Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
"Selamat siang dokter Bintang."
Dokter bernama Bintang itu menoleh ketika ada dokter lain yang menyapanya. Bintang baru saja kembali dari makan siang dan akan memeriksa beberapa pasiennya. Begitu melihat siapa yang memanggilnya, pemilik paras cantik itu memasang senyuman manis khasnya.
"Siang dokter Citra. Sudah selesai makan siang?"
Dokter bernama Citra itu memanyunkan bibirnya. "Gue belum sempat makan siang, tadi tiba-tiba ada panggilan dari UGD waktu lo udah pergi istirahat." Citra merupakan teman seangkatan Bintang sejak mereka berkuliah kedokteran.
"Ada pasien baru?"
Citra mengangguk. "Iya, kecelakaan tunggal kendaraan motor. Katanya sih karena mengebut, itu kesaksian dari yang bawa dia ke sini."
Bintang menggeleng sekilas. "Ada-ada saja, hobi kok uji nyali di jalan raya sih?"
"Entahlah. Sekarang lo mau ke mana? Periksa pasien?"
"Iya, gue belum cek siang. Lo makan dulu aja, jangan sampai lo ikut dirawat karena sakit terlambat makan."
"Iya iya, ya sudah gue pergi dulu."
"Hati-hati."
Seperginya Citra, Bintang memanggil asistennya untuk mengikutinya memeriksa pasien. Siang ini rumah sakit cukup ramai, tidak hanya pasien namun juga keluarga pasien. Entah yang menunggu atau yang berkunjung, sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi Bintang selama bekerja di rumah sakit Dirgayasa ini.
"Bagaimana Bu? Sudah enakan badannya?" tanya Bintang dengan nada lembutnya pada salah seorang pasiennya yang merupakan wanita paruh baya.
"Udah enakan dok," jawab Ibu itu disertai senyuman, "apa saya sudah bisa pulang dok? Udah kangen cucu di rumah nih."
Bintang tertawa pelan. "Saya periksa dulu ya Bu, kalau kondisinya udah normal, ibu udah bisa pulang. Setelah ini diatur ya bu pola makannya, jangan sembarangan lagi, kasihan lho cucunya kalau lihat neneknya masuk rumah sakit lagi."
"Iya dok." Ibu itu masih tersenyum. "Kalau dokter cantik sudah menikah?"
"Oh, hehe… belum ibu."
"Ibu doakan dokter cantik segera dapat jodoh ya."
"Amin bu."
"Sayang sekali anak saya sudah menikah semua, kalau ngga, tadinya mau saya jodohkan sama dokter cantik."
Bintang tertawa pelan. "Ibu bisa saja." Bintang selalu merasa senang dan terhibur setiap bertemu pasien seperti ibu yang sedang diperiksanya ini. Rasanya, lelahnya seharian bekerja sedikit berkurang.
Selesai dengan satu pasien, Bintang berlanjut ke pasien lainnya hingga semua pasien dibawah penanganannya sudah diperiksa semuanya. Bintang selalu memeriksa kembali agar tidak ada pasien yang terlewat olehnya. Dirinya memang cukup teliti dalam hal seperti ini.
Begitu selesai memeriksa, Bintang beristirahat sejenak di ruangannya seraya mengecek beberapa pekerjaannya yang lain. Saat sedang fokus, pintu ruangannya diketuk dari luar. Bintang segera menatap ke arah pintu lalu mempersilahkan tamunya masuk. Pintu terbuka, memunculkan sosok yang familiar untuk Bintang.
"Selamat siang dokter Bintang."
"Oh dokter Rian, ada apa?"
"Hanya ingin berkunjung sejenak, tidak masalah kan?"
Bintang kembali menatap lembaran kertas ditangannya, "Ya tidak masalah. Tapi jangan terlalu santai, ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari pada melakukan hal yang tidak jelas."
Rian tersenyum lalu duduk di hadapan Bintang. "Kamu masih ketus saja padaku."