Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Tersembunyi Bos Killer

Gairah Tersembunyi Bos Killer

El Hawra

5.0
Komentar
5.1K
Penayangan
34
Bab

Nina adalah gadis muda yang cerdas dan berbakat, bergabung dengan perusahaan besar dan ternama adalah impiannya, karena ia adalah lulusan terbaik sebuah universitas unggulan. Namun kenyataan tak seindah harapannya. Karena, setelah diterima, dia justru kerap dipersulit oleh Nathan sang bos. Tetapi, Nina menyadari ada yang tak biasa pada diri Nathan! Bermula Saat dia harus kerja lembur, sang bos mendekatinya dengan sapaan yang penuh kehangatan. Nina pun merasakan hubungan yang kian mendalam dengan sang bos. Hanya saja, mereka harus merahasiakan hubungan diantara keduanya. Lantas, mampukah Nina bertahan dalam hubungan yang penuh dengan rahasia dan intrik itu?

Bab 1 Hari Yang Melelahkan

“Nina! Saya harap Anda tahu, mengapa saya panggil ke mari,” tegas Nathan. Suara bariton itu terdengar begitu menusuk di telinga Nina, seorang eksekutif muda yang menjadi bawahannya.

Di dalam ruang kantor yang elegan dan mewah itu, Nathan Wilson, seorang pria berusia 32 tahun, duduk di depan meja kerjanya yang dipenuhi dengan tumpukan dokumen yang harus ia perikasa. Wajah maskulinnya melengkapi keagungan sosok bos yang dijuluki bos killer oleh para karyawannya.

Betapa tidak, ia memimpin dengan tegas dan keras, selalu menuntut perfeksionis kepada bawahannya. Namun, berkat kepemimpinannya itu, kemajun yang cukup gemilang telah berhasil dicapai. Ia telah membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan raksasa yang sangat diperhitungkan.

Sementara di hadapannya, Nina Evans, seorang gadis muda berusia 23 tahun, duduk dengan wajah tegang, tangannya berkeringat, ia tidak tahu lagi kesalahan apa yang telah dilakukannya.

Ini sudah menginjak bulan ke tujuh, sejak Nina bergabung dengan perusahaan besar yang dipimpin oleh Nathan. Awalnya ia sangat berambisi untuk bisa bergabung di perusahaan bergengsi itu, karena ia adalah salah satu lulusan universitas terbaik, dengan nilai-nilai dan bakat istimewa.

Namun, kenyataan tak seindah yang ia bayangkan. Nina harus bekerja ekstra keras untuk membuktikan kemampuannya. Meskipun kerap mendapati kesulitan, atau lebih tepatnya dipersulit oleh big bosnya ini, karena semua yang dilakukannya selalu mendapatkan kritikan. Tapi, Nina selalu berusaha bekerja secara profesional, semua itu ia hadapi sebagai bagian dari resiko sebuah pekerjaan.

“Saya tidak yakin, Pak. Apa yang sebenarnya terjadi?” jawab Nina berusaha untuk tenang, meskipun ia sangat tegang.

Nathan menatap gadis dihadapannya dengan tajam.

“Ini tentang laporan yang Anda kirimkan kemarin, lihat! Begitu banyak kesalahan di dalamnya!” Pria itu membanting sebandel berkas di depan Nina, membuat gadis itu terkesiap.

Nina menghela napas, ia berusaha sedapat mungkin untuk tenang, diraihnya berkas itu dan dibukanya, ia terperanjat, seakan tidak percaya dengan penglihatannya.

“Tapi Pak, kemarin saya sudah mengeceknya dengan sangat ketat,” jawab Nina.

“Anda selalu saja berdalih, Nina. Saya tidak tahu mengapa Anda terus menerus melakukan kesalahan seperti ini.” Nathan mendengus, tatapannya menusuk pada gadis di depannya.

Nina berusaha mengumpulkan keberanian, ia mengangkat wajahnya dan tatapan keduanya pun bertemu. Sejurus keduanya terdiam sebelum akhirnya Nina berkata, "saya tidak sengaja melakukan kesalahan, Pak. Saya sudah mencoba melakukan yang terbaik.”

Nathan nampak tidak puas, matanya menatap semakin tajam, seakan sedang menguliti gadis itu.

"Anda tahu, Nina. Saya sangat menilai pekerjaan Anda, kesalahan-kesalahan seperti ini tidak boleh terulang lagi,”ujar Nathan dingin.

"Baik, Pak. Saya akan memeriksa kembali laporan ini dan segera memperbaikinya.”

“Hmm, Anda boleh kembali,” perintah Nathan datar, matanya kembali terfokus pada berkas-berkas di hadapannya.

“Baik, Pak. Saya permisi.” Nina berdiri, lalu berbalik meninggalkan Nathan. Lelaki itu mengangkat wajahnya, ia menatap punggung gadis itu, yang menghilang di balik pintu, sekilas senyum melintasi wajah tampannya.

Nina meninggalkan ruangan Nathan dengan perasaan campur aduk, ia telah bekerja keras membuat laporan itu, lalu memeriksanya dengan hati-hati sebelum diserahkan. Tapi mengapa jadi banyak kesalahan begini? Apa kemarin ia terlalu bersemangat sehingga menjadi kurang fokus?

