Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
“Aku gak mau, Mas! Aku gak mau punya madu! Ceraikan aku!” putus Kezya dengan mata berkaca-kaca.
Setelah semalaman memikirkan tentang bagaimana kehidupannya akan dilanjutkan, akhirnya Kezya memutuskan untuk bercerai dari Arga, pria yang sudah menjadi suaminya selama empat tahun terakhir. Setelah suaminya itu memutuskan untuk menikah lagi, Kezya tak lagi bisa menyebut dirinya masih bersuami. Arga Pranaja sudah mengingkari janji yang dibuat sebelum pernikahan mereka. Janji untuk tak membagi cinta pada wanita atau pria lain.
Arga mengusak rambutnya dengan kasar. “Tapi, aku gini karena kamu, Zya! Kamu gak ngasih aku keturunan! Lantas, apa yang harus aku harapkan dari seorang wanita mandul seperti kamu? Sudahlah, lebih baik kau terima saja keputusanku ini. Lagipula, kau sudah tak memiliki keluarga dan hidupmu nanti akan sangat sulit. Menjadi seorang janda miskin itu akan sangat sulit untuk dijalani. Jadi, lebih baik kau bertahan saja denganku, ya?” bujuk Arga sembari melempar beberapa hinaan yang sukses membuat Kezya membulatkan niatnya untuk berpisah.
“Aku gak sudi punya suami kayak kamu, Ga! Lebih baik aku jadi seorang janda miskin daripada jadi istri yang akan menderita seumur hidupnya! Kita bercerai!”
Plakk!!
Tamparan keras di pipi Kezya berhasil membuatnya jatuh tersungkur ke lantai. Sudut bibirnya mengeluarkan darah. Bukannya berhenti, Arga justru malah semakin membabi buta menyiksa Kezya tanpa ampun.
“Kau wanita tak berguna!”
Plakk!
“Gara-gara kau aku harus menanggung malu karena tak kunjung mendapatkan keturunan!”
Plakk!
“Dan pagi ini kau berani meminta cerai kepadaku? Rasakan!”
Di akhir, Arga menendang perut Kezya hingga membuat Kezya menjerit kesakitan. Darah segar keluar dari mulut Kezya. Arga yang melihatnya tak sedikit pun merasa bersalah. Ia justru malah mengecup Medina, wanita yang selama ini menjadi selingkuhannya dengan brutal. Desahan-desahan Medina dan Arga membaur di ruang tamu. Mereka seolah tak peduli lagi dengan Kezya yang saat ini sedang menahan sakit yang disebabkan oleh Arga.
“H-h-hentikan!” pekik Kezya.
Arga menatap ke arah Kezya lalu tersenyum menyeringai. “Aku tak peduli denganmu! Yang jelas, nikmati tontonan ini dan rasakan bagaimana setiap tanganku menyentuh Medina.”
~~~
Kezya membuka matanya setelah pingsan selama dua jam lamanya. Bukan sedang berada di rumah sakit, dirinya sedang berada di kamar dengan kondisi yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Bajunya yang penuh darah sudah diganti oleh Bi Ratmi yang saat ini sedang berada disamping Kezya dan menatapnya dengan iba.
“Non, sabar, ya? Bibi tau ini sulit buat, Non, tapi Bibi yakin, Non bisa menghadapi semua ini.
Kezya memeluk Bi Ratmi dengan erat. Setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat, Kezya mulai menganggap jika Bi Ratmi adalah ibunya yang sudah lama meninggal. Bi Ratmi selalu ada untuk Kezya di setiap saat.
“Saya capek, Bi. Saya mau berpisah, tapi Arga gak mau menceraikan saya. Saya harus gimana, Bi? Saya merasa seperti tidak punya suami, tapi nyatanya saya masih menjadi istri orang. Saya harus bagaimana, Bi?” tanya Kezya dengan suara lemah. Tangisnya mulai mereda, Kezya mulai terlihat tenang.
Pembicaraan terhenti sejenak ketika pintu kamar Kezya di dorong oleh seseorang yang tidak lain adalah Fahri, putra satu-satunya Bi Ratmi yang usianya tak beda jauh dengan Kezya. Ia masuk dengan membawa satu kotak bubur ayam yang ia beli di depan kompleks.
“Ini, Non. Ini bubur kesukaan, Non.” Fahri meletakkan bubur yang di bawanya di atas meja kecil disamping ranjang Kezya.