icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 4
Dicekik
Jumlah Kata:936    |    Dirilis Pada: 21/03/2023

Yulia ternganga saat mendengar pertanyaan Billy. Dia hanya bisa menatap pria itu dengan heran.

Sigit naik pitam dan berkata, "Billy, omong kosong macam apa yang kamu bicarakan? Bayi yang dikandungnya adalah keturunan dari Keluarga Jayendra!"

"Lalu apa? Bukannya sudah ada cukup banyak keturunan? Lagi pula, jika kamu bersikeras untuk mengandung bayi itu, aku punya seribu satu cara untuk menyingkirkannya." Sorot mata Billy yang sedingin es menatapnya dengan tajam. Setiap kata yang dia ucapkan menghantam Yulia seperti petir. Keringat dingin mulai membanjiri dahinya. Dia memegangi perutnya dengan panik.

"Sialan!" Sigit mendengus. Dia menunjuk putranya dan berteriak, "Beraninya kamu berbicara padaku seperti itu? Apa kamu lupa bahwa aku adalah ayahmu?"

Billy hanya tertawa dengan sinis, "Apa kamu baru saja menyebut dirimu sebagai ayahku? Sigit, kamu tidak pantas kupanggil ayah!"

Sigit kesal dan menghancurkan lampu kaca di meja samping tempat tidur.

Langsung saja Yulia mundur dengan tergesa-gesa. Masalah ini sudah di luar kendalinya, dan dia tidak ingin terjebak dalam pertengkaran ini.

Terlepas dari amarah ayahnya, Billy tidak gentar atau menyesal. Sepertinya ini bukan yang pertama kalinya. Dia bahkan mengambil segelas air dari meja dan meneguknya.

Mereka terjebak dalam jalan buntu. Akhirnya, Sigit memecah kesunyian. "Yah, kurasa kita tidak akan dapat menyelesaikan masalah hanya dengan berdebat. Operasi inseminasi buatan baru dilakukan hari ini. Kita akan mengetahui apakah operasi itu berhasil atau tidak dalam waktu satu bulan. Sebelum itu, aku memintamu untuk mengenal Yulia. Mungkin setelah kalian menghabiskan waktu bersama, kamu akan berubah pikiran. Jika kamu masih bersikeras ingin bercerai, kita bisa membicarakannya. Hanya itu yang bisa kamu lakukan untuk saat ini, bukan begitu?"

Sigit menekankan kalimat terakhirnya sambil menatap putranya dengan tajam.

Billy hanya mencibir tanpa menanggapi. Meskipun dia tak lagi sekuat dulu karena kondisinya saat ini, auranya yang mendominasi tetap mengalahkan ayahnya.

"Pikirkanlah baik-baik." Setelah itu, Sigit pergi keluar dengan marah.

Suasana di kamar tidur tiba-tiba menjadi canggung. Keringat mulai menetes dari punggung Yulia. Dia menunduk, tak tahu apa yang harus dia katakan atau lakukan demi menyenangkan suaminya.

Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang mereka adalah pasangan suami istri, dan ada kemungkinan dia akan mengandung anak Billy dalam waktu dekat. Bukannya lebih baik jika mereka tetap menikah dan saling menahan diri?

Makin Yulia memikirkan Billy dan pernikahan mereka, dia makin menyadari bahwa pria ini sangat menyedihkan. Billy menjadi cacat di usia muda. Bukan hanya itu, dia dipaksa menikah tanpa persetujuannya.

Yulia dapat memahami kenapa Billy bersikap dingin terhadapnya. Dengan pemikiran ini, dia memutuskan untuk memenangkan hati Billy dengan merawatnya. Dengan demikian, dia juga bisa mempercepat misinya untuk membalas dendam.

Dia menatap Billy dengan gugup, lalu berjalan perlahan menuju tempat tidur.

"Hai, Billy. Namaku Yulia Pujiono, aku ...."

Tepat ketika Yulia ingin memperkenalkan dirinya sebagai istri Billy, dia teringat bahwa Billy menentang pernikahan mereka dengan tegas beberapa saat yang lalu.

Yulia terbatuk-batuk dengan canggung dan melanjutkan, "Yah, kamu harus menganggapku sebagai teman sekamarmu yang baru. Jangan ragu untuk memberitahuku jika kamu butuh sesuatu."

Untuk menunjukkan ketulusan dan keramahan hatinya, Yulia tersenyum lebar.

Senyum itu dibalas dengan cemberut yang dalam dan tatapan maut dari Billy.

"Apa yang bisa kamu lakukan untukku?" Tiba-tiba, ujung mulut Billy menyeringai dengan dingin.

Pertanyaan itu membuat Yulia kaget. Dia menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya dan tergagap, "Yah ... aku bisa mendorong kursi rodamu."

Saat kata-kata itu keluar dari mulutnya, dia langsung menggigit bibirnya dengan menyesal. Tanpa sengaja dia terdengar seakan dia mengejeknya.

Akan tetapi, hanya itu hal yang bisa dia pikirkan.

Wajar saja jika wajah Billy tampak semakin muram.

"Tunggu! Aku bisa melakukan hal lain!" Yulia menambahkan dengan cepat demi menebus kesalahannya. "Aku pandai memasak. Aku bisa memasak apa saja yang kamu mau. Kamu tinggal sebut ...."

Kalimat Yulia terpotong ketika Billy tiba-tiba meraih tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya.

Suatu sensasi segera muncul di punggung Yulia begitu aroma Billy yang menyenangkan dan menyegarkan menyelimuti dirinya. Yulia bisa mendengar detak jantungnya sekarang.

Begitu dia berhasil mengatasi keterkejutannya, dia mencoba berdiri.

Dalam sepersekian detik, Billy sudah meletakkan tangan lainnya di tengkuk wanita itu dan mendekatkan kepalanya.

Mata Yulia seakan melompat keluar dari rongganya. Jantungnya mulai berpacu karena dia membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Billy memiringkan kepalanya dan berbisik di telinga Yulia, "Kamu sepertinya takut denganku. Apa hati nuranimu merasa bersalah karena sesuatu?"

Billy bersandar untuk memperhatikan wanita di pelukannya itu. Pada saat ini, jari-jarinya yang ramping meluncur di bawah kerah blus Yulia yang berkerah tinggi sebelum membelai lehernya dengan amat lembut, seperti seorang kekasih yang menyayanginya.

Bulu kuduk Yulia langsung merinding. Rambutnya juga ikut berdiri tegak. Sentuhan Billy hanyalah belaian genit belaka, tetapi itu membuat tubuh Yulia menggigil.

Yulia menahan napasnya untuk sesaat. Lalu, dia bergumam dengan suara gemetar, "Tidak ... tidak ada."

Billy mencibir, sementara matanya berbinar dengan nakal. Dia terus membelai leher Yulia, seperti seekor kucing yang sedang mempermainkan tikus yang akan menjadi santapannya berikutnya.

Rasa takut yang tak dapat dijelaskan memenuhi isi otak Yulia saat ini.

Apa yang Billy inginkan darinya? Kenapa dia melakukan ini?

Sebelum Yulia bisa merenungkan jawabannya, dia sudah merasakan jari-jari Billy yang menegang di sekeliling lehernya. Billy mulai mencekiknya!

Wajah Yulia langsung memerah. Udara di paru-parunya berangsur-angsur berkurang, tenggorokannya menegang, dan matanya juga mulai berkabut.

Tangan besar Billy di lehernya amat kuat dan menjebaknya.

Tubuh Yulia menegang dan dia mulai terengah-engah. Lalu, dia menyadari sesuatu. Billy tidak membelai lehernya. Dia hanya mengelus memar yang didapatkan Yulia pagi ini!

Bagaimana dia bisa mengetahui memar itu? Dan kenapa dia mengelusnya? Mungkinkah itu ....

Seolah bisa membaca pikiran Yulia, Billy berkata dengan suara dingin, "Seharusnya aku mencekikmu di depan Krisna tadi malam."

Tiba-tiba, cengkeramannya menjadi lebih kuat. Yulia merasa seperti ayam yang akan disembelih dengan kejam.

Di tengah-tengah rasa sakit dan takut ini, Yulia memahami semuanya. Tadi malam Billy memang terbangun! Dia mengetahui segalanya!

