Jadi Istri Duda
ah karena alasan apa, mereka seperti mendukung sekali kebahagiaan pasangan pengantin
. Dia berniat untuk menjemur handuknya. Matanya tidak sengaja melihat sang ayah sedang m
akan tidur di kamar hotel bintang lima, mengingat acara pernikahan kemarin di
ia rasakan selama hidupnya. Namun, kenapa tidak sekalian saja istirahat di sa
engantin baru selalu satu tempat setelah menikah
at pemuda lima belas tahun kita yang manis ini tersadar dari
ke mana sepagi ini?" tanya Jevano sopan
anaknya. Lalu, dia menunduk lagi untuk menyelesaikan peke
lum akan sesuatu. "Kenapa enggak dari kemarin saja kita
negakkan badan dan memandang anaknya lekat. "Ayah, kan, kemarin sudah bil
ang itu. Matanya pun melebar, begitu juga dengan mulutnya
t satu sudut bibirnya, menampakka
mak
Jamal mengeru
Ayah grogi." Jevano menjeda kata-katanya. Jamal yang disebut mulai menaruh tatapan curiga. "Eh,
van
n langsung berlari ke kamarnya, menyelamatkan diri sebelum diterkam o
esit itu. Dia menghela napas. Tidak terasa anaknya sudah sebesar itu. Ta
*
utama kelu
k-balik ke dari dapur ke meja makan. Berkali-kali asistennya itu menyuru
lima belas menit yang lalu menunggu kedatangan menantu dan cucu barunya. Awalnya, dia sudah siap akan duduk di ruang makan. Namun,
memusatkan perhatiannya kepada koran yang tadi diberikan oleh Pak Samin, sekuriti rumah, kepad
ihat anak perempuannya yang sedang sibuk menata hidangan di meja makan ikutan ters
iem doang, loh." Dia tertawa tanpa suara saat mamanya itu berbalik dan menghadap ke televisi. "Lagian yang m
oleh istrinya. Wanita itu semula bersandar di pundaknya. Namun la
u sama anakm
ari seperempat abad itu. "Sayangnya Abdillah, jangan marah. Kamu tenang, ya, Sayang. Aku enggak bakalan mel
h mau Juwita nikah sama orang yang enggak jelas as
enggak inget apa yang dulu berani ngelaporin perampokan di rumah ke kantor polisi itu siapa?" Tuan Anggari masih terus
ta juga enggak pernah ngerasain yang
nya kamu malah enggak menghargai pilihan anak kamu. Kamu tahu sendiri Juwita anaknya
sih, yang tidak galau akan masa depan anaknya? Apal
" Dia sangat riang. Dengan segera, dia berpamit kepada kedua asistennya dan segera menuju pintu utam
gitu. Apalagi istrinya malah melotot dan memberikan tat
a membuka pintu utama dan menyambut suami serta anaknya.
a lesung pipi tampannya. Sedangkan Jevano, dia hanya diam
pria itu sudah ada di depannya. Bergantian Jevano
meng
ano?" Dia mencoba mengambil atensi anak tirinya
melirik sebentar, masi
yenyak?" tany
an anggukan kecil dari
merasa tidak dianggap. Dia pun menoleh dan langsung men
Mama?" ta
ah siapin makanan buat kita
memasuk
rjalan di sebelah Juwita. J
kit doang, sih. Bibi yang masak." Ju
iapin," gerutu Jev
a Juwita yang mendengar anaknya
ggak ngomong apa-apa
a. Namun, dia tidak ambil pusing dan terus membawa suami
Nyonya Anggari. Mereka berdua dipeluk erat d
ti," bisik Tuan Anggari kepada
gangguk.
ap sang kakek. "Kakek udah enggak sab
ir dan matanya. Bahkan Nyonya Anggari yang sedari tadi ma
Nyonya Anggari meraih Jevano dan meme
senyuman Jevano me
an Anggari membentangkan ta
uwita terharu bisa merasakan momen seperti ini dengan keluarganya. Bukan hanya untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, senyuman dan antusias
diam, Jamal menggenggam tangannya di bawah meja. "Terima kasih
gat kepada sang istri. Lesung pipin
n Jamal yang tahu. Ya, karena sejatinya, hanya mereka juga
ang ekstrim seperti yang disajikan di film, sinetron, atau drama. Mereka juga tidak menjalani 'nikah ko
Juwita juga menyampaikan dengan sangat lugas keinginannya untuk menikah dengan Jamal saat itu. Ya, saat itu. Saa
*
dak mempunyai pilihan lain. Saya rasa Anda adalah pria yang pas
membuat benteng ego karena perkataan Juw
n terdengar egois. Namun, saya pikir, kita bisa saling memberikan keuntungan satu sama lain. Saya menika
ang diungkit. Memang kenapa dengan masa depan Jevano?
sombong, cuk
aya bukan hanya serta merta ingin memberikan bantuan kepada Anda. Akan tetapi, juga masih untuk rasa terima ka
it bibir bawahnya dan menautkan antara jemari
. Orang seperti itulah yang saya butuhkan untuk menjadi pendamping saya. Karena, perusaha
ada tetesan air mata yang baru s
kehilangan Papa. Itu karena ada orang yang culas dan tak bisa dipercaya. Namun, Anda, saya yakin Anda bukanlah orang yang sepert
juga tidak mempunyai rasa satu sama lain." Jamal perlu meyakinkan wanita di depannya. Terkadang wanita ya
semua ini tanpa perasaan, Pak Jam
vano? Saya tidak bisa memberikan
ngapa saya merasa sayang dengan dia. Maaf, jika ini terdengar aneh. Tapi, saya ben
apa dengan stat
kan memberikan kebahagiaan untuk
no selalu dibawakan berbagai oleh-oleh saat Juwita berkunjung. Cara wanita itu mengajak bicara anaknya, menat
yang telah memberikan segala fasilitas dan pengobatan yang saya butuhkan. Saya berjanji
a dengan apa yang barusan dia dengar. "Baiklah." Di
ita dan menjabatnya. "Saya
Pernikahan kita tanpa per
k Jev
ukannya dengan baik
cap dengan mulus dan tuntas. A