icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tiga Puluh Nasi Bungkus

Bab 2 Surat Tanpa Nama Pengirim

Jumlah Kata:1055    |    Dirilis Pada: 12/09/2023

h lihat. Namun, kini ucapan Bu Retno seolah telah meyakinkanku. Coba aku t

belanja sayur pada pedagang sayuran keliling yang biasa lewat di depan rumah. Mang Didin sudah s

uk di bangku sekolah dasar kelas empat, sedangkan si bungsu Nurmi duduk di bangku sekolah dasar kelas dua. Setiap pulang sekolah mereka selalu pulang bersama. Nurmi selalu menunggu Delia di sekolah karena

tu aku perkirakan cukup untuk makan siang dan makan malam. Jika siang, Mas Edi tidak makan di rumah. Palingan Mas Edi makan di warung. Bisa pula

makan buat besok. Aku memasak sayuran itu sebelum azan subuh da

Antara baju dan celana dalam aku pisahkan terlebih dulu. Aku rendam saja dulu pakaian kotor itu karena terbesit di pikiranku akan menyapu halaman belakang

sung masuk ke dalam rumah karena setiap harinya pintu utama tidak pernah kututup dengan rapat. Mereka sudah m

rumah. Semakin cepat langkahku, semakin

sebentar

pula ketukan

Namun, tidak sama sekali kulihat ada seseorang di depan pintu utama rumahku. Jalan

nah mengajakku untuk bercanda seperti ini. Lagi pula saat ini masih pagi. Tidak mungkin jika Delia dan Nurmi sudah pulang dari sekolah. M

arulah gang ini ramai karena anak-anak pada bermain, ibu-ibu pada keluar dari rumah ada yang menyapu halaman, ada yang mengajak anak-anak merek

il ini pun hanya bisa dihitung dengan jari. Semua pintu rumah pada di tutup. Para ibu-ibu ada yang berdagang di

an segera berjalan untuk menuju ke halaman rumahku. Namun, tak lama kemudian terdengar lagi bunyi ketukan

ngkahku semakin cepat mengarah ke pintu utama rumah. Dengan segera kubuka perlahan lagi pintu utama rumah yang memang tidak kututup dengan rapat. Lagi dan lagi tidak ada s

ku lalu kulihat pula tetanggaku yang di seberang rumahku membu

etuk pintu rumah, tetapi setelah kubuka pin

a salah dengar saja,"

mungki

i sekolah Taman Kanak-Kanak. Anak-anak yang masih duduk di Taman Kanak-Kanak itu pula

pamit teta

ya dengan ter

pot bungaku yang berada di samping rumah ada sebuah surat. Dengan gemetar aku me

lop ini. Pada sampul amplop itu tertulis nama suamiku "Untuk Mas Edi" hanya itu saja ya

hasia-rahasiaan dariku, begitu pula denganku juga akan bermain rahasia-rahasiaan dengannya. Jadi, mulai hari ini tidak ad

pulang dari sekolah lebih baik aku membaca isi surat itu. Niatku untuk menyapu halaman belakang

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka