Wanita Pilihan Mafia
gi Salwa. Perempuan itu kian beringsut melindungi di
Salwa terlihat ketakutan begitu Sean menutup
elaki itu lebih leluasa masuk ke dalam. Karena terlampau lelah, ia l
tor kelaparan yang hendak memangsa kelinci kecil tak berdaya. Perasaan Salwa semak
m selimut yang membalut tubuhnya, seolah selimut itu mampu
anya ke lantai, lantas mendekat ke arah Salwa
n apa yang mungkin membahayakan diri. Ini adalah negara bebas, seseorang bisa melakukan apa pun apalagi terkait hubungan badan. Namu
kan. Hanya harga diri dan kehormatan seorang wanita yang masih bisa di
k di sudut ruangan sebab posisi ranjangnya mengimpit ke dinding. Dengan
u. Tangan kekar berhasil mengarahkan jemarinya, mengapit di sela-sela jemar
pergerakan kakinya yang menendang, membuat kedua paha perempuan itu terbuka. Hal tersebut m
a berteriak sembari menangis, air matanya luruh membasahi pipi, mengharap bel
inkanku. Dan kau mendapatkan kesempatan itu sekarang." Sea
olakan Salwa membuatnya semakin tertantang. Di
ikan kepada suaminya, kepada laki-laki yang dicintainya kelak telah direnggut dengan paksa oleh pria biadap. Matanya te
gguh, perempuan berambut panjang itu merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Malam ini tak akan sekali pun ia lupakan dalam ingatanny
rkutik lagi. Dia tak sanggup melawan lelaki itu. Pikiran buruk terkait masa depa
at benci dengan l
n mengambil mahkota yang terjaga itu, Salwa menarik kaki
argg
yeri. Napas Salwa memburu dengan pakaian yang sudah koyak dan tidak terpas
kedua telapak tangan dengan menekuk kedua kakinya. Dia merasa kotor, terhina, dan dileceh
adap cukup membuktikan jika seorang Sean Arthur bukanlah laki-laki baik. Namun, tekad untuk mendapatkan uang demi menghidupi keluarganya yang tingga
*
la
an Alensky, seorang teman sekaligus dokter pribadi Sean Arthur. Mereka dekat sejak sekol
a membuatmu seperti ini." Dia kembali
au tertawa, ku
ra menghentikan tawanya, meski dalam hati lela
telah melihat kondisi milik Sean yang terkena tendang Salwa. Sepertinya tendangan itu cukup kera
terbaik. Kau tidak berguna menjadi seora
Alan sudah terbiasa dengan kalimat p
r sebulan. Ya, dia harus beristirahat lama
um. Alan selalu mengerjai Sean dengan teknis kedokteran yang t
mati suri, kau b
itu tergelak setelah membayangkan wajah Sean yang menahan has
u saja segera ditangkas oleh lelaki itu diiringi gelak
*
asihati, tetapi lelaki itu masih bisa berpikir jern
gan para klien dan bekerja di ruang ke
rintahkan untuk menghandle semua, karena un
kan di pintu mengalihkan perhatiannya. Dia sedikit berd
i perempuan itu karena
g rakyat biasa mendapat perhatian dari p
pada akhirnya mengizinkan per
as
Salwa yang masih mengenakan seragam kerja datang menunduk. Mata perempuan itu
kemarin. Ya, leher itu semalam terasa begitu memikat. Bau alami perempuan itu baga
." Salwa berkata dengan tenang, tet
oleh pembantunya sendiri. Perempuan itu berani sekali keluar dari pekerjaan
menatap Sean Arthur. Apa-apaan ini? Man
dah membaca isi kontrak dan tid
tap Salwa dengan tatapan merendahkan. "Itu adalah peratura
h tersebut. "Anda mengada-ngada, Tuan. Saya tidak mau
a terima semalam. Ia tidak yakin akan selamat untuk hari-hari berikutnya karena lelaki itu ternyata biadap. Namun, tep
gan email balasan dari saudaram
l
menela
kit a
menatap lelaki itu
alasan?" Salwa bert
masih sakit ia tinggal merantau membuatnya takut
ya menghadap Salwa, menunjuk dengan satu jari y
esannya. Sebuah pesan singkat berupa satu paragraf, t
ua ratus lima puluh juta rupiah untuk melakukan operasi pemasa
bas dari lelaki menjijikkan dan kejam seperti di depannya. Namun, di
at corak emas yang terasa dingin di kulit. Ia membenamkan wajah di
iman
harus i
ak itu? Apalagi ia sedang berniat segera
tangisnya, menambah rasa s
bisa mendapa
penonton dan menikmati betapa hinanya perempuan itu. Semalam dia menolaknya, tetapi s
mosi yang sempat tak terkendali, Salwa beranjak d
njam uang kepada Tuan unt
senyum merendahkan sekaligu
u cukup banyak, gajimu seumur hidup mungkin
mpu mengganti uang sebanyak itu, tetapi dia sangat membutuhkannya. Nyawa ayahny
bdi pada Tuan se
duknya, lantas melangkah dari balik meja kerja tersebut setelah mendengar perkataan Salwa, mematri
an mengulurkan tangan, mengangkat sedikit dagu Salwa agar menengada