icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jadi Istri Duda

Bab 3 BUKA MATA BUKA HATI

Jumlah Kata:2162    |    Dirilis Pada: 05/07/2023

membuatnya menyerah? "Akh, kenapa harus nikah, sih?!" gerutunya dalam sepi. Dia pun meninggalkan sofa dan meja pelengkap itu untuk menuju temp

ipih tersebut. Nama yang tertera di layar membuatnya mendeng

orrect me if I'm wrong." Suara itu membuat Juwita mendecak dan memutar bola mata. "Kan, gue bener. Hahaha. Mekanya, Kak. Cepet

Hellen. Gue engg

i orang." Nada riang gadis itu memenuhi telinga Juwita

a Mama bawa-bawa umur Papa lagi." Dia mengh

agaimana. Ya emang Kakak harus n

h ke

terus-terusan gitu?" Dia menggosok telapak tangannya di atas paha. Khaw

gimana gitu, loh. Secara, gue enggak punya kenalan dan gue u

rtinya Kakak masih terjaga." Hellen

gi yang diinginkan Mama itu bukan sekedar pernikahan g

banyak yang udah kepingin deketi Kakak tapi Kaka

an seniornya di bangku SMA yang sangat keren itu. Lalu, dia juga harus merasakan patah hati karena seniornya sudah memiliki kekasih. Itu cinta dan patah hati pertama y

rnah menyatakan cinta kepada Juwita. Salah seorang pebisnis yang cukup

tri pak tua kayak gitu? Ih, jangan, Kak. Dari lagatnya aja udah kel

kali." Dia merebahkan dirinya di kasur lagi. "Lo tah

Jatuh cinta benera

. Terus gue enggak bisa m

k. Kakak juga cantik, kaya,

-langit dengan tatapan k

t hatinya sakit. Sebab, hal utama yang membuatnya men

al udah siuman. Anaknya juga langsung ke sini habis

gitu, ya, buat lo sama anaknya Pak Jamal. Pasti dia juga belum makan." Juwita menepuk pipinya sendiri. Tel

a habis kayal-kayal tadi. Dia pun segera mengambil kunci mob

*

tuk keluar. Rasa capek yang ada di pikiran dan badan yang dia rasakan seharian seperti langsung hilang ketika Hellen mengabarinya tentang keadaan pria yang men

iri di depan ruang rawat pria itu. Dia menyerahkan tas kertas yan

nya beneran butuh tindak lanjut, deh." Lal

dengan wajah yang tampak sangat khawatir, anak Pak Jamal. Dia pun mengangguk paham ke Hellen dan mengam

uk di sebelah pemuda itu. Tidak lupa, dia m

tar. Kedua alisnya terangkat, memper

ngulurkan tangan kepada pemuda itu. "Ta

anita di hadapannya dengan tatapan penuh selidik dari ujung kepa

tar. Tante ini kemarin keburu pulang, ada yang cari soalnya." Hellen yang

Juwita. Masih dengan muka datar, tanpa ekspresi

n Jevano dan menyerahkan kotak makan malam di tangan anak

te? Udah m

dapannya masih bertanya tentang keadaan orang lain. Akhirnya dia mengulaskan sebuah senyuman hangat dan mengangguk. "Belum.

enyum ramah dari wanita tersebut. Namun, dia tidak membalas

tu Tante yang traktir. Tenan

uat bayar dengan

m. Mereka saling tatap untuk mendapatkan, setidaknya, jawab

anya Juwita in

Jevano sangat te

nghadapi pertanyaan dari anak remaja. Dia pun segera menghentikan tawa yan

gung jawab Tante aja ke kamu." Juwita

asa bertanggung j

ekarang, kan, ayah kamu sedang dirawat. Jadi, sudah selayaknya kalau Tante, s

ih dengan deheman dan anggukan ding

ar, dia mengamati setiap pergerakan pemuda itu. Dia bisa menyimpulkan bahwa Jevano adalah tipe anak yang p

i enggak bisa makan." Ucapan Jevano menyadarka

mana saja asalkan tidak ke Jevano lagi. Dia segan

as kertas yang ada di tangannya. Senyumann

t tawaran Hellen. Ya, dia perlu menyelamatkan di

tnya itu. "Lo utang budi ke gue, Kak," bisiknya yang

*

beberapa saat. Dari baliknya, Ari kelu

laki itu. Disusul oleh Jevano dan Hellen s

a penuh dengan nada kekhawatiran. Bahkan Jevano

kir sejenak sebelum mengatakan diagnosisnya. "Sepertinya Pak Jamal harus mendapatkan perawatan lebih

nya tetap datar seperti tadi. Dia tidak mengatakan apa-apa. Mungkin sedan

dak lebih lanjut, boleh?" Juwita bertanya dengan sangat ramah da

pi, nanti biayanya?" Tatapannya terlihat ragu. Binarn

erima kasih Tante kepada ayah kamu. Jadi, Tante tanya sekali lagi, boleh, ya, ayah kamu dit

menga

enuh keyakinan. Dia mengangguk sebagai isyara

t karena ini sudah larut. Mungkin besok Pak Jamal bisa mulai diper

menangani Jamal orang yang dia kenal. J

dikit menundukkan kepalanya, l

mu suka olah raga, ya. Pundak kamu enggak main-main, loh, ini." Dia

m segan. Dia tidak membala

ini Jevano terlihat lebih tampan. Matanya hilang dan membentuk lengkungan, seakan juga ikut tersenyum. Ah, apakah ini ya

dekat ke ayahnya dengan langkah

asih pucat dan badannya masih lemas. Dia m

, Ayah. Tante ini yang be

rus anak saya. Terima kasih juga karena sudah membawa saya ke rumah sak

ah ungkapan terima kasih saya. Bahkan, semua ini pun menurut saya belum

n karena dia ingin memanfaatkan fasilitas mewah rumah sakit saat keadaannya seperti ini, namun tidak enak jika harus menolak

h ditindak atau enggak. Tante ini nawarin mau bantu, jadi maafin Jevano karena bilang iya.

hnya itu. Dia berharap Jamal tidak menentang keputusan yang telah

Dia pun mendapat anggukan dari wanita tersebut. Lantas, dia pun tersenyum d

t lega seka

degan hangat antara anggota keluarga sungguhan. Tatapannya tidak lepas dari Jevano, anak itu ternyata juga memperhat

maju, mendekati Juwita setelah memberikan isyarat salam kepada Jamal. Dia menyengg

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka