Tiga Puluh Nasi Bungkus
amanya itu. Aku mendengarkan perlahan percakapan antara Mas Edi
ng penelepon itu. Sayangnya aku tidak bisa mendengar dengan jelas pembicaraan dari sang penelepon karena percakapan anta
an sebuah kata-kata yang diucapkan oleh Mas Edi kepada sang penelepon itu. "Tidak usah banyak alasan. Aku akan terus menyempatkan waktu untuk bertemu
ndang status sebagai seorang janda. Dari pada aku seperti ini. Namun, bagaimana dengan anak-anakku? Apa mereka juga siap untuk menerima kenyataan jika kedua orang tuanya tidak bisa satu atap lagi
setelah aku lahiran nanti. Selama sembilan bulan aku harus bisa tegar dalam menghadapi situasi i
ng penelepon itu. Kemudian sambungan telepon pun terputus. Kugeser sedikit dindi
apa yang Mas Edi lakukan tadi di dapur. Walaupun kepalaku masih terasa pusing dengan tubuh yang masih lemas, tetap saj
angka lima dengan wajah yang menghadap ke dinding kamar dan dengan tubuh yang membela
a tiga menit ke ubun-ubun di kepalaku. "Tidurlah dengan lelap, sayangku. Jaga kondisi tu
aya akan segera ke sana," jawab Mas Edi ketika mendapatkan panggilan telepon dari seseorang. Kemudian
an ketakutan dengan sendirinya. Apa maks
pusing. Kehamilan ketiga ini sungguh luar biasa. Tidak se
Mas Edi tidak pernah sekali pun bermain rahasia-rahasiaan seperti ini. Namun, ke
Nurmi lahir ke dunia ini, aku dan Mas Edi akhirnya mampu membeli sepeda motor baru dengan tunai. Ya, tentunya tidak kredit seperti tetangga yang di sebelah rumah orang tuaku yang di mana mereka mempunyai empat orang anak dan sudah pada remaja semua, ia membelikan keempat anaknya sepeda
h datang menyerbu kehidupanku. Belum selesai m
selku berdering. Bunyi ponselku itu menyadarkanku dari lamunan yang panjang. Aku segera merai
rnya. Hanya bertuliskan "Nomor Pribadi" berarti sang penelepon
ari telepon seluler. Ketika panggilan telepon itu masuk ke ponselku, perasaanku sudah tidak en
ersambung saat aku mau menyapa sang penelepon itu, ternyata malah sang penelepon itu ya
nampilan seperti itu demi kamu agar pandangan matamu selalu tertuju padaku karena aku tidak mau pandanganmu itu
sap d
rea yang sensitifku. Pada rambutku juga. Memang sih tubuhku tidak wangi karena ak
Saya istri Pak
kira ini nomor Mas Edi yang baru. Ponsel Mas Edi kan beberapa h
Hanya itu-itu saja nomornya. Apa kata-kata itu tadi hanya alasan wanita itu
segera aku klik tombol merah pada ponselku lalu panggilan telep
datang. Berarti anak-anak sengaja
Kemudian disusul oleh Mas Edi di bela
yang aku bawa,
ng yang berada di samping Mas Edi. Or