Wanita Pilihan Mafia
lum sang majikan menjemput para pekerja wanita, mereka ting
mpit itu agar tak memakan banyak tempat. Setelah dirasa semua barang-barangnya telah
namanya membuat perempuan itu urung mengistirahatkan tubuh. Sebuah kepala menyembul da
ngkat lebih dulu beberapa minggu yang lalu. Dia belum dijemput sa
sikan dirinya yang sebelumnya terbaring menjadi duduk. Peremp
en. Kamu mau enggak belikan di Swalayan terdekat? Na
jika dia menolak permintaan Anis untuk membeli pembalut. Sehingga dia memutuskan m
amitan ingin pergi ke swalayan terdekat, teman-temannya penghuni rusun
dijadikan pengalaman pertama baginya keluar dari rusun seorang
secarik kertas. Sambil melihat-lihat dan menghafalkan jalan yang dilewati, Salwa akhir
t order yang sudah tertulis dengan lengkap sembari mencarinya satu per satu di rak gondala barang-barang yang akan dibeli. Menata
nan teman-temannya berhasil dia dapatkan dengan mudah dan uang ya
mulai pergi meninggalkan area swalayan untuk kembali ke rusun. Namun, ketika Salwa berada di sebuah gang sempit yang lo
gika yang ada bahwa dirinya adalah orang baru di negara itu, Salwa berjalan mengikuti arah sua
pencakar langit yang diapit oleh gedung-gedung lainnya, Salwa ter
erta bibir. Tak jauh dari dua orang yang sedang berkelahi itu, ada sekitar sepuluh orang laki-laki berbadan tegap, berpakaian formal serba hitam dengan kacamat
adari keberadaannya. Namun, alih-alih melarikan diri, kaki Salwa terasa tertancap di beton
tak sanggup untuk dikondisikan. Akan tetapi, matanya tak bismelihat lelaki malang itu hampir meregang nyawa. Dan tepat ketika lelaki kejam yang memunggunginya itu mengeluarkan pisau lipat dari balik s
n setelah menyadari hal bodoh yang telah dia lakukan. Dia hampir
dah luluh lantak akibat pukulan-pukulannya, mem
ika lelaki itu melangkah mendekat ke arahnya. Sialnya, kaki Salwa cukup gemetar hingga tak s
in membasahi pelipisnya. Salwa mulai bisa memundurkan langkahnya untuk sedikit menjauh dari lelaki i
asar begitu lelaki itu berdiri tepat di depannya. Dia ingin pergi segera, tetapi lelaki
an. Bibir Salwa bergetar, tak sanggup mengucapkan sepatah kata. Dia merasa sedang dalam bahaya. Lelaki di depannya pasti adalah orang jahat, pembunuh, a
tutup mu
patah kata. Embusan napas lelaki itu menerpa waj
a diikuti senyu
rang wanita biasa dari kalangan rakyat jelata dan tak patut untuk diperhitungkan keberadaannya.
mbunyi. Tatapan yang begitu polos, tetapi terdapat banyak beban di dalamnya. Dia te
kan keinginannya, pria bermata biru
a mengatakan, meskipun begitu membutuhkan dorongan
hanya manusia biasa dari golongan kasta rendah. Dia bisa mengam
itu melepaskan tangannya dari dinding, memb
nguti barang-barang belanjaannya yang tercecer di lantai. Terburu-buru melak
meninggalkan area itu begitu pr
on
rsebut berubah pikiran dan akan menghabisinya karena melihat kekejaman yang dilakukan di depan matanya. Bagaimanapun S
epat di depan Salwa. Tangannya diraih oleh l
laki tersebut ternyata justr
ucapnya dengan meletakkan pem