Penjara Cinta Suami Obsesifku
a-tiba datang dan berdiri di sebelahku. Untung aku menja
ke kamar kecil
upacu langkah hingga menuju tempat mobil dan bergegas bersama Andre.
gi dengan si Denny, mantan Lo itu," celetuk A
ra tiba-tiba? Ogah banget gue, Ndre." Aku mencoba me
ok kegantengan itu." Aku nyaris saja menabrak mobil
apa yang terpikir olehku. Heran dengan keberadaan Denny yang menjadi investor peru
16 itu dengan gerakan cepat. Napas sedikit susah kuatur, mungkin karena terlalu banyak energi yang kuh
unggu mba di dalam sana," ucap D
es?" tany
n tahu sendiri." Jawaban gadis di
mempercepat langkah pula. Kuraih knop pintu lalu memasukinya. Aku melihat sosok yang sepertinya begitu k
tiba acuh gini sama aku. Whay?"
Bagas mencuri perhatian dan membuat lelucon. Namun, tidak sedikit pun aku menol
alin aku sendirian di mal
Aku ketakutan se
u serba hitam yang mengikuti aku hingga ke rumah, Mas." Aku kali ini tidak membiarkan suami
kejut mendengar. Karena khawatir, Andre mengetuk pintu dan masuk bermaksud ingin me
*
an Mas Bagas. Walau sejujurnya aku tak ingin sedikit pun jauh darinya. Aku memutuskan mengunjun
entar lagi jalan masuk ke kompleks perumahan sepupuku terlihat. Agar tidak sia-sia kehadiranku ke sana, aku harus memastikan bahwa gadis itu ada di rumahnya. J
a. Kupacu mobil ini hingga ke gerbang r
ama Mas Bagas? Ayo ngaku aja
n terus pergi menghilang gitu aja. Mana mba ketakutan lagi sama lelaki misterius yang b
an nih, paling juga sebentar lagi Mas Baga
iin mba, coba deh kamu hubungi bil
aku tertidur sejenak di kamar Anya. Sementara gadis itu masih asyik menonton drama korea kesukaannya. Jangan-janjan ia men
mata ini lantas menguceknya. Sepasang sepatu bersih mengkilap berdiri di hadapanku. Jas hitam dengan
i, kan, aku sudah bilang n
pat ngabarin kamu kemarin. Mas tiba-tiba disuruh balik ke kantor kare ada hal pen
atu jam ia habiskan waktu untuk menunggu maaf dariku.
ggak akan ninggali
Nyaman dan hangat seakan membawaku melayang. Sebuah kecupan mesra mendarat di kenin
kan diri dari tubuhnya. Aku malu karena memang dari sejak bangun belum
Anya untuk pulang. Kuyakin habis ini Mas Bagas tidak
as suruh orang ambil mobil kamu di rumah
," jawabk
tukku begitu juga dengannya. Begitu mesin dinyalakan segera lelakiku memasangkan sabuk pen
ya?" tanya Mas Bagas
-pura menyangkal. Padahal jelas tampak dar
tu tempat. Kamu mau, kan, Sayang?"
u harus ke kan
ari bos kamu. Jadi aman dong." Lagi-lagi
ikap lembut Mas Bagas padaku. Aku yakin bukan hanya ini saja kejutan yang Mas
mbung