Jadi Istri Duda
ewah. Meja-meja panjang penuh dengan hidangan dengan tatanan boga yang menyegarkan mata. Makanan dan minumannya pun tidak bisa dibil
tangannya kepada pemuda lima belas tahun yang sedang be
gai ibu sambungnya, sambil menampakkan senyum tipis. Sungguh dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam acara besar dan forma
g tamu wanita sambil mengelus lembut pu
saja sangat datar, seperti biasanya. Jengah juga mendapatkan pujian itu b
hnya," komentar
a melingkarkan tangannya di pundak Jevano. Untungnya, pemuda
a dan sekarang sedang berada di pelaminan dengan gaun mewah dan dekorasi panggung yang 'wah' bersama dengan duda umu
meringankan dadanya yang terasa sesak setiap melihat anaknya yang berfoto dengan para tamu. Juwita memang terlihat sangat bahagia dengan senyuman yang terus mengembang indah di waja
a sama dia apa enggak," celetuk Nyonya
. Dia mengulurkan tangan untuk memijit pundak istrinya. "Yang
e lagi." Nyonya Anggari menoleh ke suaminya. Alisnya men
askan pijatannya. Dia memasang wajah cerah menyambut sang cucu. "Sini, Jevano. Duduk
kahkan kaki untuk duduk di sebelah sang kakek. Dia memberikan senyuman lebar nan manis u
a gagah banget. Kamu suka olah raga, Nak?" Tuan Anggari memecah keheningan sesaat yang m
ipun rasanya sangat asing dan canggung. Dia hanyalah anak remaja yang memasuki masa pubertas.
i sukanya basket kalau enggak, ya, sepak bola?" Tuan Anggari san
o lebih suka lari sama naik sepeda, Kek. Kadang main
Nenek kamu suka sepedaan dan jogging. Kapan
ilakukan seorang remaja tanggung saat menghadapi pria berumur li
ereka. Kalau cucunya memiliki senyuman mata yang manis, menantunya mempunyai lesung pipi yang menambah ketampanan mereka. Setidaknya, itu masih bagus. Mereka mas
ial mereka. Kemauan Juwita yang tiba-tiba dan persetujuan suaminya yang gampang begitu saja, membuat penasarannya terhadap anggota keluarga barunya itu ter
sindiran dari beberapa kenalan bisnis keluarganya. Ditambah lagi dari p
"Kamu kalau sepedaan sama Nenek jangan ngebut." Dia berusaha untu
a,
ano ini bukan anak yang neko-neko meskipun mereka baru bertemu tiga kali ini. Hal itu yang membuat dirinya
iri dan melebarkan kedua tangannya untuk menyambut
panya dan menerima pelukan itu. Dia melambai ke mama dan anak
nya mau nikah,"
memukul pelan pundak pap
meluk dan menepuk punggung menantunya dengan bangga. "Jaga anak saya
Aku udah tepati janji aku
setuju anak gadisnya menikah dengan seorang duda. Tapi, bagaimana lagi. Anaknya yang memilih sendiri untuk menikah dengan pria tersebut dan menepati janji
ta khusus yang diucapkan. Dia hanya menepuk-nepuk bahu Jamal dan mengucapkan kata selamat. Dia masih tidak percaya, masa iya anaknya mau menikah dengan duda hanya karena tampilan
kata, "Selamat, Tante," menjadi salah satu yang menusuk hatinya malam ini. "Makasih, ya, Sayang."
lukan hangat ayah anak itu. "Selamat, ya, Ayah. Ayah enggak bakalan kesepian lagi." Jamal h
k kapan anak Ay
t. Ya, meskipun dia tidak mendapatkan perlakuan yang sama dari anakn
dengan beberapa persembahan lagu dari para tamu undangan. Namun, Tuan Anggari dan Nyonya Anggari harus merelakan waktu mereka duduk bersama keluarga
kang heboh yang berani mendekat ke keluarga Anggari
. "Astaga, gue kira lo enggak dateng." Dia langsung bangki
khusus buat lo." Hellen menguyel-uyel seniornya itu. "Kak.
an pelukannya pada Hellen. "
But, btw ini baju yang Kakak rancang sendiri itu?" He
m. "Baju Mama, Papa, Mas Jamal sa
"Apa yang enggak gue ban
ke sini sama siapa
mang siapa lagi ya
wita menggoda. A
aneh, ya, Kak. Ini m
aksud tersebut. Mungkin lain kali kita akan membahas 'maksud' Juwita itu. "Gih
un tertawa. Menertawai dirinya sendiri yang tak
uwita masih memaku pandangannya kepada Hellen yang sudah berjalan anggun ke meja hidangan. Senyuman
h menjadi istrinya dengan pandangan teduh. Mungkin jarak umur mereka y
ah anggep dia kayak adik aku sendiri." Dia melihat bagaimana Hellen
t jenguk Ayah, 'kan, Tante?" Jevano bertanya untuk m
u, dia hanya bisa mendengar anak ini berbicara sangat
, seringan anggukannya
ata seperti itu membua
idak biasanya dia ceplas-ceplos di tempat y
lus lengan bawah suaminya. Menatap lelaki
*
syukur di hati Juwita tidak habis sedari tadi. Kini dia menatap dirinya di
baru saja menyelesaikan resepsi pernikahannya. Ini terasa seperti mimpi di siang bolong. Na
mu pertama kalinya. Sejak saat itu pula dia terus merasa bersyukur. Mungkin ini memang jawaban
" tanya Jamal saat memas
ia mengangguk seraya tersenyum indah. Jamal
ih, ya
ereka saling menatap lewat cermin. Terlihat sangat m