Penjara Cinta Suami Obsesifku
iba saja terhenti kala sosok jangkung beserta aroma parf
pergi sekarang!" titah Mas Bagas yang tampak dari airmuka
muka kamu juga aneh, deh. Ada apa, Mas Bagas?" Aku meyentuh sisi rahangnya yan
enemui Anya tapi kedatangan suamiku
erubah murung dan juga tampak gusar. Melihat ha
sepatah dua patah kata keluar dari bi
udah terjadi, Mas? Aku mohon, Mas. Jangan diam mendadak begini, Mas! Mas!" Aku terus mengguncang kedua pundak sua
akit, Mas?" Aku perlahan melemah dan nyaris terjatuh terjerembab
ng. Pokoknya kita segera ke rumah sakit, ya?" Suara lelakik
ara menekan sangking ikut mencemas
ang suami langsung bergegas menuju ke rum
ampingku karena kebetulan ada supir ya
eberapa hari lalu kami bertemu muka saat beliau mengundang kami makan malam. Namun, siapa s
an yang tepat. Kamu nggak boleh mikirin yang belum tentu kejadian, Mas." Aku menatap da
i kota ini. Dengan cepat Mas Bagas mendorong pintu mobil hingga
kinya menyusul pria dengan kedua pundaknya yang tampak begitu mudah ber
papa bisa seperti ini?" tanya Mas Bagas dengan suara pen
harus menunggu hasil tes laboratorium terlebih dahulu agar kami bisa memastikan apakah orang tuanya
ti ada yang salah kan, dok? Nggak m
s hingga meninggikan suaranya di hadapan beberapa orang
in yag terbaik, Mas. Dok, maafkan kata-kata suami saya, ya?" sahutku mencoba
an lebih baik, ya, Bu?" lanjut Pak dokter mencoba memahami kondisi suamiku yang sesaat seperi orang
n Papanya. Hingga pria itu tak bisa mendengar ketika oran
sikap Mas Bagas, lantas kami baru memasu
Aku sangat tahu mengapa mertuaku melakukannya. Iya, itu semua a
gar tanya pria itu yang begitu pank seiring napasnya yang agak
khawatir sama Papa dan terus jadi beban kamu di kantor," ucap mer
n itu, Pa. Bagas siap kok jadi pendengar bua
egitu mengkhawatirkan Papanya. Sebagai istri aku tetap harus
anggu kosentrasi kamu meemimpi perusahaan, Mas. Kamu ngerti kan, Mas?" ucapku setelah sesaat aku menarik lengan suamiku hingga
enyakitnya dari Mas. Kamu tahu sendiri kan gimana sikap Mas sama Papa sela
putranya sendiri. Lagi-lagi aku mencoba memosisikan diri d
a. Wajar kan, Mas? Udah, lah aku mau ke taoilet dulu tapi kamu balik lagi ke ruangam Papa, ya?" lanjutku yang a
galkan beberapa langkah dari tempat kami berdiri. I
idor menuju arah toilet berada hingga tib
gas itu
dia menyebutkan nama suami
sud wan