Gadis itu menjadi semakin kacau, banyak pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikirannya, ia penasaran mengapa setiap laporan yang ia buat sering seperti ini, 'apa ada yang sengaja merubah, ya? Tapi siapa? Dan apa mungkin?’gumam Nina membathin.

Tiba-tiba …

Brukk!!

“Aargh!”teriak seseorang. Nina menubruk seorang gadis hingga keduanya sama-sama terjatuh, barang-barang yang mereka bawapun berserakan di lantai.

"Ma-maaf, sa-saya tidak sengaja,” ucap Nina sambil membantu memunguti barang-barang gadis yang telah di tabraknya.

Gadis yang ditabrak Nina itu tertegun, ia tidak menyangka gadis bodoh yang menabraknya adalah Nina, sahabatnya sendiri. Padahal baru saja ia mau melabrak.

“Nina …” panggil Laura sambil menatap Nina yang masih tertunduk membereskan barang-barangnya.

Demi mendengar suara yang tidak asing menyebut namanya, Nina pun mengangkat wajah. Benar saja, Laura sahabat sekaligus rekan kerjanya sedang menatapnya dengan bingung.

“Oh, kamu rupanya, so sorry Laura, aku tidak fokus tadi.”

“Hei, kamu kenapa Nina? Ini masih di kantor, kamu jalan seperti orang bermimpi, coba kalau di luar sana, bukan orang yang kau tabrak, tapi mobil.” Laura langsung nyerocos.

“Iya maaf, aku memang sedikit melamun tadi,” jawab Nina seperlunya, ia segera menyerahkan barang-barang Laura yang tadi berantakan.

“Nah, sekarang sudah beres, nggak ada yang rusak, jadi aku nggak harus ganti rugi, kan?”

“Tunggu-tunggu. Kamu kenapa, Nina?” tanya Laura cepat, ia melihat wajah Nina yang seperti orang linglung. Nina tidak menjawab, gadis itu hanya mengedikkan bahu.

“Oke-oke, kalau gitu kita minum kopi dulu yuk, kafein itu bagus, supaya tubuh menjadi fresh lagi,” ajak Laura.

“Tapi aku harus menyelesaikan pekerjaanku, Laura." Nina berusaha berkelit. Alih-alih menjawab Laura langsung menarik tangan Nina ke kafe yang ada di lingkungan kantor, untuk menikmati secangkir kopi.

Laura dan Nina duduk sambil menyesap secangkir kopi hangat. Laura sudah lama mengenal Nina, jadi ia tahu pasti gadis itu sedang menghadapi masalah, sehingga membuatnya linglung.

“Nah, sekarang coba ceritakan, kamu ada masalah apa, Nin?” tanya Laura penasaran.

“Tidak ada apa-apa kok, Ra.” Nina menjawab dengan santai, sambil kembali menyesap kopinya.

“Hei, Nina. Pliss deh, aku ini sahabat lama kamu, jangan bilang nggak ada apa-apa ya.” Laura nyerocos menggerutu.

“Iya-iyaa, Miss Bawel, aku akan cerita,” sahut Nina sambil menatap Laura.

“Nah gitu dong, ah. Bukan Laura namanya kalau nggak bawel.” Laura mengerucutkan bibirnya.

Nina menghela napas sambil memutar-mutar cangkirnya. “Aku barusan dipanggil pak Nathan,” ucapnya.

“What?!” seru Laura terkejut, “dipanggil lagi? Dimarahin?” cecarnya.

“Yah, entah apa namanya, dimarahin atau dikhotbahin, tapi kurang lebih seperti itu.”

“Tunggu-tunggu,” potong Laura, “masalah apa lagi, Nin? Bukannya kamu sudah menyelesaikan pekerjaan kamu dengan baik.”

“Ya, kamu lihat sendiri kan, Ra. Aku sudah berusaha keras menyelesaikannya, juga sudah memeriksanya sebelum aku serahkan, tapi setelah sampai ke tangan Pak Nathan, ada saja yang salah.” Nina menghela napas.“Dan kali ini, kesalahannya fatal banget, hampir 50 persennya,” imbuhnya.

Kedua sahabat itu terdiam, wajah keduanya menjadi serius. Laura menyesap kopinya kembali, ia sendiri merasa heran, karena sahabatnya ini sering sekali mendapatkan teguran dari sang bigboss, padahal Nina selalu bekerja dengan sungguh-sungguh, ia juga salah satu karyawan yang cerdas dan berbakat.

“Sepertinya ini bukan pertama kali begini deh, Nin.”

“Kamu benar, Ra.” Nina membenarkan, “ini ketiga kalinya pekerjaanku ditolak, padahal aku sudah memeriksanya dengan teliti.”

“Hmm, apa mungkin ada yang melakukan sabotase …”

Ketika kedua gadis itu sedang menebak-nebak berbagai kemungkinan, tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan dan sindiran seseorang.

“Bagaimana mau hasil kerja bagus kalau ngerumpi terus.”

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku