Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Sandra menatap layar laptop di depannya. Lampu kamarnya masih menyala meski jam dinding sudah menunjukkan hampir tengah malam. Jari-jarinya menari di atas keyboard laptop, menghasilkan deretan kata yang memenuhi layar. Kisah terbaru yang sedang ia tulis adalah tentang seorang pria dengan tatapan tajam yang mampu memikat hati siapa pun yang menatapnya terlalu lama.
Namun, kisah yang ia tulis tak sepenuhnya memuaskan. Kata-kata yang telah ia tulis terasa tumpul, kosong, dan tidak seperti biasanya. Mungkin karena ia terlalu sering menulis tentang gairah tanpa benar-benar merasakannya. Sandra menyandarkan punggungnya ke kursi dan mengacak rambutnya frustrasi.
Tiba-tiba, sebuah suara memecah keheningan malam. Sandra mendekati jendela kamarnya. Dia melihat seorang pria berdiri di depan rumah yang baru saja kosong beberapa minggu lalu. Pria itu mengenakan jaket hitam, celana jeans, dan sepatu boots yang tampak kebasahan oleh embun malam. Dari bayangan lampu jalan, Sandra melihat wajahnya. Rahang tegas, rambut hitam acak, dan sorot mata yang tampak serius, bahkan dingin.
'Sepertinya itu tetangga baru' pikir Sandra.
Sandra terus mengamati gerak-gerik pria itu. Kali ini pria itu sedang memindahkan barang-barangnya dari bagasi mobil ke dalam rumah.
'Wajah dan tubuhnya...sempurna. Dia karakter yang selama ini aku cari. Sepertinya akan sangat menarik jika menjadikan dia sebagai inspirasi karakter utama dalam ceritaku.' batin Sandra sambil tetap mengamati pria itu. Namun, ada sesuatu yang aneh, pria itu seperti tahu bahwa ia sedang diawasi. Dia tiba-tiba saja menoleh ke arah Sandra. Sandra yang terkejut karena ketahuan memata-matai lelaki itu dengan spontan langsung bersembunyi di sudut kamar yang tidak terlihat dari jendela luar.
"Sandra! Sudah malam, matikan lampu kamarnya!" suara ibunya dari kamar sebelah mengagetkannya.
Sandra buru-buru menutup tirai dan mematikan lampu kamar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tak tahu pasti apakah itu karena kaget... atau karena pria misterius tadi.
**********
Sandra duduk di balkon lantai dua rumahnya, menikmati semilir angin pagi yang membawa aroma bunga mawar dari taman belakang. Hari itu seperti hari-hari biasanya, dimulai dengan rutinitas membosankan saat liburan sekolah. Kedua orang tuanya sudah pergi bekerja, menyisakan Sandra yang hanya sendirian di rumah. Ya, Sandra adalah anak tunggal, dia sangat dimanjakan oleh kedua orangtuanya, apapun yang dia inginkan pasti akan dituruti oleh orangtuanya. Hidupnya bergelimang harta, namun satu hal yang tak bisa ia dapatkan dari orangtuanya, yaitu waktu kebersamaan.
Sandra menghela napas. Hidupnya terasa membosankan, apalagi akhir-akhir ini selama liburan sekolah. Dia hanya bisa makan, tidur, dan rebahan sembari memainkan ponselnya.
Entah kenapa Sandra tiba-tiba saja memandang ke arah rumah tetangga barunya, ia melihat Arif sedang mengangkat barang-barang dari sebuah truk kecil. Kaosnya yang sedikit ketat basah oleh keringat, menonjolkan otot-ototnya yang kokoh.
"Siapa dia sebenarnya?" pikir Sandra, matanya terpaku pada pria itu. Arif tampak seperti sosok yang hanya ada dalam novel-novelnya, definisi pria tampan, kuat, dan penuh misteri.
Sebagai tetangga yang baik, Sandra merasa seharusnya menyambut pendatang baru itu, tetapi ia terlalu gugup dan akhirnya memilih untuk memperhatikannya dari jauh saja. Ketika pria itu akhirnya masuk ke dalam rumah, Sandra merasa sedikit kecewa, tetapi ia tidak bisa menyingkirkan bayangan pria itu dari pikirannya.
Beberapa saat kemudian, Sandra memutuskan untuk menyiram tanaman di taman belakang rumahnya. Dengan hati-hati, ia membawa selang air dan mulai menyiram bunga-bunganya. Tiba-tiba, suara gemericik air terdengar dari arah rumah tetangganya. Sandra melirik ke arah pagar kayu yang membatasi taman mereka.
Melalui celah kecil di pagar, Sandra melihat pria itu sedang mandi di taman belakangnya. Ia berdiri di bawah pancuran air outdoor, melepaskan satu persatu pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam saja. Sandra yang melihat hal itu hanya bisa menggigit bibirnya tegang. Melihat tubuh pria itu basah oleh air yang mengalir deras dengan rambutnya yang acak-acakan, dada bidang, serta perut kotak-kotaknya semakin menambah keseksian pria itu.
Sandra meneguk ludahnya susah payah. Tatapan matanya turun ke bawah, ke area selangkangan pria itu. Dia menatap kejantanan lelaki itu, terlihat menggembung walau masih terbungkus oleh celana dalam. Apalagi air yang terus mengalir menyebabkan kejantanan pria itu semakin tercetak jelas.