Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Sehari sebelum kematian,
Makan malam bersama.
Mansion utama keluarga besar Gunawan.
Suara halus kursi roda saling sahut menyahut dengan lantai granit mendominasi berwarna putih di gedung megah kediaman Gunawan membuat banyak mata kekuarga menoleh, dua tebakan dari semua orang siapa sang pemilik suara kursi roda.
Pertama bisa jadi itu adalah kakek tua Gunawan, laki-laki tua yang paling di takuti di keluarga mereka yang memiliki adikuasa untuk mengendalikan semua orang sebelum kematian nya atau kedua bisa jadi itu adalah tuan muda idiot sang penerus Kejayaan berikutnya, Cakrawala. Laki-laki yang benar-benar tidak bisa di andalkan sedikitpun dalam segala situasi, baik dalam situasi darurat maupun situasi paling kecil sekalipun.
Begitu bola mata semua tertuju pada asal suara, seketika semua orang mendengus dan memutar bola mata mereka, seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan duduk di atas kursi roda tersebut bergerak mendekati meja makan utama dibantu oleh seorang pelayan berusia paruh baya lebih.
Cakrawala laki-laki itu sejak lahir mengalami keterbelakangan mental atau memiliki tingkat idiot yang Mendalam, dimana dia hanya memiliki nilai IQ di bawah 24, dan kurang dari 1 persen anak 'idiot' yang berada di klasifikasi ini. Jangankan untuk bisa mengurusi dirinya sendiri seperti makan atau berganti pakaian, untuk buang air kecil saja dia mengandalkan orang lain, lalu semua orang pikir bagaimana bisa laki-laki tolol dan bodoh tersebut bisa memimpin perusahaan besar sekelas Gunawan group?!.
Tidak ada yang benar-benar menyukai kehadiran nya kecuali kakek tua Gunawan dan putri bungsu nya Nabila, dan Nabila merawat Cakrawala dengan sangat telaten sejak kecil hingga dia dewasa dan terus melindungi keponakan nya tersebut, tidak melepaskan pengawasan nya sama sekali hingga pernikahan perempuan tersebut sejak dua bulan yang lalu.
Setelah menikah dan di boyong keluarga suaminya, perempuan itu terpaksa melepaskan pengawasan nya dan membiarkan bibi pelayan yang menggantikan 100% tugas-tugasnya.
"Let's speak in english, the idiot won't understand our language with that old nurse (Mari bicara bahasa Inggris, laki-laki idiot itu dan pelayan tua itu tidak akan paham dengan bahasa kita)" Putri kedua Gunawan bicara cepat kepada semua orang, membiarkan beberapa pelayan lainnya meletakkan berbagai macam hidangan di atas meja, Mell wanita culas dan picik tersebut bicara sambil melipat kedua belah tangannya.
Mendengar ucapan Mell, Rasty sang putri nya ke tiga Gunawan menaikkan ujung bibirnya. Wanita yang sangat suka berfoya-foya tersebut menyahut dengan cepat,
"Somehow the eldest son could have stupid children from his poor wife, after they died they worried the entire Gunawan family (Entah bagaimana anak sulung bisa memiliki anak bodoh dari istrinya yang malang, setelah mereka meninggal mereka membuat khawatir seluruh keluarga Gunawan)."
Baginya Cakrawala benar-benar batu besar untuk mereka naik menjadi penerus Gunawan group, hanya karena ayah Cakrawala putra tertua dan satu-satunya di keluarga Gunawan, dan Cakrawala menjadi cucu tertua, anak-anak mereka tidak memiliki kesempatan saat ini untuk memimpin Gunawan.
"we can only hope death comes closer to him quickly (kita hanya bisa berharap kematian segera menghampirinya)" Satu suara lain menyahut, seorang laki-laki berusia lebih dari setengah abad bicara dengan cepat. Itu adalah menantu keluarga Gunawan, Endar. Laki-laki tersebut merupakan suami dari Rasty.
Bola mata mereka melirik kearah Cakrawala yang kini telah berada pada posisi dimana biasa dia berada.
"That gives Rudi a chance to become the next heir to the throne? I'm quite happy to hear that (Itu memberikan Rudi kesempatan menjadi pewaris takhta berikutnya? aku cukup senang mendengar nya)." Suroso bicara sambil meraih gelas tinggi berisi minuman dihadapan nya, itu adalah suami Mell.
Mendengar ucapan laki-laki tersebut semua orang menoleh, seketika satu laki-laki menjawab dengan sinis.