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pengkhianatan2 Bab 2 Prosedur Inseminasi Buatan3 Bab 3 Pertemuan Pertama4 Bab 4 Dicekik5 Bab 5 Suami yang Jahat6 Bab 6 Meminta Pertolongan7 Bab 7 Tiga Lawan Satu8 Bab 8 Perlindungan yang Tak Terduga9 Bab 9 Kepentingan Egoisnya Sendiri10 Bab 10 Permohonan yang Menggoda11 Bab 11 Tamparan Peringatan12 Bab 12 Foto Lama yang Dicintai13 Bab 13 Mencari Pekerjaan14 Bab 14 Undangan Wawancara15 Bab 15 Bertanggung Jawab16 Bab 16 Bos Pengangguran17 Bab 17 Pencarian yang Intensif18 Bab 18 Perubahan Wewenang19 Bab 19 Pertengkaran yang Diharapkan20 Bab 20 Taruhan21 Bab 21 Tantangan Diterima22 Bab 22 Hal yang Mengejutkan23 Bab 23 Hari Pertama yang Amat Sibuk24 Bab 24 Membela Suaminya25 Bab 25 Merayu26 Bab 26 Suami yang Terangsang27 Bab 27 Terhalang Bahasa28 Bab 28 Sebuah Kesalahpahaman Besar29 Bab 29 Bantuan di Menit Terakhir30 Bab 30 Rencana Licik Citra31 Bab 31 Artis Pop yang Gagal32 Bab 32 Kisah Sebenarnya33 Bab 33 Ciuman Canggung34 Bab 34 Kecelakaan Mobil35 Bab 35 Billy yang Baik Hati36 Bab 36 Seorang Gadis Aneh37 Bab 37 Anak yang Menghilang38 Bab 38 Tidur Bersama39 Bab 39 Tertidur di Kamar Billy40 Bab 40 Undangan Masuk41 Bab 41 Model Luar Biasa42 Bab 42 Penampilan yang Bagus43 Bab 43 Pelecehan Seksual44 Bab 44 Kepanikan di Kamar Mandi Wanita45 Bab 45 Perjumpaan Tak Terduga46 Bab 46 Rekaman Kamera Pengawasan47 Bab 47 Luka di Tangan Kirinya48 Bab 48 Terpancing49 Bab 49 Jurus Rayuan50 Bab 50 Dibius51 Bab 51 Pria Mesum52 Bab 52 Memuaskan Gairah53 Bab 53 Opini Publik yang Terbagi54 Bab 54 Dia Itu Aneh55 Bab 55 Meminta Berdamai56 Bab 56 Langkah Cerdas57 Bab 57 Hadiah Berdarah58 Bab 58 Pembalasan yang Berbahaya59 Bab 59 Hari Valentine60 Bab 60 Pasangan Tidak Tahu Malu61 Bab 61 Dikeluarkan dari Grup Jayendra62 Bab 62 Penyesalan63 Bab 63 Ciuman Paksa64 Bab 64 Dirampok dalam Keadaan Mabuk65 Bab 65 Melakukannya Sendiri66 Bab 66 Rintangan Baru67 Bab 67 Pencuri Kontrak68 Bab 68 Dibuang oleh Sugar Mommy69 Bab 69 Bukan Lagi Orang yang Terkenal70 Bab 70 Menandatangani Kontrak71 Bab 71 Bantuan yang Ditutup-tutupi72 Bab 72 Inseminasi yang Gagal73 Bab 73 Menyebabkan Masalah74 Bab 74 Foto-foto Tidak Senonoh75 Bab 75 Asam Sulfat76 Bab 76 Sensasi Menakutkan di Larut Malam77 Bab 77 Alarm Palsu78 Bab 78 Alasan Jelas79 Bab 79 Kehamilan80 Bab 80 Menghina Mereka dengan Uang81 Bab 81 Bukti yang Kuat82 Bab 82 Tuan R yang Misterius83 Bab 83 Pertemuan84 Bab 84 Berdandan85 Bab 85 Menyukai Wanita yang Sudah Menikah86 Bab 86 Permintaan Kasar87 Bab 87 Alat Pengejut Listrik88 Bab 88 Ketakutan dalam Kegelapan89 Bab 89 Ciuman Bergairah90 Bab 90 Dasar Pengecut91 Bab 91 Gosip Tak Berdasar92 Bab 92 Tidak Disukai93 Bab 93 Debut94 Bab 94 Akapela95 Bab 95 Pemenang96 Bab 96 Memblokirnya97 Bab 97 Suami dan Istri Palsu98 Bab 98 Pertempuran Daring99 Bab 99 Tren100 Bab 100 Mereka Sudah Kelewatan