Jadi Istri Duda
para karyawan di butiknya. Juga, yang perlu dicatat ini adalah proyek dadakan yang tidak sengaja disetujui oleh salah satu asistennya dalam rangk
li ini adalah kalangan tengah. Kalangan tengah biasanya lebih selektif dan juga mempertimbangkan antara kualitas dan harga yang pantas dengan isi dompet. Syukur kalau bisa dijangkau oleh yang agak di bawah. Ide rancangan gaun yang dirumu
doarjo. Salah satu temannya pernah mengabarkan bahwa bahan kain di sana banyak yang berkualitas dan dijual dengan harga di bawah pemasar semestinya. Sedangkan asistennya dan satu karyawan menuju ke pusat kain yang ada di Surabaya. Sebenarnya tadi ada salah satu karyawannya ya
saja hari ini managernya sedang berlibur dengan keluarganya, anaknya
o ke toko yang lain. Untung dia memakai sepatu biasa, bukan yang berhak tinggi. Tumitnya terselamatkan. Hingga tiba di toko terakhir, dia meminta izin terlebih dahulu
ang membawa muatan di seberang jalan. Para pekerja angkut menurunkan muatannya. Dia berpikir sejenak tentang bagaimana lelahnya menjadi tukang angkut. Dia yang berjalan ke s
mampir ke restoran yang pernah dia kunjungi bersama asistennya. Tak jauh, hanya butuh jalan kaki sekitar dua ratus meter dia sudah bisa sampai ke sana. Sudah tidak ada beca
urus di tengah pusat pertokoan itu. Langit sudah mulai menggelap. Keadaan sekitar juga mulai sunyi. Jalan yang dia lewa
ndaraan bermotor, lebih padat dari jalan di ujung satunya. Dengan sisa kekuatan yang dia miliki, dia mempercepat langkah untuk segera mencapai ujung jalan. Perutnya perlu segera diisi. Dia
mbuat Juwita melirik sejenak dan segera mempercepat langkahnya. Sial. Tidak hanya ada s
itu hanya ada dirinya seorang. Dalam hati, Juwita merapal berbagai doa agar tetap dijaga ole
Ada tiga lelaki di sekelilingnya. Tampak sekali dari
Kalau bukan tasnya yang diinginkan oleh para lelaki ini pasti, ya, dirinya. Pikirannya sangat buruk. Bahkan dia rela kalau harus memberikan s
Mereka memang belum menyentuhnya, tapi dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika dia tidak seg
ya itu harus terjatuh ke aspal. Sakit sekali rasanya.
dah berkali-kali mengeraskan suaranya namun tidak
utus asa. Suaranya terdengar sangat pilu tanpa ada tenaga yang cukup untuk melawan, untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tubuhnya sudah diseret ke trotoar. Kaki mulus terawatnya b
akin erat memeganginya dan semakin kuat menariknya. Namun sede
udian membantu Juwita bangkit, sebisa mungkin menjauh dari sana
menjawab. Dia ha
. Dia memapah Juwita berjalan menjauh dari tiga p
perkelahian tiga banding satu itu. Terlihat pria penyelamat itu bisa mengimbangi perkelahian tersebut. Hingga s
kati Juwita. Wajahnya sudah penuh dengan lebam dan set
mengintip dari balik tangannya yang terlipat dan menatap tangan yang terulur kepadanya. Dia menyambut tangan tersebut setelah menenangkan di
tangisannya. Juwita berusaha menghentikan tangisannya namun dia masih terla
kasih,"
bih dahulu. Saya akan menjaga Anda,"
"Anda berdua bisa ikut kami ke kanto
an tegas. Kemudian dia berjalan di
yang bertugas, Juwita dan lelaki yang menolongnya tadi keluar secara bersamaan. J
gi dengan tatapan yang masih setengah kosong itu. Denga
ta di depannya yang masih labil, dia pun berinisiatif untuk menawarkan b
lagi wajah lelaki itu terlihat semakin pucat meskipun masih memasang senyuman yang memperlihatkan dua lesung pipinya. Sedetik kemudian, dia langsung sadar.
eorang dari tempat parkir.
ntuk segera bisa memeluk gadis itu. Dia sudah
napa bisa jadi kayak gini? Ya ampun kakakku sayang. Mana pucet banget lagi." Hellen memel
ahan diri untuk berpamitan hingga kedua wanita tersebut selesai dengan kehebohan pilu yang mer
Pria itu. "Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak su
an apa-apa." Dia berucap tulus dan sopan dengan suara beratnya. "Kalau begitu, saya pamit pulang dulu. Anak saya
ng dia kenal itu jika berterima kasih selalu menampakkan wajah segan dan bersyukurnya dengan sangat ekspresif. Akan tetapi, saat ini yang dia lihat adal
Juwita mengentak-entak kecil. Tangannya secara random
langkah lelaki tadi. Namun, baru saja dia akan berb
KK!!! TOL