Wanita Pilihan Mafia
parkiran sebuah rumah sakit yang terletak di sudut kota. Buk
a masih berkecamuk dengan perasaan gelisah yang kini sedang membebat hatinya. Sampai
mengajaknya pergi. Dia menundukkan pandangan, mengekor jalan Tante Ayi yang ada di
nengah ke bawah. Bukan sebuah ruangan yang dipisahkan sekat-sekat kecil menggunakan kelambu, melain
wa ruang perawatan yang lebih menjaga privasi. Bapak Salwa dirawat
uduk menggunakan kursi plastik dengan ketiga adiknya berdiri mengitari. Mereka menangis se
usan sebentar. Apaka
ih atas bantuannya, Tan." Tante Ayi segera pergi setelah m
rgian Tante Ayi. Dia melihat beberapa pasien dengan berbagai macam jenis penyakit sedang ber
edih di sekelilingnya. Dia berhenti ketika berada bebera
dengan mata yang sud
ipanggil Salwa Ibu pun menoleh, bersamaan dengan ketiga adik Salwa yang sedang berdiri di samping
tuk satu dukungan. Beban berat dipikul bersama tanpa perlu
anya mematri tubuh yang kini terbaring lemah di atas ranjang perawatan dengan
n. Kondisinya mulai membaik setelah sebelumnya hanya bisa memejamkan mata
n kesembuhan Bapak," jawa
yang berdiri di samping ibunya. Ada
ungsu masih kelas dua SD. Hati Salwa kembali gulana ketika menyadari bahwa ketiga
adiknya dengan penuh sayang juga kelembutan. Tak pernah sekalipun Salwa mendengar keluhan yang keluar dari bibir kehitama
etiga adiknya. Mereka menggeleng secara be
sedari tadi dikenakannya untuk mengambil kue yang dia dapatkan dari sekolah. Ya, Salwa mendapatkan sekotak kue pada acara pelepasan siswa di sek
p Salwa setelah mengulurkan kot
pat kue di dalam kotak itu dan kesemuanya adalah kue basah. Ada kue lemper, puki
itu tak membuat perut mereka kenyang, tetapi setidaknya m
merasa tidak berguna. Seharusnya dia tidak mementingkan diri sendiri dengan melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Sebaiknya dia segera mencari pekerjaan untuk
terdengar, membuat lamunan Sal
, ini masih
kan cup bening berisi puding. Salwa menatap cup puding itu dengan perasaan ingin, tet
api buru-buru dia menggeleng. "Aku sudah kenyang
wajah Ahsan, tetapi melihat ketulusan dari adik pertamany
cil, dia memandang Darmini. Urung sendok itu mendarat ke mu
ni sama-sama," ucap Salwa seraya mengangsurkan s
anak yang baik dan penurut. Keluarganya memang tidak memiliki banyak harta, tetapi kasih sayang antar keluarga
*
k mau melihatnya be
k yang telah diapit di sela bibirnya. Dia mengesah kasar, lalu
akang penthouse yang dia tempati, menyesap rokok,
n kanan Sean Arthur di perusahaan legalnya tampak berdecak setelah tragedi pemecat
jaan mereka. Terkadang mereka sendiri yang tiba-tiba mengajukan pengunduran diri atau bahkan kabur di tengah tugas. Entah apa yang membuat semua pelayan ya
api ucapan adik angkatnya. Dia mengalihkan perhatiannya pada sebuah map yang tergeletak di atas mej
kan selalu tidak becus bekerja
pan lelaki itu. "Lupakan tentang pelayan. Nona Natasya menaw
bernama Natasya. Sepertinya dia harus mengganti teman kencannya kali ini, karena waktu
ama. Padahal Natasha baru dikencaninya selama dua pekan ini, sedangkan di pekan ketiga dia harus m
k sampo XX. Aku ingin dia untuk dua pekan mendatang." Sea
datang sesua
ah map yang baru saja dibaca isinya. "Revisi semua!
n memeriksa sejenak apa yang membuat Sean tidak menyukai idenya. Dia mengesah
Arthur. Namun, tepat ketika dirinya berada di bibir pintu kaca, lelaki berdarah Chines
memerlukan j
n, Sean Arthur justru mele
a ketika dia sedang ingin menuntaskan hasrat biologisnya. Tidak ada yang spesial dari mereka karen
patkan jatah berkencan dengannya. Bahkan karier mereka akan semakin ce
tak pernah sekalipun memutuskan untuk berkencan dengan seorang wanita Asia. Dia memiliki sudut pandang berbeda terhadap wanita. Menurutnya, wanita
mintaanmu,
membuang waktuku untuk m
u. Aku hanya penasaran, apakah memang seleramu sudah berubah atau kau sengaja
n Arthur menjawab pertanyaannya. "Aku hanya tertarik, tidak
erbiasa mendengar kata Sean Arthur
nnya, karena dia akan datan
mengucapkan hal itu. Membiarkan Sean