icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Jadi Istri Duda

Bab 9 BERSAMA KELUARGA KECIL

Jumlah Kata:2109    |    Dirilis Pada: 05/07/2023

ereka, Jamal. Berbuat bijaklah dan jangan sampai membuat salah satu dari mereka merasa terabaikan atau tersisihkan. Seju

kerjanya dan menuju kamar. Dia teringat bahwa istrinya akan pergi karena ada telepon dari seorang klien tadi dan sekarang sedang bersiap di kamar. Dia akan ikut pergi

lam r

a bisa kamu membiarkan Bunda kecebur kolam kayak gitu, Jevano?" Pria itu berkata tegas. Di

a untuk hal ini. Semuanya juga, kamu harus tanggap. Bahkan kalau bisa, kamu malah tidak boleh membiarkan sesuatu buruk terjadi." Jamal mengusap wajahnya ya

o juga yang nolongin aku. Dia sampai basah kuyup." Ju

engan handuk untuk membantu

menepuk tempat duduk kosong di sebelahnya, di pinggir kolam. Ada beberapa kursi

duduk di sebelah sang bunda. "Maaf," bisiknya saat tangan

h leluasa untuk mengeringkan rambut anaknya. Namun, kakin

rinya. Ada luka di bagian pergelangan kaki. Dia berjongkok di dep

ak baik-baik saja. Dia tetap diam d

ak bisa jaga keseimbangan. Makasih, ya, udah nolongin Bunda." Dia meneruskan untuk mengeringkan ram

war Jamal sambil mendong

cepet sembuh soalnya dalam waktu dekat

siap-siap, ya.

aja sakit, apalagi kalau dipakai untuk berjalan.

istrinya. Tangan Juwita menahan bahu Jamal sejenak untuk menghe

ur emosinya. "Kamu mau ikut, Jev? Ganti baju dulu. Ayah akan meminta tolong ke salah

Kepalanya dielus lembut oleh J

Maka dari itu kita perlu antisipasi dan mengasah insting. Paham, Nak?" Suara Jamal terdengar

ah. Teri

kamar. Kamu bisa sendiri

menga

ndongan. Mereka memasuki rumah besa

ntulan indah nan cerah berkilauan. Seharusnya pemandangan seperti ini tidak boleh disia-siakan. Apalagi tanah lapang hijau dan pepohon

snya." Bi Tika datang den

ngambil tasnya dari tangan B

udah kerja di sini sejak bundanya Den Bagus

ham. "Panggil saya J

Jevano ini anaknya Nona Juwita, k

yang ramah. Dia suka. Sama seperti bundanya. Mun

ya, Bi. Mau ikut menganta

Bagus. Dia enggak akan benci Den Bagus cuma masalah gi

genal untuk pertama kali, dia bisa tahu kalau bundanya adalah orang yang san

. Akan tetapi, baru beberapa hitungan dia berhenti. Dia berbalik

rah kamar mandi yang biasa digunakan

um, menghilangkan matanya untuk ik

dak meleyot, apalagi menguap. Senyuman pemuda bernama Jevano yang jadi tuan muda barunya itu tidak main-main. Bisa-bis

*

ir biasa dan pasti akan sembuh dalam waktu dekat. Hal itu membuatnya lega. Setidaknya dia tidak perlu rep

a jalan. Dibawa ke rumah sakit loh sampaian." Suara ja

muda darinya yang mengenakan seragam dokternya sedang berdiri di s

Akan sangat memalukan jika ada yang mendengarkan selain mereka. Untungnya tidak ada yang peduli, semua orang s

Akan tetapi tak halang juga dia menepuk tempat duduk di sebelahnya agar ditempat

en ini mulutnya harus dikucir. Kalau ngomong tidak di

sih? Gue te

apa yang dikatakan Juwita. "Enggak usah malu gitu, K

r cantik itu meringis. "Gue enggak bohong, anjir. Gue habis

cubitan Juwita. "Tapi, hahaha. Lo ben

mutar bol

ceritany

dengan Jevano tadi. Hellen malah tertawa terbahak. Ada-ada

.. Lo, sih, jug

ke dia. Ngajak dia bicara, ngenalin dia sama kehidupan gue selama ini. Gue enggak mau dia terus

anya saat Juwita mulai bercerita

anggil gue Bunda, deh. Pasti sulit, kan, ya, buat anak muda kayak dia untu

asalah waktu doang. Coba deketi dia terus aja. Siapa tahu la

juga." Dia pun mengangguk dengan penuh tekad. "Gue

Hellen mengedipka

punya anak kayak Jevano. Dia kay

mm

gur Jevano karena kejadian ini, dia enggak langsung menghakimi. Kayak ... apa, ya, Len? Yang dikritik sama Mas Jamal tuh bukan cuma kesalahan Jevano

cara dia didik Jevano? Hmm, oke, sih. Kurang lebih d

da satu kata yang membuatnya tertegun.

an dua tangan. "Yang nikah lo tapi kenapa gue yang udah mikir jauh ke depan, Ya Tuhan." Dia sendiri juga tidak tahu kenapa

. Jangan terlalu dipikirin kalau belum s

a bisa ters

bisa nyaman?" Hellen langsung sedikit meninggikan nada sua

a mengedikkan kedua bahunya. "Entahlah, yang penting gue harus sembuhin dulu, nih, kaki biar bisa ajak dia jalan-jal

ernikahan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing, akan tetapi yang dia lihat malah ketulusan wanita itu, bukan hanya profesionalitas belaka. Hati Ju

lo, Kak. Apa pun yang bakalan terjadi ke lo," bis

amun, tak urung juga dia memeluk Hellen balik. "Lo kenapa, dah? Ja

Hati Juwit

lo nanti bisa aja ditolak sama Jevano, tapi paling enggak lo udah

len namun wanita itu menghindar dengan sangat gesit. Juwita dengan keadaan kakiny

ggak lo?!" Kesal

kang punggung Juwita. Dia tidak sedang berbohong. Memang

mal memulai percakapan, meny

awangnya Kak Ju udah datang, jadi aku

il itu dengan tajam. "

Kakak s

ma, Hellen sudah berlalu dari mereka. Jamal pun mengajak keluarganya

ner bahagia, Kak, dengan keluarga kecil lo. Semoga lo engga

g tahu tentang

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka