Dendam Cinta Sang Miliarder
i hadapan Luna dengan gagah itu adalah tidak lai
h lagi ia temui di dunia ini. Baik secara
tungkai Luna melemah, hingga tidak mampu lagi men
meninggalkan benak dan memberikan mi
ngan. Namun, setelah menunggu beberapa saat dan yang ia dapati hanyalah tatapan nanar dari Frey
memokuskan atensinya ke arah Luna yang masih diselimuti r
gartikan. Di bibir pria itu, perlahan terpeta sebuah senyum sinis yang membuat waja
an Luna bisa tahu apa yang ia rapalkan t
mata jelaga milik seorang Saga, tidak teralihkan sedi
Freya merasa khawatir. Ia mengguncang pelan bahu
ya, menunjukan raut bingung, ayalnya seoran
pandangan, menelisik keadaan tubuh Luna, memastikan sahabatn
iarkan untuk menatap kesal langit-langit di atas sana beberapa saat. Dan kek
at, selagi membiarkan manik hazel indahnya menat
membangkitkan dirinya. Diikuti ole
a menjawab pertanyaan Freya, namun atensinya ma
enang, bisa kembali bert
ggil Luna dengan sebutan Sweeth
Freya. "Ah, kau men
lugunya. "Apa kalian b
t." Ia menjeda perkataannya seraya menoleh ke arah Luna yang masih set
nya dengan nada suara yang terkesan dingin, diduk
tikanmu." Saga menyeringai ngeri penuh arti, kemudian mengedipk
memberi tahumu, jika aku yang melakukan reservasi siang tadi?" imbuhn
ibir bawahnya kuat-kuat. Gadis cantik itu menoleh,
kenakan, membuat Luna menoleh ke arahnya.
ku baik-b
dari tadi tubuhmu gemetar sepe
ang mengepal di kedua sisi tubuhnya dalam keadaaanjang, kemudian mengembuskannya secara perlahan
rlu khawatir." Ia menoleh lagi ke arah Saga. "Aku akan mengurusnya. Kau tunggu saja di bagian pemba
aktu bagi Freya untuk merespon perkataannya, mening
Luna mengalun, menyapa rungu
hat? Aku sedang memilih pak
h dipilihnya ke arah Luna, membuat Luna ber
nyum penuh kepuasan.
ju ruang ganti yang tersedia di butik t
pun sebenarnya ia tidak ingin. Yang Luna inginkan saat ini hanyalah membuat Saga
a yakini telah merenggut kesuciannya itu. Sekali bertemu saja,
ku, bukankah begitu?" Luna bertanya seraya menghentikan langka
udian menoleh. "Be
u merampas hal yang paling berharga bagiku malam itu?" Suara Luna mulai gem
engingat kejadian malam itu dengan sempu
kau ada bersamaku di bawah naungan selimut yang sama
bawahnya. "Kau benar juga. Jika dipikirkan, memang hal itu sudah cukup membuat
hingga kau melakukan hal i
sendiri. "Bukankah kau data
akan, mereka akan membawa
g memintamu untuk d
kan Saga yang memintanya untuk datang
bukan?" Seolah bisa membaca apa yang tengah Luna pikirkan, Saga bertanya dan
da sang adik terkait kejadian malam itu, tetapi sang adik masih
embuat Luna semakin putus asa untuk mencari tahu, setiap harinya, hingga ia memilih
enar. Anggap saja kita tidak pernah bertemu dan tidak ada yang pernah terjadi antara kita. Dan berhentilah muncul
una menaruh harapan, sepertinya
jadi, kemarahan dan kebencian Luna, lebih spes
isik raut wajah pun tatapan mata Saga. "Tidak kah kausembari memainkan lidah di dalam rongga mulutnya, mencoba meredam kemarahan yang seti
yang telah merenggut kebahagiaanku dan menghancurkan hidup orang yang berarti bagiku, lebih dulu?" Saga tersenyum sinis. "Aku muncul dalam kehidupa
a mak
memutuskan kontak mata dengan Luna. Raut wajahnya
na yang mematung, masih berusaha mencerna a
kan mulutnya berada sedekat mungkin dengan daun telinga gadis malang itu. "Ak