Tiga Puluh Nasi Bungkus
ila?" tanya Mas Edi balik
lang dari sekolah melihat kamu m
r sajalah karena aku ini kan ojek. Ken
lah ojek, tetapi kenapa kayaknya Mbak Mila itu cari-cari kesempatan agar bisa pegang pinggan
lipun aku memboncengkan Mila hari ini.
ah pada Mas Edi. Di hatiku terus bersembunyi
girim surat itu adalah selingkuhanku, tidak mungkin aku membelikannya rumah. Pastinya aku lebih mengutamakan istri dan anak-anakku terlebih dulu baru aku memanjakan dia. J
ogis dari Mas Edi ataukah anak dari wanita itu bersama laki-laki
an dengan sengaja mengirim surat itu hanya untuk mengadu domba kita agar kita bertengkar. Hidup susah seperti ini saja ada yang iri. Apa lagi hidup kaya, malah banyak yang iri. Terkadang perasaan
, siapa orangnya yang telah berani mengirim surat ini dan dengan kata-kata
Mas Edi ataukah surat ini?
n kami mulai lancar. Ketika dulu roda perekonomian kami selalu surut , rasany
yang macam-macam terhadapku. Jangan mudah mempercayai perkataan orang lain. Apa lagi percaya kepada anak-an
tap sa
pikirkan ulang lagi untuk mengajak Mas Edi berpisah karena mengingat anak-
ang ke rumah orang tuaku lalu dengan tiba-tiba saja penglihatanku s
___
tanya Mas Edi di saat ba
ikit pusin
rutmu terisi. Aku tahu jika seharian penuh kamu terlalu lelah untuk m
rtengkar hebat dengan Mas Edi. Aku mencoba menghirup segelas teh hangat lalu mencicipi bubur ayam buatan dari M
di dalam perutku keluar. Termasu
as Edi yang semakin pa
s. Tak ada yang perlu d
disi kamu ini tidak stabil. K
ghirup teh hangat serta bubur ayam buatan Mas Edi untuk mengisi
uk menelepon seseorang. Sepertinya
lu Mas Edi mengangkat tubuhku untuk masuk ke dalam mobil itu. "Klinik terdeka
jawab s
___
ang membawa kursi roda dan aku segera dibawa oleh mereka ke dalam ruangan unit gawat dar
rlu dikhawatirkan,
tanya Mas Edi dengan men
tif hamil," ucap dokter sembari me
a Mas Edi dengan kerutan keni
Ibu Sari sudah berjalan
p Mas Edi sembari menyam
jika aku hamil lagi. "Akhirnya Delia dan Nurmi mempunyai Ad
s Edi. Aku hanya diam lalu mengal
bu dan kandungannya dengan baik agar Ibu dan bayi
a kasi
kepalanya, silakan beristi
k," jawa
____
ula kesehatanmu. Jangan berpikiran yang macam-macam," kata Mas E
dinding kamar. Rasanya aku muak melihat sikap Mas Edi ya
lah dan tugasmu sebagai istri beralih padaku. Aku yang akan mem
e arahnya dengan mengerutkan kening. "Anak-anak tidak usah di j
reka. Waktuku sudah lama tersita hanya untuk mengumpulkan rupiah de
rah Ma
ul di pikiranku. Langkahku pun sampai pada ruang tengah rumah, secara perlahan aku mengintip dari balik dinding yang membatasi antara dapur dan ruang tengah rumah kami. Aku lihat Mas Edi memasukkan tiga puluh n
akan memutar tubuhnya lalu berjalan akan menuju
arin baru saja bertemu," geram Mas Edi
amanya itu. Aku mendengarkan perlahan percakapan antara Mas Edi