju pintu. Gadis cantik itu berd
senyum.
enengadahkan pandangan. beberapa saat.
idak. Ini sudah malam dan
, ayo kita ti