Jadi Istri Duda
klien itu. Dia melayani bersama beberapa pekerjanya dengan cekatan dari memilih bahan di gudang kain yang dia miliki hingga me
beberapa pekerjanya yang membantu dirinya untuk melayani klien tadi. Belum lagi dia juga harus memantau perkembangan
Erika. Tentu saja untuk mengapresiasi kerja sama yang baik antar pekerjanya tadi. Itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan Juwita sa
m makan dari tadi,"
nyimpen baju klien yang biru payet itu, loh. Terus nanti jam tujuh malam kayaknya bakalan ada yang fitting baju kondangan warna maroon yang kemarin Sabtu. So, m
adalah salah satu pekerja yang paling la
sepuluh malam udah tutup. Kalau ada rombakan atau permintaan perubahan dikit dari klien, nanti kamu yang tangani, ya, Er. Kamu ta
asih banyak, ya." Dia melambaikan beberapa lemb
menyeringai, menggoda. "Hmmm, tadi bilang apa, cayang
cih,
lera humor mereka hampir sama. Juwita pun beranjak dari dudukn
ya sekarang adalah ke rumah sakit. Meskipun sangat disibukkan dengan pekerjaann
sana untuk menjaga sang ayah. Melihat pemuda itu sangat sayang dan mau menghabiskan waktu untuk merawat orang tuanya, membuat di
juga benar. Jamal terkena radang usus buntu. Dengan persetujuan yang telah disepakati oleh mereka tempo lalu, Jama
entang keadaan Jamal. "Pak Jamal ini juga gizinya buruk, Kak.
kembali sehat wal afiyat. Utang budiku besar, Ri. Bayangin aja Mama Papaku kayak gimana kalau aku enggak ditolong sa
tertawa, teringat dia berdebat dengan Hellen tentang menguras isi dompet Juwita. Dia tidak setega itu juga kali. Apalagi saat melihat betapa baiknya Juwita memberikan har
annya selesai, dia segera menuju rumah sakit. Tidak lupa dia sela
. Dia sudah hafal kamar yang biasa digunakan oleh sahabatnya itu. Pun para dokter yang lain juga kenal baik dengan Ju
ada di kamar VIP biasanya." Juwita memberikan bungkusan
mencapai lantai empat. Langkahnya mantap di atas sepatu hak tingginya. Senyumannya juga terpatri di wajahnya.
mengajak bicara Jevano si pendiam itu. Pun dia juga sudah merangkai kalimat untuk membujuk Jamal agar dia masih diperbolehkan
a. Baru saja pintu geser itu sedikit terbuka, dia bisa mendengarkan percakapan antara dua orang yang ada di sana. Dia yak
sih tidak boleh banyak bergerak pasca operasi. Lukan
Sudah daftar di sekolah yang Ayah kasih
ggeleng. "
it itu. Banyak yang bisa kamu raih di sana, nak. Fasilitas untuk menge
udah enggak kerja berapa hari? Kalau aku masuk ke sana, Yah, bisa-bisa kita enggak punya apa-apa lagi buat hidup."
bisa masuk ke sekolah yang kamu inginkan. Sekarang, Ayah sudah menyiapkan uang dan tabungan untuk sekolah kamu, Jevano.
. Dulu aku enggak mikir keadaan Ayah, keadaan kita. Sekarang aku bisa, kok, ngembang
enahan amarah. "Kalau begitu, kamu bakalan butuh biaya tambahan, Je
hwa dia bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri pun pasti
kamu butuhkan. Biarkan Ayah menebus yang dulu itu. Ayah juga ingin melihat kamu lebih berkembang lagi." Jamal memegang d
mau membanggakan diri di depan Ayah. Tapi, kamu juga enggak tega sama keadaan Ayah sekarang. Ayah paham. Cuma, tolong bantu Ayah biar e
a Jevano menetes. "
kehangatan bagi pemuda itu. "Lihat kamu sekarang jaga Ayah di sini juga bikin Ayah sedih. Seha
di tempatnya. Kepalanya kembali dibelai oleh san
besar. Hampir enam belas tahun. Dan selama lima belas tahun hidupnya bersama Jevano, dia merasa b
buka. Hal itu membuat Jamal semakin bertekad untuk cepat sembuh dan
or. Setelah Ayah sembuh, Ayah akan bekerja keras untuk mendapatkan uang lebih bia
ipun dia juga sedang merasakan sakit di dadanya. Tidak, dia tidak mempunyai
Ayah harus berbohong." S
erkali-kali. Dia tidak jadi masuk dan malah mendengarkan percakapan antara ayah dan anaknya it
anggu. Dia masih mempunyai adab untuk tidak merusak suasana di dalam ruangan itu. Dia mem
semakin kepikiran tentang kehidupan keluarga kecil itu. Malang sekali nasib mereka. Satu hal yang membuatnya terbebani; karenanya, Jamal
gaimanapun secara tidak langsung, dia juga menjadi alasan atas nasib keluarga ya
terbaik untuk membantu den