"Aku harap kau tidak lupa, masih ada putra bungsu nya?" Dewa sang bungsu Gunawan bicara dengan cepat, menatap sinis kearah kakak ipar nya.
Dia sepertinya lupa, sifat buruk suka berburu perempuan dan berfoya-foya membuat dia hampir di coret dari daftar keluarga Gunawan, adik nya Nabila yang selalu dijadikan tameng untuk nya bisa bertahan sampai dengan hari ini, dia menatap jijik pada para kakak perempuan dan juga iparnya termasuk Rudi, sang pewaris berikutnya jika Cakrawala meninggal.
Namun percayalah saat ini semua orang sedang mengharapkan kematian Cakrawala dalam memperebutkan Gunawan group berikutnya.
Ditengah keadaan situasi yang tidak baik tersebut, Cakrawala idiot terlihat menggerakkan tangannya dengan susah, tertawa sendiri sambil berusaha meraih makanan yang baru dihidangkan dihadapan nya.
"totally useless (sangat tidak berguna)." Mell melirik ke sisi kanan nya, dimana Cakrawala membuat kekacauan di samping nya, rasa benci terus menyeruak didalam dirinya.
Laki-laki tersebut tertawa seorang diri, mulai membuat tidak nyaman orang-orang disana, bibi pelayan tua dengan sangat sabar meladeninya, membereskan kekacauan yang dibuatnya dimana orang-orang terus bersenandung dengan bahasa yang tidak akan dipahami oleh Cakrawala dan bibi pelayan tua.
Mereka masih ingin terus membicarakan Cakrawala, namun sayangnya Nabila datang menyeruak, kemudian disusul Kakek tua Gunawan yang bergerak dengan kursi rodanya mendekati mereka semua.
"Kalian semua sudah datang?"laki-laki tua tersebut bertanya, bergerak dari kejauhan mendekati semua orang.
Bisa dilihat kengerian dari tatapan laki-laki tua itu dibalut dengan sifat tenang dan mematikan nya bergerak mendekat kearah meja makan, menatap satu persatu anak, menantu dan cucu laki-laki juga Perempuan nya.
Suasana seketika berubah menjadi mencekam, dimana orang-orang enggan untuk membahas soal Cakrawala sang tuan muda idiot itu lagi.
Kakek tua Gunawan duduk di posisi nya, menatap semua orang satu persatu dengan pandangan penuh intimidasi, kemudian berpindah pada Cakra yang kesusahan menggerakkan tangannya untuk meraih sendok makan.
Raut wajah penuh kasih sayang langsung terlihat, Nabila bungsu kesayangan nya duduk tepat di sisi kanan Cakrawala, mencoba membantu Cakra dengan kesabaran untuk menggunakan sendok makan nya, obrolan terjadi meskipun Cakra mungkin tidak paham dengan apa yang di ucapkan Nabila.
Kakek Gunawan mulai meraih piring makan nya, dia bergerak mendapatkan menu makan malam nya tanpa suara.
Keadaan mencekam terlihat, dimana seluruh anggota keluarga mulai menikmati makan malam mereka, rata-rata melirik jijik kearah Cakra.
laki-laki idiot yang begitu menyusahkan.
"Aku dengar kakek mendapatkan proyek terbaru untuk Gunawan group?"
Rudi membuka pembicaraan, melirik kearah kakek nya dengan cepat.
"Hmm"
kakek tua Gunawan hanya menjawab seadanya.
"Jika Kakek kesulitan untuk mengatur proyek terbaru nya, aku bisa membantu dengan senang hati, kakek bisa mengandalkan ku untuk melakukan semuanya karena semua orang tahu Cakrawala tidak mungkin bisa melakukan nya"
Rudi bicara dengan terus terang, dia sudah cukup enggan untuk mengalah sekarang,bagi nya seorang idiot tetaplah idiot, sampai mati pun tidak akan pernah bisa di andalkan dalam keluarga Gunawan.
Mendengar penuturan cucu lainnya, kakek tua Gunawan langsung menghentikan gerakan tangannya untuk makan, bola matanya langsung menoleh ke arah Rudi.
"Ayah jangan menatap Rudi seperti itu, ayah tahu bagaimana maksud Rudi, dia cukup bisa di andalkan dalam banyak situasi, sedangkan Cakra sama sekali tidak memiliki harapan untuk bisa ayah andalkan"
Mell secepat kilat bicara, menatap kearah ayah nya, dia tahu ayah nya mulai tidak nyaman dengan apa yang di diinginkan oleh putranya.