Jadi Istri Duda
luka operasinya sudah pulih. Pun dia juga sudah merasakan badannya telah kembali sehat seperti semula. Bahkan lebih sehat dari pada
pahlawan dan membantu wanita tersebut dari para lelaki jalanan. Padahal dia sendiri juga tahu kondisinya saat itu sedang tidak terlalu sehat dan dalam keadaan kecapekan habis pulang kerja. Dia mal
Juwita kepadanya. Akan tetapi, ini semua berlebihan. Bahkan, dia saja hanya melawan para lelaki nakal itu dan menelepon polisi. Kehendak hatinya mengatakan bahwa dia harus membalas atau mengembalikan apa yang
mit sekali
r sedemikian rumit. Dia jadi teringat bahwa dia masih mempunyai tanggung jawab untuk membiayai Jevan
tentang dirinya yang dipromosikan dan akan pindah di kantor yang lebih besar hanyalah akal-akalanya saja.
wa barang-barang pribadinya dari kantor ke kontrakan. Dia kaget saat m
tanya Jevano. "Kenapa
lesung pipinya. "Ayah harus beresin
o melebar.
k di sebelah anaknya yang sedang membaca buku. "Ayah di
engiyakan saja apa y
udah pulang?" Dia me
an, habis ini aku mau ada
upa. Pantas saja anakn
ata Bu Intan kurang aku doang yang belum bayar
sakunya dan memberikannya kepada Jevano. "Bayar pak
u menahu bahwasanya itu adalah pesangon terakhir yang didapatk
t kebohongan dari jaman dahulu, satu keboh
tiap pagi. Berlagak bahwa dia akan pergi ke kantor untuk menutupi kebohongan
selalu nihil. Dia tentu saja kalah saing dengan para pemuda yang mempunyai energi yang
nnya yang dia siapkan untuk membiayai Jevano masuk SMA favoritnya berkurang. Dia pun mulai menghemat pengeluarannya sec
adanya. Namun, sepertinya Jamal memang mahir dalam menutupi fakta. Dia hanya men
enar-benar berbohong. Dia hanya menguc
ng di sebuah pergudangan. Tentu saja dia membawa pakaian ganti untuk kerja serabutannya. Pun saat itu badannya seda
asa sakit karena lapar. Namun, entah dia dapat kekuatan dari mana. Dia langsung saa menolong wanita yang sedang digoda oleh para le
berakhir. Helaan napas
ya menoleh. Terlihat Juwita sedang memasuki ruangan dengan m
ngat sopan. Dia tidak melangkah lebih masuk sebelum menda
mempersilakan duduk di sofa yang tersedia. Baru saja dia mengingat tentang wanita
fa. "Jevano mana? Dari kemarin saya tidak l
masuk SMA. Jadi, dia menyuruhnya untuk di rumah
itu men
ijaga. Pelayanan tim medis di sini juga sangat bagus. Terima kasih untuk
l. "Ah, tidak. Saya harap Anda jangan sungkan. Ini sudah sepantasnya. Saya tidak
i segan untuk mengatakan apa-apa. Bahkan terima kasih saja tidak c
ita memainkan jemarinya, r
mengatakan sesuatu kepada saya. Apaka
ini Juwita tidak penasaran tentang dirinya. Apalagi mereka jarang sekali bertemu hanya berdua seperti ini. Biasanya, Juwita akan datang sebentar bersama teman dokternya dan mengurus hal-hal ringan
kah benar jika Jevano akan masuk
mana Juwita tahu? Perasaan di
, saya tidak sengaja menguping percakapan Anda dengan Jevano. Apakah
asa sedang disentil. Ini sudah seperti
lain mencampuri urusan sekolah anak saya. Lagi pula, apakah
Dia memang tidak dibentak. Tapi,
bersalah atas semua kejadian yang menimpa Anda setel
al lurus ke arah Juwita. Tatapan seo
enggeleng. "Buk
yang Anda maksudkan d
dan mengeluarkannya pelan-pelan. Dia mencoba menenangkan
tentang hal yang lain. Bolehk
gangguk.
saya. Selama di sini, saya tidak pernah sekali p
i Jevano yang datang kemari." Jamal menjawabnya d
di depannya ini tidak gengsi seperti tadi. "Ka
alisnya. "Apa maksud A
tadi, Anda menolak untuk saya bantu, jad
akan ditawarkan wanita di depannya ini sebagai
n membuat jantungnya berdegup kencang, gugup. Mungkin wajah dan tatapan da
lah deng