Wanita Pilihan Mafia
a. Ia masih bingung dengan dirinya sendiri. Bagaimana wajah seorang pe
pa kata dunia jika mengetahui seorang pengusaha yang merajai bisnis di banyak
saja adalah hal yang tak mungkin terjadi. Meskipun ia tak menampik jik
ai di penthouse. Pandanganya menyapu sekelil
ra mengistirahatkan diri. Namun, rasa kantuk belum juga m
a kasar, merasa frustrasi de
runi anak tangga untuk menuju dapur di lantai bawah. Namun, tepat ketika dirinya melewati pintu kamar Salwa, dia berhenti. Matanya tergelitik unt
daripada kegugupan yang tiba-tiba melanda. Begitu ia masuk ke dalam ruangan minim pencahayaan itu karena lampu utama sengaja dim
ikit pun, mendekat secara hati-hati dalam senyap. Dia menek
an Arthur, mulutnya sedikit terbuka dengan d
wa, hingga tanpa disadari wajahnya k
Pun dengan posisi kakinya turut berubah membuat selimut yang sejak tadi berada sebatas pinggang, t
darahnya turut memanas dan berdesir. Tubuh perempuan itu seperti menguarkan feromon mema
patnya sed
itu dari alam bawah sadarnya. Mata bulat itu mengerjap, lantas memb
Tangannya secara sadar mengucek kedua matanya, memastikan apa yang berada di
ta, Sean masih berada di sana, d
has orang bangun tidur itu justru terlihat sem
anya ingin membangunkanmu!" Ia mengelak.
uarlah dulu! Saya a
iri kemudian, lantas keluar dari kam
kuda. Mengenakan outer panjang karena pakaian tidurnya berlengan pendek. Den
erdecak, mengentakkan kaki, kesal karena tak memikirkan hal itu sebab belum sepenuhnya sadar terba
ka sang majikan berada di dalam kamar. De
membuka pintu itu dengan cepat. Lela
ngan tubuh atletis berbalut jubah tidur yang dii
menanyakan minuman ap
pa
*
ngamati punggung Salwa yang
Ada tata cara khusus yang sudah dituliskan di b
jaannya, meskipun beberapa kali ia mengecek untuk meny
ergelung, mengeluarkan aroma wangi yang berpesta pora di rongga hidung Sean Arthur. Sepe
ar, Tuan." Salwa berkata den
ngizinkanmu ke
pergi, menahan diri untuk
selesai minum," uca
sanya sangat aneh dan tidak nyaman. Apalagi lelaki itu hanya mengenakan jubah tidur, yang Salwa yakini jika di dalamnya lelaki itu tak menge
nya, mengabaikan Salwa yang sudah teramat mengantuk. Berkali-kali perempuan itu menggelengkan kepala guna mengusir rasa k
sudah tidak kuat lagi menahan kantuk. Perempuan itu tertidur den
*
di telinga. Matanya tampak kebingungan menyadari dirinya telah berada di kamarnya sendiri, pa
ia bisa tidur di da